Senin, 17 Maret 2014

Model Induktif Kata Bergambar



1.        Pendahuluan
1.1    Latar Belakang
Model pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Berpikir induktif sebenarnya merupakan bawaan dari lahir dan keberadaannya sudah absah, la hadir sebagai suatu kerja revolusioner, mengingat sekolah-sekolah saat ini telah memutuskan untuk mengajar dalam corak yang tidak absah dan acap merongrong kapasitas bawaan sejak lahir.
Model induktif kata bergambar merupakan salah satu model belajar secara induktif yang menggunakan media gambar atau sebuah panduan praktis dalam pengajaran awal dari segala usia. Model Induktif Kata Bergambar dirancang untuk memungkinkan siswa untuk segera sukses dalam kegiatan pembelajaran.. Model induktif kata bergambar adalah sebuah penyelidikan berorientasi strategi seni bahasa yang menggunakan gambar yang berisi benda-benda asing dan tindakan untuk memperoleh kata-kata dari mendengarkan anak-anak dan berbicara kosakata.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang akan dirumuskan pada makalah ini yaitu, bagaimana penerapan model induktif kata bergambar dalam proses pembelajaran di kelas?

1.3    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu, untuk mengetahui penerapan model induktif kata bergambar dalam proses pembelajaran di kelas.
2.        Pembahasan
2.1    Dasar Pemikiran
Model induktif kata bergambar (Picture-Work Inductive Model) merupakan salah satu strategi pengajaran tambahan yang sangat menarik dan luar biasa, utamanya dalam hal keluasan landasan dan penerapannya.
Landasan model ini selain berdasarkan pada penelitian dalam bidang baca tulis pada umumnya bagaimana siswa mengembangkan kemampuan baca tulis (khususnya bagaimana mereka belajar membaca dan menulis), juga berdasarkan pada materi baca tulis dalam semua bidang kurikulum, sebagaimana pengembangan kognitif. Pengembangan control metakognitif merupakan inti belajar bagaimana belajar (learning how to learn) terbangun dalam suatu proses pembelajaran. 
Inti merupakan sifat atau tujuan belajar siswa saat mereka berusaha mengostruksi pengetahuan tentang bahasa (analisis fonetik dan struktural) dan mengembangkan keterampilan dan mengelola informasi dalam semua bidang kurikulum. Dalam beberapa hal, strategi ini mungkin merupakan salah satu model konstruksionis terakhir karena baca tulis umum merupakan dasar dimana bidang baca tulis yang sesuai dengan kurikulum yang di kembangkan.
Untuk menjadi pembaca ahli, orang harus banyak membaca, mengembangkan kosa kata, mengembangkan keterampilan dalam analisis fonektif dan stuktural, dan belajar memahami dan memanfaatkan teks-teks yang cukup luas.
Beberapa rancangan usulan dari beberapa kajian tentang bagaiman siswa dapat melek huruf.
1)        Siswa belajar mendengarkan dan mengucapkan bahasa-bahasa yang diucapkan pada mereka dengan cara alamiah.
2)        Berpikir induktif yang sebenarnya sudah terbangun dalam otak kita.
3)        Siswa mencari makna. Mereka ingin memahami dunia mereka dengan mengola apa saja yang mereka rasakan dan hayati, dan karenanya, mereka berusaha menjangkau bahasa sebagai sumber makna.
4)        Interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya merupakan proses yang alamiah dalam pergaulan. Oleh karena itu, interaksi melalui mambaca harus dipupuk sejak dini, utamanya saat siswa atau pembaca muda berjumpa dengan informasi-informasi dan ide-ide.
Semua ini bukanlah dimaksudkan untuk menjustifikasi bahwa membaca dan menulis merupakan proses biologis yang alami, tetapi untuk menekankan bahwa cara-cara alamiah yang digunakan siswa untuk mendekati pmbelajaran/proses belajar membaca mungkin bisa dimanfaatkan.
Model induktif kata bergambar dirancang untuk menghadapi tantangan itu, dan fondasi konseptualnya mengambarkan semacam tubuh penelitian tentang bagaimana kemampuan baca tulis diperoleh dan mengaris bawahi beberapa model pembelajaran yag telah kami gambarkan. Model ini cukup berguna dalam kajian bidang ilmu sosial dan sains, focus penerapan kali ini lebih pada upaya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa pada tahun-tahun pertama mereka sekolah.
Model ini dirancang untuk menjadi komponen besar kurikulum seni berbahasa, utamanya untuk para pembaca pemula di tingkatan dasar dan di tingkatan yang lebih tinggi. Model ini merupakan salah satu model dalam kelompok pembelajaran memproses informasi karena fokus pedagogiknya seputar penyusunan pelajaran-pelajaran sehingga siswa dapat meneliti bahasa, bentuk atau teks yang lebih panjang bekerja untuk mendukung komunikasi dalam bahasa inggris. Sebenarnya menggunakan model kata bergambar secara efektif membutuhkan suatu kerangka rujukan penelitian terapan karena anda tidak sekedar mengadopsi atau membeli PWIM, tapi anda meneliti teori dan alasan-alasan, struktur, dan pengarunya pada siswa. Dua kajian terakhir, satu di Alberta, Kanada, dan satu lagi di Saskatchewan, Kanada, mengambarkan kekuatan model ini.

