1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Model
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran.
Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi,
sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Pembelajaran induktif adalah sebuah
pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir
kritis. Berpikir
induktif sebenarnya merupakan bawaan dari lahir dan keberadaannya sudah absah,
la hadir sebagai suatu kerja revolusioner, mengingat sekolah-sekolah saat ini
telah memutuskan untuk mengajar dalam corak yang tidak absah dan acap
merongrong kapasitas bawaan sejak lahir.
Model induktif kata
bergambar merupakan salah satu model belajar secara induktif yang menggunakan
media gambar atau sebuah panduan praktis dalam pengajaran awal dari segala
usia. Model Induktif Kata Bergambar dirancang untuk memungkinkan siswa untuk
segera sukses dalam kegiatan pembelajaran.. Model induktif kata bergambar adalah
sebuah penyelidikan berorientasi
strategi seni bahasa yang menggunakan gambar yang berisi benda-benda asing dan
tindakan untuk memperoleh kata-kata dari mendengarkan anak-anak dan berbicara
kosakata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang
akan dirumuskan pada makalah ini yaitu, bagaimana penerapan model induktif kata
bergambar dalam proses pembelajaran di kelas?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu,
untuk mengetahui penerapan model induktif kata bergambar dalam proses
pembelajaran di kelas.
2.
Pembahasan
2.1 Dasar Pemikiran
Model induktif kata bergambar (Picture-Work Inductive Model) merupakan
salah satu strategi pengajaran tambahan yang sangat menarik dan luar biasa,
utamanya dalam hal keluasan landasan dan penerapannya.
Landasan model ini selain berdasarkan
pada penelitian dalam bidang baca tulis pada umumnya bagaimana siswa
mengembangkan kemampuan baca tulis (khususnya bagaimana mereka belajar membaca
dan menulis), juga berdasarkan pada materi baca tulis dalam semua bidang
kurikulum, sebagaimana pengembangan kognitif. Pengembangan control metakognitif
merupakan inti belajar bagaimana belajar (learning
how to learn) terbangun dalam suatu proses pembelajaran.
Inti merupakan sifat atau tujuan belajar
siswa saat mereka berusaha mengostruksi pengetahuan tentang bahasa (analisis
fonetik dan struktural) dan
mengembangkan keterampilan dan mengelola informasi dalam semua bidang
kurikulum. Dalam beberapa hal, strategi ini mungkin merupakan salah satu model
konstruksionis terakhir karena baca tulis umum merupakan dasar dimana bidang
baca tulis yang sesuai dengan kurikulum yang di kembangkan.
Untuk menjadi pembaca ahli, orang harus
banyak membaca, mengembangkan kosa kata, mengembangkan keterampilan dalam
analisis fonektif dan stuktural, dan belajar memahami dan memanfaatkan
teks-teks yang cukup luas.
Beberapa rancangan usulan dari beberapa
kajian tentang bagaiman siswa dapat melek huruf.
1)
Siswa
belajar mendengarkan dan mengucapkan bahasa-bahasa yang diucapkan pada mereka
dengan cara alamiah.
2)
Berpikir
induktif yang sebenarnya sudah terbangun dalam otak kita.
3)
Siswa
mencari makna. Mereka ingin memahami dunia mereka dengan mengola apa saja yang
mereka rasakan dan hayati, dan karenanya, mereka berusaha menjangkau bahasa
sebagai sumber makna.
4)
Interaksi
dengan orang dewasa dan teman sebaya merupakan proses yang alamiah dalam
pergaulan. Oleh karena itu, interaksi melalui mambaca harus dipupuk sejak dini,
utamanya saat siswa atau pembaca muda berjumpa dengan informasi-informasi dan
ide-ide.
Semua
ini bukanlah dimaksudkan untuk menjustifikasi bahwa membaca dan menulis merupakan
proses biologis yang alami, tetapi untuk menekankan bahwa cara-cara alamiah
yang digunakan siswa untuk mendekati pmbelajaran/proses belajar membaca mungkin
bisa dimanfaatkan.
Model
induktif kata bergambar dirancang untuk menghadapi tantangan itu, dan fondasi
konseptualnya mengambarkan semacam tubuh penelitian tentang bagaimana kemampuan
baca tulis diperoleh dan mengaris bawahi beberapa model pembelajaran yag telah
kami gambarkan. Model ini cukup berguna dalam kajian bidang ilmu sosial dan
sains, focus penerapan kali ini lebih pada upaya meningkatkan kemampuan membaca
dan menulis siswa pada tahun-tahun pertama mereka sekolah.
Model
ini dirancang untuk menjadi komponen besar kurikulum seni berbahasa, utamanya
untuk para pembaca pemula di tingkatan dasar dan di tingkatan yang lebih
tinggi. Model ini merupakan salah satu model dalam kelompok pembelajaran
memproses informasi karena fokus pedagogiknya seputar penyusunan
pelajaran-pelajaran sehingga siswa dapat meneliti bahasa, bentuk atau teks yang
lebih panjang bekerja untuk mendukung komunikasi dalam bahasa inggris.
Sebenarnya menggunakan model kata bergambar secara efektif membutuhkan suatu
kerangka rujukan penelitian terapan karena anda tidak sekedar mengadopsi atau
membeli PWIM, tapi anda meneliti teori dan alasan-alasan, struktur, dan
pengarunya pada siswa. Dua kajian terakhir, satu di Alberta, Kanada, dan satu
lagi di Saskatchewan, Kanada, mengambarkan kekuatan model ini.
2.2 Perkembangan
Berbahasa Siswa
Sumber
pertama berasal dari perolehan bahasa siswa secara alamiah. Pada saat itu,
banyak siswa di negara-negara berkembang berumur lima tahun, namun mereka telah
mampu membaca, mengucapkan, dan memahami antara empat hingga enam ribu kata,
bahwa mereka mampu mengembangkan struktur sintaksis dasar dari bahasa tersebut
(Chall, 1983; Clark dan Clark, 1977). Mereka dapat mendengarkan sekaligus
memahami kalimat-kalimat yang rumit dan komunikasi-komunikasi yang cukup
panjang. Mereka juga mampu menghasilkan kalimat, yang
meliputi preposisi dan konjungsi, dan mampu membuat hubungan sebab akibat
seperti “jika kita pergi ke toko itu sekarang, kita masih bisa menonton Thomas
saat pulang.” Perolaehan bahasa siswa secara alamiah merupakan salah satu
induksi yang menari sekali dalam budaya mereka ke dalam perasaan kekuatan
pribadi dan kepuasan yang luar biasa, khususnya saat para pembelajar yang muda
ini menerima komunikasi dan belajar menorehkan gagasan ke dalama kata-kata.
Dalam
struktur model induktif kata bergambar, siswa yang masih mudah disajikan
gambar-gambar dari pandangan-pandangan yang relatif familiar. Mereka
menghubungkan kata-kata dengan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek,
tindakan, dan kualitaas yang mereka kenali.
Hubungan
antara benda-benda dan tindakan-tindakan dalam gambar bahasa siswa memungkinkan
mereka melakukan peralihan secara alamiah dari bahasa tutur (yang didengar dan diucapkan) menuju bahasa tulis (dibaca
dan ditulis). Mereka melihat
perubahan-perubahan ini. Mereka juga menghubungkan sesuatu dalam gambar dengan
kata dan kemudian melihat kata itu muncul dalam bentuk cetakan. Singkatnya,
mereka nantinya akan sadar bahwa kita selalu mengeja kata itu dengan cara yang
sama. Mereka mengidentifikasi seekor anjing di gambar, melihat anjing yang
ditulis, mendengarkan kata itu dieja, mengeja kata itu sendiri, dan saat
perjalanan mereka pulang dan sekolah, mereka melihat seekor anjing tersesat di
pojok jalan dan mereka akan membacanya anjing.