2.2    Perkembangan Berbahasa Siswa
Sumber pertama berasal dari perolehan bahasa siswa secara alamiah. Pada saat itu, banyak siswa di negara-negara berkembang berumur lima tahun, namun mereka telah mampu membaca, mengucapkan, dan memahami antara empat hingga enam ribu kata, bahwa mereka mampu mengembangkan struktur sintaksis dasar dari bahasa tersebut (Chall, 1983; Clark dan Clark, 1977). Mereka dapat mendengarkan sekaligus memahami kalimat-kalimat yang rumit dan komunikasi-komunikasi yang cukup panjang. Mereka juga mampu menghasilkan kalimat, yang meliputi preposisi dan konjungsi, dan mampu membuat hubungan sebab akibat seperti “jika kita pergi ke toko itu sekarang, kita masih bisa menonton Thomas saat pulang.” Perolaehan bahasa siswa secara alamiah merupakan salah satu induksi yang menari sekali dalam budaya mereka ke dalam perasaan kekuatan pribadi dan kepuasan yang luar biasa, khususnya saat para pembelajar yang muda ini menerima komunikasi dan belajar menorehkan gagasan ke dalama kata-kata.
Dalam struktur model induktif kata bergambar, siswa yang masih mudah disajikan gambar-gambar dari pandangan-pandangan yang relatif familiar. Mereka menghubungkan kata-kata dengan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek, tindakan, dan kualitaas yang mereka kenali.
Hubungan antara benda-benda dan tindakan-tindakan dalam gambar bahasa siswa memungkinkan mereka melakukan peralihan secara alamiah dari bahasa tutur (yang didengar dan diucapkan) menuju bahasa tulis (dibaca dan ditulis). Mereka melihat perubahan-perubahan ini. Mereka juga menghubungkan sesuatu dalam gambar dengan kata dan kemudian melihat kata itu muncul dalam bentuk cetakan. Singkatnya, mereka nantinya akan sadar bahwa kita selalu mengeja kata itu dengan cara yang sama. Mereka mengidentifikasi seekor anjing di gambar, melihat anjing yang ditulis, mendengarkan kata itu dieja, mengeja kata itu sendiri, dan saat perjalanan mereka pulang dan sekolah, mereka melihat seekor anjing tersesat di pojok jalan dan mereka akan membacanya anjing.
Dengan demikian, prinsip terpenting dari model ini adalah membangun perkembangan kosa kata dan bentuk-bentuk sintaksis siswa serta memfasilitasi “peralihan” dari tutur menjadi tulisan. Kesimpulannya adalahbahwa pendekatan ini lebih berkaitan dengan perkembangan berbahasa siswa: bagaimana mereka mampu memanfaatkan kata-kata yang telah dipelajari dan bagaimana membuat hubungan-hubungan antara kata-kata itu dengan objek-objek yang ada disekelilingnya.