Dengan
demikian, prinsip terpenting dari model ini adalah membangun perkembangan kosa
kata dan bentuk-bentuk sintaksis siswa serta memfasilitasi “peralihan” dari
tutur menjadi tulisan. Kesimpulannya adalahbahwa pendekatan ini lebih berkaitan
dengan perkembangan berbahasa siswa: bagaimana mereka mampu memanfaatkan
kata-kata yang telah dipelajari dan bagaimana membuat hubungan-hubungan antara
kata-kata itu dengan objek-objek yang ada disekelilingnya.
2.3 Proses
Belajar Membaca dan Menulis
Tidak
sedikit proses-proses pembelajaran dalam model ini yang dianggap sebagai suatu
proses magis di mana siswa sudah mampu membuat hubungan-hubungan antara bahasa
mereka yang berkembang secara alamiah dengan tulisan-tulisan yang tercetak di
atas kertas, tentu saja ini suatu keajaiban kognitif. Sedangkan pemahaman kita
saat ini adalah beragam jenis pembelajaran perlu dilaksanakan agar siswa mampu
membaca dan menulis dengan baik. Padahal, sebenarnya tidak selalu begitu.
Model
induktif kata gambar sebenarnya berusaha melakukan pendekatan langsung pada
perkembangan kosa kata ini. Pertama-tama, siswa diminta untuk membaca dan
mengeja kata-kata yang sudah tersebar dalam suatu gambar. Kemudian, kata-kata
ini dimasukkan dalam kartu kosa kata yang cukup lebar yang dapat mereka lihat
dan dapat dimanfaatkan guru saat pengajaran kelompok. Siswa bisa saja
mendapatkan seperangkat kartu kosa kata yang lebih kecil. Mereka memilah-milih
kata-kata ini dan “mengonsultasikannya” pada kamus bergambar untuk mengecek
pemahaman mereka dan menyegarkan makna dari kata-kata tadi. Siswa menyimpan
kartu kata-kata mereka dalam “bank kata” atau “kotak kata” yang sudah tersedia,
yang nantinya dapat mereka pergunakan kembali saat tugas menulis kalimat dari
kata-kata tersebut.
Pengembangan
kosa kata merupakan saluran penting untuk peningkatan keterampilan baca tulis
(Ehri, Nunes, Stahl, & Willows). PWIM adalah salah satu model pengajaran
yang berurusan dengan upaya pengembangan ini, yang meliputi bagaimana menyimpan
kata-kata dan bagaimana memindah
kata-kata tersebut ke dalam memori jangka panjang.
Model
induktif kata bergambar berusaha mengajak siswa untuk mengklasifikasi kata-kata
yang baru mereka peroleh, membangun konsep-konsep yang akan memungkinkan mereka
memecahkan kata-kata yang belumpernah mereka temukan sebelumnya.
Singkatnya,
model induktif kata bergambar memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir
secara induktif. Hal ini memungkinkan mereka membangun generalisasi yang akan
membentuk dasar analisis structural dan fonetik. Ini berhubungan dengan
kemampuan mereka dalam berpikir. Kemudian, prinsip utama dalam model ini adalah
bahwa siswa memiliki kemampuan untuk membuat generalisasi ini yang akhirnya
dapat menyingkapkan konvensi-konvensi (ber) bahasa pada mereka.
2.4 Hubungan
Membaca/Menulis
Prinsip
terpenting lain dalam belajar dengan model induktif kata bergambar adalah bahwa
membaca dan menulis secara alamiah berhubungan satu sama lain dan dapat
dipelajari secara simultan, yang pada akhirnya juga dapat digunakan secara
bersamaan untuk mempercepat pertumbuhan siswa dalam penggunaan bahasa dengan
mahir dan terampil. Konsep-konsep rasional sangat penting. Jika kata benda
tunggal (singular noun) dihubungkan
dengan kata kerja tunggal (singular verb)
dalam turunan, lalu apakah keduanya harus dihubungkan juga dalam penulisan?
Jika pengarang ahli menulis judul yang menjanjikan pendekatan tertentu pada
pembaca untuk memahami isi, maka penulis pemula belajar menjanjikan isi
pendekatan melalui judulnya.