2.3    Proses Belajar Membaca dan Menulis
Tidak sedikit proses-proses pembelajaran dalam model ini yang dianggap sebagai suatu proses magis di mana siswa sudah mampu membuat hubungan-hubungan antara bahasa mereka yang berkembang secara alamiah dengan tulisan-tulisan yang tercetak di atas kertas, tentu saja ini suatu keajaiban kognitif. Sedangkan pemahaman kita saat ini adalah beragam jenis pembelajaran perlu dilaksanakan agar siswa mampu membaca dan menulis dengan baik. Padahal, sebenarnya tidak selalu begitu.
Model induktif kata gambar sebenarnya berusaha melakukan pendekatan langsung pada perkembangan kosa kata ini. Pertama-tama, siswa diminta untuk membaca dan mengeja kata-kata yang sudah tersebar dalam suatu gambar. Kemudian, kata-kata ini dimasukkan dalam kartu kosa kata yang cukup lebar yang dapat mereka lihat dan dapat dimanfaatkan guru saat pengajaran kelompok. Siswa bisa saja mendapatkan seperangkat kartu kosa kata yang lebih kecil. Mereka memilah-milih kata-kata ini dan “mengonsultasikannya” pada kamus bergambar untuk mengecek pemahaman mereka dan menyegarkan makna dari kata-kata tadi. Siswa menyimpan kartu kata-kata mereka dalam “bank kata” atau “kotak kata” yang sudah tersedia, yang nantinya dapat mereka pergunakan kembali saat tugas menulis kalimat dari kata-kata tersebut.
Pengembangan kosa kata merupakan saluran penting untuk peningkatan keterampilan baca tulis (Ehri, Nunes, Stahl, & Willows). PWIM adalah salah satu model pengajaran yang berurusan dengan upaya pengembangan ini, yang meliputi bagaimana menyimpan kata-kata dan bagaimana  memindah kata-kata tersebut ke dalam memori jangka panjang.
Model induktif kata bergambar berusaha mengajak siswa untuk mengklasifikasi kata-kata yang baru mereka peroleh, membangun konsep-konsep yang akan memungkinkan mereka memecahkan kata-kata yang belumpernah mereka temukan sebelumnya.
Singkatnya, model induktif kata bergambar memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir secara induktif. Hal ini memungkinkan mereka membangun generalisasi yang akan membentuk dasar analisis structural dan fonetik. Ini berhubungan dengan kemampuan mereka dalam berpikir. Kemudian, prinsip utama dalam model ini adalah bahwa siswa memiliki kemampuan untuk membuat generalisasi ini yang akhirnya dapat menyingkapkan konvensi-konvensi (ber) bahasa pada mereka.

2.4    Hubungan Membaca/Menulis
Prinsip terpenting lain dalam belajar dengan model induktif kata bergambar adalah bahwa membaca dan menulis secara alamiah berhubungan satu sama lain dan dapat dipelajari secara simultan, yang pada akhirnya juga dapat digunakan secara bersamaan untuk mempercepat pertumbuhan siswa dalam penggunaan bahasa dengan mahir dan terampil. Konsep-konsep rasional sangat penting. Jika kata benda tunggal (singular noun) dihubungkan dengan kata kerja tunggal (singular verb) dalam turunan, lalu apakah keduanya harus dihubungkan juga dalam penulisan? Jika pengarang ahli menulis judul yang menjanjikan pendekatan tertentu pada pembaca untuk memahami isi, maka penulis pemula belajar menjanjikan isi pendekatan melalui judulnya.

2.5    Struktur Pengajaran
Setiap sesi putaran model induktif kata bergambar selalu menggunakan foto yang besar sebagai stimulus untuk penulisan kata dan kalimat. Guru, yang bekerja sama dengan seluruh siswa atau dengan sekelompok kecil siswa, dapat menerapkan gerakan-gerakan perpindahan yang mencakup seluruh sesi putaran PWIM untuk mendukung pembangunan kosa kata siswa: membentuk dan menggunakan generalisasi analisis structural dan fonetik: pemahaman membaca dan kata, frasa, kalimat, paragraph, dan tingkatan-tingkatan teks yang lebih panjang, mengarang kata, kaliamat, paragraf, dan tingkatan teks yang lebih panjang; dan mengamati dan menguji data dengan menggunakan sumber-sumber rujukan.

2.6    Langkah-langkah Model Induktif Kata Bergambar
1)        Memilih gambar.
2)        Mintalah siswa mengenali apa yang mereka lihat dalam gambar.
3)        Tandai bagian gambar yang diidentifikasi. (Gambar garis dari objek atau daerahyang diidentifikasi, mengucapkan kata, menulis kata, meminta siswa untuk mengeja kata keras dan kemudian mengucapkannya).
4)        Membaca dan meninjau grafik gambar kata dengan suara keras.
5)        Mintalah siswa untuk membaca kata-kata (menggunakan garis-garis pada grafik jika perlu) dan untuk mengklasifikasikan kata-kata ke dalam berbagai kelompok. Identifikasi konsep umum (misalnya, mulai konsonan, kata-kata berima) untuk menekankan dengan seluruh kelas.
6)        Membaca dan meninjau grafik gambar kata (mengucapkan kata, mengejanya, mengatakannya lagi).
7)        Tambahkan kata-kata, jika diinginkan, dengan grafik gambar dan kata ke bank kata.
8)        Mengarahkan siswa untuk menciptakan sebuah judul untuk bagan kata gambar. Mintalah siswa memikirkan mengenai informasi tentang grafik dan apa yang ingin mereka katakan tentang hal itu.
9)        Mintalah siswa untuk menghasilkan sebuah kalimat, kalimat, atau paragraf tentang bagan kata gambar. Mintalah siswa untuk mengklasifikasikan kalimat, model yang menempatkan kalimat menjadi paragraf yang baik.
10)    Membaca dan meninjau kalimat dan paragraf.