2.5 Struktur
Pengajaran
Setiap
sesi putaran model induktif kata bergambar selalu menggunakan foto yang besar
sebagai stimulus untuk penulisan kata dan kalimat. Guru, yang bekerja sama
dengan seluruh siswa atau dengan sekelompok kecil siswa, dapat menerapkan
gerakan-gerakan perpindahan yang mencakup seluruh sesi putaran PWIM untuk
mendukung pembangunan kosa kata siswa: membentuk dan menggunakan generalisasi
analisis structural dan fonetik: pemahaman membaca dan kata, frasa, kalimat,
paragraph, dan tingkatan-tingkatan teks yang lebih panjang, mengarang kata,
kaliamat, paragraf, dan tingkatan teks yang lebih panjang; dan mengamati dan
menguji data dengan menggunakan sumber-sumber rujukan.
2.6 Langkah-langkah Model
Induktif Kata Bergambar
1)
Memilih gambar.
2)
Mintalah siswa mengenali apa yang mereka lihat dalam gambar.
3)
Tandai bagian gambar yang diidentifikasi. (Gambar garis dari
objek atau daerahyang diidentifikasi, mengucapkan kata, menulis kata, meminta
siswa untuk mengeja kata keras dan kemudian mengucapkannya).
4)
Membaca dan meninjau grafik gambar kata dengan suara keras.
5)
Mintalah siswa untuk membaca kata-kata (menggunakan
garis-garis pada grafik jika perlu) dan untuk mengklasifikasikan kata-kata ke
dalam berbagai kelompok. Identifikasi konsep umum (misalnya, mulai konsonan,
kata-kata berima) untuk menekankan dengan seluruh kelas.
6)
Membaca dan meninjau grafik gambar kata (mengucapkan kata,
mengejanya, mengatakannya lagi).
7)
Tambahkan kata-kata, jika diinginkan, dengan grafik gambar
dan kata ke bank kata.
8)
Mengarahkan siswa untuk menciptakan sebuah judul untuk bagan
kata gambar. Mintalah siswa memikirkan mengenai informasi tentang grafik dan
apa yang ingin mereka katakan tentang hal itu.
9)
Mintalah siswa untuk menghasilkan sebuah kalimat, kalimat,
atau paragraf tentang bagan kata gambar. Mintalah siswa untuk
mengklasifikasikan kalimat, model yang menempatkan kalimat menjadi paragraf
yang baik.
10) Membaca dan meninjau kalimat dan paragraf.
2.7
Kekuatan Model Induktif Kata Bergambar
1)
Langkah-langkah dasar dari komponen stres Model Induktif
Kata Bergambar dari bunyi, tata bahasa, mekanisme, dan penggunaan.
2)
Siswa mendengar kata-kata yang diucapkan dengan benar
beberapa kali dan grafik kata bergambar adalah referensi langsung karena mereka
menambahkan kata-kata untuk kosakata penglihatan mereka. Guru dapat memilih
untuk menekankan hampir semua hubungan suara dan simbol (diperkenalkan atau
dibawa ke penguasaan).
3)
Siswa mendengar dan melihat huruf yang diidentifikasi dan
ditulis dengan benar berkali-kali.
4)
Siswa mendengar kata-kata yang dieja dengan benar beberapa
kali dan berpartisipasi dalam ejaan yang benar.
5)
Bagan kata bergambar adalah bahan dasar untuk pelajaran
Model Induktif Kata Bergambar dan unit-unit. Grafik kata bergambar terdiri dari
gambar dan kata-kata yang diidentifikasi atau “terguncang keluar” dari gambar
oleh para siswa.
6)
Grafik ini digunakan di seluruh urutan pelajaran dan
merupakan sumber isi kurikulum. Sebagai guru menulis kata-kata di atas kertas
disekitar gambar, grafik menjadi kamus bergambar.
7)
Kamus ini mendukung penggunaan bahasa oleh kelas sebagai
kelompok dan sebagai individu dan kebutuhan yang akan diposting di mana siswa
dapat menggunakannya untuk mendukung mereka membaca, menulis, dan kemandirian
mereka sebagai peserta didik.
8)
Menggunakan grafik untuk membantu mereka mengucapkan
kata-kata mendorong anak-anak berumur 4 atau 5 tahun untuk melihat dan
mengomentari ejaan dan struktur fonetik.
9)
Sampai kata-kata adalah bagian dari kosakata penglihatan
siswa, mereka dilabuhkan oleh representasi mereka pada grafik kata bergambar.
Prinsip utama dari model induktif kata gambar adalah
untuk membangun pertumbuhan anak-anak dengan ucapan dan kata-kata yang dipahami
dan bentuk-bentuk sintaksis dan memfasilitasi transisi untuk menulis dan
membaca. Kebanyakan anak ingin memahami bahasa di sekitar mereka dan mereka
bersemangat terlibat dalam menguak misteri. Suatu prinsip konsekuensi dari
Model Induktif Kata Bergambar adalah bahwa pendekatan menghormati perkembangan
bahasa anak- kata-kata yang digunakan dan kemampuan mereka untuk membuat
koneksi yang penting dalam proses pembelajaran dan model.
Model induktif kata bergambar mendekati pengembangan
kosakata penglihatan secara langsung. Para siswa membaca dan mengeja kata-kata
yang keluar/ dihasilkan dari gambar. Kemudian, kata-kata ini ditempatkan pada
kartu kata besar yang mereka bisa melihat dan guru dapat menggunakan untuk
instruksi grup. Siswa juga mendapatkan kartu-kartu kata mereka sendiri. Mereka
memilah kata-kata dan berkonsultasi dengan kamus gambar untuk memeriksa
pemahaman mereka dan menyegarkan arti dari kata kata. Para siswa menjaga kartu
kata dalam amplop, bank kata, atau kata kotak, berkonsultasi dengan mereka
seperti yang mereka inginkan dan akhirnya menggunakan kartu dan kata-kata untuk
menyusun kalimat.
2.8
Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran (Instructional)
Tujuan
1)
Kapasitas mengajar sendiri.
2)
Kemampuan menyeldiki (inquiry)
bahasa yang diulang.
3)
Keterampilan dalam membaca.
4)
Kontrol yang terkonsep untuk membaca dan menulis.
Manfaat Bagi Siswa
1)
Membangun kemampuan membaca dan menulis kosakata.
2)
Mengklasifikasikan kata-kata dan kalimat.
3)
Berpikir secara induktif.
4)
Mengembangkan judul, kalimat dan paragraf tentang foto-foto
mereka.
3.
Penutup
3.1
Simpulan
Model Induktif kata bergambar merupakan
suatu model pengajaran berorientasi penelitian yag mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang cukup kompleks. Model ini menyediakan kurikulum
multi dimensi dalam rangka mengajar para pembaca dan penulis pemula. Penerapan
utuh model ini meliputi kesempatan-kesempatan yang digunakan oleh guru untuk
memberikan instruksi yang jelas dan kesempatan-kesempatan yang digunakan oleh
siswa untuk membentuk konsep melalui kegiatan-kegiatan induktif yang telah
tersusun dengan baik. Pada kelas-kelas pertama, dan untuk siswa-siswa yang
mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa kedua, model ini di fokuskan untuk
mengembangkan keterampilan membaca dan menulis. Namun, ini juga merupakan model
yang berguna dalam mengajarkan informasi dan konsep-konsep dalam ilmu-ilmu
social untuk para siswa yang lebih tua yang sudah cukup mahir dalam membaca.
3.2
Saran
Pendidik dapat memahami pengetahuan
mengenai model induktif kata bergambar, serta dapat memanfaatkannya dalam
menerapkan selaku seorang perencana/ perancang instruksional pengajaran.
DAFTAR
RUJUKAN
Joice,
B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models
of teaching (8th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson
Education, Inc.
Thank's. Membantu sekali untuk tugas saya
BalasHapus