2.7    Kekuatan Model Induktif Kata Bergambar
1)        Langkah-langkah dasar dari komponen stres Model Induktif Kata Bergambar dari bunyi, tata bahasa, mekanisme, dan penggunaan.
2)        Siswa mendengar kata-kata yang diucapkan dengan benar beberapa kali dan grafik kata bergambar adalah referensi langsung karena mereka menambahkan kata-kata untuk kosakata penglihatan mereka. Guru dapat memilih untuk menekankan hampir semua hubungan suara dan simbol (diperkenalkan atau dibawa ke penguasaan).
3)        Siswa mendengar dan melihat huruf yang diidentifikasi dan ditulis dengan benar berkali-kali.
4)        Siswa mendengar kata-kata yang dieja dengan benar beberapa kali dan berpartisipasi dalam ejaan yang benar.
5)        Bagan kata bergambar adalah bahan dasar untuk pelajaran Model Induktif Kata Bergambar dan unit-unit. Grafik kata bergambar terdiri dari gambar dan kata-kata yang diidentifikasi atau “terguncang keluar” dari gambar oleh para siswa.
6)        Grafik ini digunakan di seluruh urutan pelajaran dan merupakan sumber isi kurikulum. Sebagai guru menulis kata-kata di atas kertas disekitar gambar, grafik menjadi kamus bergambar.
7)        Kamus ini mendukung penggunaan bahasa oleh kelas sebagai kelompok dan sebagai individu dan kebutuhan yang akan diposting di mana siswa dapat menggunakannya untuk mendukung mereka membaca, menulis, dan kemandirian mereka sebagai peserta didik.
8)        Menggunakan grafik untuk membantu mereka mengucapkan kata-kata mendorong anak-anak berumur 4 atau 5 tahun untuk melihat dan mengomentari ejaan dan struktur fonetik.
9)        Sampai kata-kata adalah bagian dari kosakata penglihatan siswa, mereka dilabuhkan oleh representasi mereka pada grafik kata bergambar.
Prinsip utama dari model induktif  kata gambar adalah untuk membangun pertumbuhan anak-anak dengan ucapan dan kata-kata yang dipahami dan bentuk-bentuk sintaksis dan memfasilitasi transisi untuk menulis dan membaca. Kebanyakan anak ingin memahami bahasa di sekitar mereka dan mereka bersemangat terlibat dalam menguak misteri. Suatu prinsip konsekuensi dari Model Induktif Kata Bergambar adalah bahwa pendekatan menghormati perkembangan bahasa anak- kata-kata yang digunakan dan kemampuan mereka untuk membuat koneksi yang penting dalam proses pembelajaran dan model.
Model induktif kata bergambar mendekati pengembangan kosakata penglihatan secara langsung. Para siswa membaca dan mengeja kata-kata yang keluar/ dihasilkan dari gambar. Kemudian, kata-kata ini ditempatkan pada kartu kata besar yang mereka bisa melihat dan guru dapat menggunakan untuk instruksi grup. Siswa juga mendapatkan kartu-kartu kata mereka sendiri. Mereka memilah kata-kata dan berkonsultasi dengan kamus gambar untuk memeriksa pemahaman mereka dan menyegarkan arti dari kata kata. Para siswa menjaga kartu kata dalam amplop, bank kata, atau kata kotak, berkonsultasi dengan mereka seperti yang mereka inginkan dan akhirnya menggunakan kartu dan kata-kata untuk menyusun kalimat.

2.8    Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran (Instructional)
Tujuan
1)        Kapasitas mengajar sendiri.
2)        Kemampuan menyeldiki (inquiry) bahasa yang diulang.
3)        Keterampilan dalam membaca.
4)        Kontrol yang terkonsep untuk membaca dan menulis.
Manfaat Bagi Siswa
1)        Membangun kemampuan membaca dan menulis kosakata.
2)        Mengklasifikasikan kata-kata dan kalimat.
3)        Berpikir secara induktif.
4)        Mengembangkan judul, kalimat dan paragraf tentang foto-foto mereka.

3.        Penutup
3.1    Simpulan
Model Induktif kata bergambar merupakan suatu model pengajaran berorientasi penelitian yag mengarahkan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang cukup kompleks. Model ini menyediakan kurikulum multi dimensi dalam rangka mengajar para pembaca dan penulis pemula. Penerapan utuh model ini meliputi kesempatan-kesempatan yang digunakan oleh guru untuk memberikan instruksi yang jelas dan kesempatan-kesempatan yang digunakan oleh siswa untuk membentuk konsep melalui kegiatan-kegiatan induktif yang telah tersusun dengan baik. Pada kelas-kelas pertama, dan untuk siswa-siswa yang mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa kedua, model ini di fokuskan untuk mengembangkan keterampilan membaca dan menulis. Namun, ini juga merupakan model yang berguna dalam mengajarkan informasi dan konsep-konsep dalam ilmu-ilmu social untuk para siswa yang lebih tua yang sudah cukup mahir dalam membaca.
3.2    Saran
Pendidik dapat memahami pengetahuan mengenai model induktif kata bergambar, serta dapat memanfaatkannya dalam menerapkan selaku seorang perencana/ perancang instruksional pengajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Joice, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of teaching (8th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.




1 komentar: