Rabu, 05 Februari 2014

UTS Perencanaan Pendidikan


Soal :
1.        Dalam perkembangan ilmu manajemen, kita mengenal Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dan Manajemen Strategik (MS). Ulas beberapa karakteristik dasar dari keduanya.

Jawaban:

·           Pengertian Ilmu

1)        Menurut M. Izuddin Taufiq adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.

2)         Menurut Nazir (1988), Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu. 

3)        Menurut The Liang Gie Definisi Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan

4)        Ilmu merupakan kumpulan fakta-fakta dan aturan-aturan yang ada hubungannyaantara satu dengan lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala ataupun kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, objektif, analisis dan verifikatif.

·           Syarat-syarat Ilmu:

1)        Objektif. Syarat dalam ilmu haruslah objektif, maksudnya adalah  dalam mencari suatu kebenaran, ilmu harus memiliki  kajian dalam penelitian dan tidak bersifat subjektif tanpa melihat penilaian dalam mencari kebearan. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

2)        Metodis. Metodis merupakan  upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3)        Sistematis. Hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4)        Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

·           Pengertian Manajemen

1)        Koontz and Donnel (1972) ” management is getting thing done through the efforts of other people” (manajemen adalah terlaksananya pekerjaan melalui orang-orang lain )

2)        Millet (1954) ” management is the process of directing and fasilitating the work of people organized informal group to achieve a desire goal” (manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari orang-orang yang terorgasisir secara formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan

3)        Davis (1951) “management is the fuction of the executive leadership any where” ( manajemen adalah fungsi dari setiap kepemimpinan eksecutif dimanapun)

4)        Kimball and Kimball (1951)”management embraces all dities and function that pertain to the provicion of necessary is to operate and the selection of the principal office “( manajemen terdiri dari semua tugas dan fungsi yang meliputi penyusunan sebuah perusahaan, pembiayaan, penetapan garis-garis besar kebijaksanaa,penyediaan semua peralatan yang diperlukan dan penyusunan kerangka organisasi serta pemilihan para pejabat terasnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen mutlak diperlukan dalam setiap bidang kegiatan usaha yang melibatkan 2 orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu dengan melalui kerja sama serta dengan memanfaatkan sumber-sumber lain.

·           Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Quality Management (TQM)

Pengertian MMT

1)        Menurut Robins, Bregman, Stag, dan Coulter (2003) yang menyatakan bahwa

Total Quality Management (TQM) is a philosophy of management that is driven by customer needs and expectation and that focuses on continual improvement in work processes” sedangkan Kovel Jarboe dalam Syafaruddin (2002), Sherr & Gregory (2004) mengemukakan bahwa MMT adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktifitas, dan mengurangi pembiayaan.

2)        Pendapat ini membuktikan bahwa MMT merupakan manajemen yang tidak hanya mementingkan produk tetapi lebih mementingkan  proses.

3)        Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) (Pulungan, 2001; Fitzgerald, 2004).

Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan terus-menerus) dan Quality improvement (Perbaikan Mutu). Manajemen mutu terpadu merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan external suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.

Mutu secara umum bisa diartikan sebagai kesluruhan gambaran dan karakteristik suatu produk berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Pengertian mutu dalam proses pendidikan Mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Visi mutu terfokus pada pemenuhan kebutuhan kustomer yang dalam proses pendidikan adalah masyarakat.

Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.

Manajemen berasal dari kata “ to manage “ yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu, jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management) dalam kontek pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institutsi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,, dan harapan pelanggan, saat ini  maupun masa yang akan datang. (Edward Sallis, 2006: 73). Sedangkan Santoso menyampaikan bahwa TQM merupakan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (2003: 4). Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan (Nasution M.N, 2004:18)

Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan. Dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha/ manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.

Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suaru filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau perbaikan mutu berkelanjutan. Tetapi TQM memfokuskan proses atau sistem pencapaian tujuan organisasi.

·           Elemen pendukung dalam TQM

Elemen-elemen pendukung dimaksud adalah :

1)        Kepemimpinan

Kesuksesan dan kegagalan suatu organisasi selalu dihubungkan dengan

kepemimpinan. Secara umum fungsi dari kepemimpinan adalah memudahkan tercapainya tujuan dari organisasi.[1][6] Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu :

a)        Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat saja.

b)        Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap individu/bawahan.

c)        Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan.

d)       Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas.

e)        Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan

f)         Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih kepada bawahan yang berhasil/berjasa

g)        Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang terprogram

h)        Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal

i)          Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat

j)          Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan

k)        Mau mendengar dan menyadari kesalahan

l)          Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi

m)      Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja

2)        Pendidikan dan Pelatihan

Kemampuan mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh organisasi.

3)        Struktur Pendukung

Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar, tetapi akan lebih baik kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri.

4)        Komunikasi

Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.

Dalam hubungan antara personil di dalam organisasi selalu di jumpai komunikasi/ hungungan secara formal ataupun nonformal. Inti dari hubungan itu adalah rasa saling menghormati diantara para personil. Seorang pemimpin dan personil lain dalam sebuah organisasi yang dalam hal ini adalah sekolah harulah bisa berkomunikasi dengan baik satu sama lain demi tercapainya tujuan bersama.

5)        Ganjaran dan Pengakuan

Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai anggota organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Jadi pada dasarnya karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat menjadi panutan/ contoh bagi karyawan lainnya.

6)        Pengukuran

Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus diganti dengan data dan setiap orang harus diberitahu bahwa yang penting bukan yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya berdasarkan data. Pengumpulan data pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang realistis serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya.

·           Falsafah Manajemen Mutu Terpadu

1)        Dr. W. Edward Demings meletakkan kerangka pemikiran dalam perbaikan

mutu pendidikan secara berkelanjutan yang terdiri dari hal-hal berikut:
1. Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas.

2)        Transformasi organisasi.

3)        Peran esensial pimpinan.

4)        Hindari praktik  manajemen yang merugikan.

5)        Penerapan system of profound knowledge.

·           Manajemen Strategik (MS)

Pengertian Manajemen Strategik

1)        Menurut GLUECK & JAUCH (1989): arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi yang efektif memberi sumbangan terhadap pencapaian tujuan.

2)        Menurut Siagian (2000): manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasika oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka  pencapaian tujuan organisasi tersebut.

3)        Menurut WHEELEN & HUNGER: keputusan dan tindakan manajerial yang di dalamnya terdapat penyusunan rencana strategis.

4)        Menurut Manajemen strategi adalah suatu proses pengambilan keputusan dan tindakan yangmengarah kepada pengembangan strategi yang efektif atau yang membantu perusahaan mencapai tujuannya. Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan.

5)        Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 9), Konsep dasar proses manajemen strategis meliputi 4 elemen dasar, yaitu :

a.         Pengamatan lingkungan (Environmental Scanning). Pengamatan lingkungan meliputi monitoring, evaluasi dan mengumpulkan informasi dari lingkungan ekternal dan internal dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis (strategic factors) yaitu elemen-elemen eksternal dan internal yang akan menentukan masa depan perusahaan. Upaya yang paling sederhana untuk melakukan pengamatan lingkungan adalah melalui Analisa SWOT.

b.        Perumusan strategi (strategy Formulation). Perumusan Strategi adalah mengembangkan rencana jangka panjang untuk mengelola secara efektif peluang dan ancaman lingkungan ekternal, dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan (SWOT). Perumusan strategi mencakup pula kegiatan-kegiatan : mendefinisikan visi misi , menetapkan tujuan yang ingin dicapai, mengembangkan strategi, dan pengaturan pedoman kebijakan.

c.         Implementasi strategi (strategy implementation). Pelaksanaan rumusan strategi jangka panjang. Penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pendidik, pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan usaha-usaha pencapai tujuan pendidikan, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pendidik dengan kinerja organisasi sekolah.

d.        Evaluasi dan pengendalian (evaluation and control). kegiatan mencermati apakah strategi berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa strategi perusahaan haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun internal. Tiga kegiatan utama pada tahap ini adalah: (a) menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan; (b) pengukuran kinerja; (c) pengambilan tindakan perbaikan.

Manajemen strategi adalah suatu seni (keterampilan), teknik, dan ilmu merumuskan, mengimplmentasikan, dan mengevaluasi serta mengawasi berbagai keputusan fungsional organisasi (bisnis dan non bisnis) yang selalu dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal, yang senantiasa berubah sehigga memberikan kemampuan kepada organisasi untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

Proses manajemen strategi terdiri dari tahapan : (1) Analisa Lingkungan, (2) Menetapkan Visi, Misi & Tujuan, (3) Formulasi Strategi, (4) Implementasi Strategi, dan (5) Evaluasi Strategi.




·           Komponen Proses Manajemen Strategi

Komponen utama proses manajemen strategi, adalah sebagari berikut :

1)        Visi, suatu keinginan terhadap keadaan masa datang yang dicita-citakan oleh organisasi. Biasanya visi dibuat oleh para pendiri organisasi, tetapi tidak tertutup kemungkinan sebuah visi direvisi jika ternyata perubahan-perubahan internal maupun eksternal organisasi telah menyebabkan visi tersebut menjadi tidak sesuai lagi.

2)        Misi, pernyataan jangka panjang tentang alasan yang membedakan antara organisasi satu dengan lainnya. Mission statements mengidentifikasikan ruang lingkup operasi suatu organisasi (perusahaan) dalam hal produk dan pasarnya.

3)        Objective (Tujuan), merupakan hasil akhir dari suatu aktivitas atau kinerja. Dalam tujuan ini akan dtegaskan apa yang akan dicapai, kapan, berapa yang harus dicapai.

4)        Strategi, merupakan keterampilan dan ilmu memenangkan persaingan.

5)        Kebijakan,  yaitu cara mencapai tujuan perusahan.  Kebijakan meliputi garis pedoman, aturan dan peraturan serta prosedur guna mendukung usaha pencapaian tujuan.

6)        Lingkungan, adalah lingkungan internal dan eksternal, yang akan mempengaruhi pilihan strategi, guna mendefinisikan situasi kompetitifnya.

·           Tahapan dalam Manajemen Stategis

Selain uraian tahapan di atas terdapat pula Proses Manajemen Strategis terdiri dari tiga tahap :

1)        Perumusan stategis termasuk  mengembangkan misi bisnis, mengenal peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang, meghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.

Keputusan  perumusan strategi mengikat suatu organisasi pada produk, pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama periode waktu tertentu. Strategi menetapkan keunggulan bersaing jangka panjang. Apapun yang akan terjadi, keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama dan pengaruh jangka panjang pada suatu organisasi.

2)        Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan manajemen strategi. Strategi implementasi berarti memobilisasi karyan dan manajer untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan.  Sering dianggap sebagai tahap palng sulit dalam manajemen strategis, implementasi strategis memerlukan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan.  Keberhasilan implementasi strategi tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih merupakan seni ketimbang pengetahuan. Strategi yang dirumuskan tetapi tidak diimplementasikan sama sekali tidak ada gunanya.

3)        Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik; evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selali berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah (1) meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar  strategiyang sekarang, (2) mengukur prestasi, (3) mengambil tindakan korektif. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan d imasa yang depan! Keberhasilan selalu menciptakan masalah baru dan berbeda; organisasi yang merasa puas akhirnya mati.

Aktivitas perumusan strategi, implementasi, dan evaluasi terjadi di tiga tingkat hierarki dalam organisasi yang besar: korporasi, divisi atau unit bisnis strategis, dan fungsional. Dengan memperkuat komunikasi dan interaksi di antara manajer dan karyawan di seluruh tingkat hierarki, manajemen strategi membantu fungsi manajemen sebagai tim bersaing. Sebagian besar bisnis kecil dan beberapa bisnis besar tidak mempunyai divisi atau unit bisnis strategis, mereka hanya mempunyai tingkat korporasi dan fungsional. Sekalipun demikian, manajer dan karyawan di kedua tingkat ini seharusnya dilibatkan secara aktif dalam aktivitas manajemen strategis.

·           Istilah Penting Dalam Manajemen Strategis

1)        Keunggulan Kompetitif

Didefinisikan sebagai “ segala sesuatu yang dilakukan  dengan sangat baik oleh sebuah perusahaan dibandingkan dengan oesaingnya”

2)        Penyusun Strategis

Adalah individu yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan organisasi. Misalnya CEO, presiden direktur, pemilik dan ketua dewan direksi.

3)        Pernyataan Visi dan Misi

Pernyataan visi yang menjawab pertanyaan, “Ingin menjadi apakah kita?” mengembangkan pernyataan visi sering dianggap sebagai tahap pertama  dalam perencanaan strategis, bahkan mendahului pembuatan pernyataan misi. Pernyataan misi merupakan pernyyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis.

4)        Peluang dan Ancaman Eksternal

Peluang dan ancaman eksternal mengacu pada ekonomi,social, budaya demografis, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, serta tren kompetisi dan kejadian yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan organisasi dimasa depan. Peluang dan ancaman sebagian,besar berada diluar kendali organisasi, sehingga disebut eksternal.

5)        Kekuatan dan Kelemahan Internal

Merupakan aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan system informasi manajemen dari sebuah bisnis.

6)        Tujuan Jangka Panjang

Tujuan adalah hasil yang spesifik yang ingin dicapai suatu organisasi untuk menjalankan misi dasarnya. Jangka panjang artinya lebih dari satu tahun.

7)        Strategi

Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan join venture.

8)        Tujuan Tahunan

Merupakan target jangka pendek yang harus dicapai organisasi untuk mencapai tujuan jangka panjang.

9)        Kebijakan

Kebijakan merupakan alat untuk mencapai tujuan tahunan. Kebijakan mencakup pedoman, peraturan, dan prosedur yang dibuat untuk mendukung usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

·           Manfaat Manajemen Strategis

1)        Manfaat Finansial

Bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategis menunjukan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas, dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.

2)        Manfaat Nonfinansial

Greenley menyatakan manajemen strategis memberikan manfaat sebagai berikut :

a.         Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan eksploitasi

b.        Memberikan pandangan objektif atas masalah manajemen

c.         Merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas control dan kordinasi yang baik

d.        Meminimalkan efek dari kondisi dan perubahaan yang jelek

e.         Memungkinkan agar keputusan besar dapat mendukung dengan baik tujuan yang telah ditetapkan

f.         Memungkinkan alokasi waktu dan SD yang lebih efektif  untuk peluang yang telah teridentifikasi

g.        Menciptakan kerangka kerja utk komunikasi internal diantara staff

h.        Membantu mengintegrasikan perilaku individu ke dalam usaha bersama

i.          Memberikan dasar utk mengklarifikasi tanggung jawab individu

j.          Mendorong pemikiran ke masa depan

k.        Menyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi dan antusias utk menghadapi masalah dan peluang

l.          Mendorong terciptanya sikap positif terhadap perubahan

m.      Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen suatu bisnis

·           Visi Dan Misi

Visi

Pernyataan visi seharusnya menjawab  pertanyaan mendasar, “apa yang ingin kita capai?” visi yang jelas memberikan dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif. Pernyataan visi seharusnya singkat, lebih disukai satu kalimat, dan sebisa mungkin diberikan oleh semua manajer dalam mengembangkan pernyataan visi.

Misi

Drucker mengatakan bahwa mengajukan pertanyaan “Apa bisnis kita ?” adalah sama hal dengan bertanya “Apa misi kita?” .Pernyataan misi adalah deklarasi tentang  “alasan keberadaan” sebuah organisasi.

·           Pentingnya Pernyataan Visi Dan Misi

King dan Cleland merekomendasikan perusahaan untuk mengembangkan pernyataan misi  karena alas an berikut ini :

1)        Memastikan tujuan dasar organisasi

2)        Memberikan basis atau standar utk mengalokasikan SD di organisasi

3)        Menciptakan kondisi atau iklim organisasi yang umum

4)        Menjadi titik utama bagi individu dalam mengidentifikasi tujuan dan arah organisasi.

5)        Memfasilitasi penerjemahan tujuan menjadi struktur kerja yang melibatkan penungasan hingga elemen tanggung jawab dalam organisasi

6)        Memberikan tujuan dasar organisasi dan kemungkinan utk menerterjemahkan tujuan dasar ini menjadi tujuan dalam bentuk sedemikian rupa hingga parameter waktu, biaya, dan kinerja dapat dievaluasi dan dikontrol.

·           Karakteristik Pernyataan Misi

1)        Deklarasi sikap

Pernyataan misi yang baik memungkinkan utk perumusan dan pemikiran alternative tujuan dan strategi yang layak tanpa mengurangi kreativitas manajemen dan harus cukup luas untuk menyatukan perbedaan secara efektif dan memiliki daya tarik bagi stakeholder organisasi, individu, atau kelompok individu yang memiliki investasi khusus atau klaim terhadap perusahaan.

2)        Orientasi pelanggan

Pernyataan misi menjelaskan tujuan dasar organisasi, pelanggan, produk atau jasa, pasar, filosofi, dan dasar teknologi.

3)        Deklarasi kebijakan social

Kebijakan sosial  menempatkan filosofi dan pemikiran manajerial pada tingkat tinggi  dalam organiasi. Untuk alasan ini, kebijakan social mempengaruhi pengembangan pernyataan misi.

·           Komponen Pernyataan Misi

1)        Pelanggan, “Siapa pelanggan perusahaan?”

2)        Produk atau Jasa, “Apa produk atau jasa utama perusahaan?”

3)        Pasar-secara geografis, dimana pasar berkompetisi?

4)        Teknologi Apakah perusahaan menerapkan teknologi terbaru?

5)        Perhatian akan keberlangsungan, pertumbuhan, dan profitabilitas. Apakah perusahaan berkomitmen untuk pertumbuhan dan kondisi keuangan yang baik?

6)        Filosofi Apa dasar kepercayaan, nilai, aspirasi, dan prioritas etika perusahaan?

7)        Konsep diri Apa keunggulan kompetitif perusahaan?

8)        Perhatian akan citra publik-Apakah perusahaan responsive terhadap pemikiran social, masyarakat dan lingkungan?

9)        Perhatian atas karyawan- apakah karyawan aset yang berharga untuk perusahaan?

·           Karakteristik MMT (manajemen mutu terpadu) dan MS (Manajemen Strategis)

MMT (manajemen mutu terpadu) memiliki karakteristik sebagai berikut:

1)        Selalu fokus pada pelanggan. Pelanggan yang dimaksud adalah bukan hanya pihak luar yang merupakan pembeli jasa atau produk dari organisasi tetapi juga pelanggan internal, yaitu orang yang berinteraksi pada layanan satu dengan layanan yang lain dalam organisasi.

2)        Perhatian pada kegiatan pengembangan secara berkelanjutan. TQM memiliki komitmen untuk tidak pernah puas dengan suatu kualitas. Kualitas yang diinginkan bukan hanya “baik” tetapi harus “sangat baik”. Organisasi memiliki filosofi bahwa kualitas selalu dapat dikembangkan.

3)        Fokus pada proses. TQM memfokuskan pada proses kerja untuk menghasilkan barang dan jasa sehingga selalu harus dilakukan pengembangan secara berkelanjutan.

4)        Pengembangan mutu pada keseluruhan organisasi. TQM menggunakan definisi mutu yang sangat luas. Tidak hanya berkaitan dengan produk dan layanan akhir, tetapi juga bagaimana organisasi melakukan proses pengiriman, banyaknya komplain, dan bagaimana menangani komplain dengan sopan.

5)        Pengukuran yang akurat. TQM menggunakan teknik statistik untuk mengukur setiap variabel penting dalam kegiatan organisasi. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan-kegiatan membandingkan dengan standar yang berbeda atau melalui kegiatan benchmark untuk mengidentifikasi masalah, menulusuri akar masalah, dan menghilangkan penyebab dari masalah tersebut.

6)        Pemberdayaan sumber daya manusia. TQM menempatkan manusia sebagai sesuatu yang harus dikembangkan dalam upaya untuk mengembangkan proses. Tim kerja merupakan hal yang harus dikembangkan dalam kaitan untuk menemukan dan menyelesaikan masalah dalam organisasi

Manajemen Strategis (MS) memiliki karakteristik sebagai berikut:

1)        Keunggulan kompetitif dimana sekolah berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan secara terus menerus beradaptasi dengan keadaan dan kejadian eksternal serta kemampuan, kompetensi, dan sumber daya internal, dan dengan secara efektif memformulasikan, mengimplementasi, dan mengevaluasi strategi yang mengambil kuntungan dari faktor-faktor tersebut.

2)        Penyusun Strategis adalah individu yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan organisasi. Para penyusun strategi membantu organisasi mengumpulkan, menganalisis, dan mengoraganisasikan informasi.

3)        Pernyataan visi dan misi merupakan pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu dengan lainnya.

4)        Peluang dan ancaman eksternal

5)        Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasiyang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk.

6)        Strategi dan kebijakan, Tujuan Tahunan dan tujuan jangka panjang.

Soal:

2.        Dapatkah MMT dan MS diterapkan untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga pendidikan? Berikan contoh agar dapat lebih mengklarifikasi jawaban saudara!

Jawaban:

·           Pengertian Kinerja

Menurut Bernaden dan Russel, sebagaimana dikutip oleh Gomes, Faustino Cardoso (2000) kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan karyawan selama suatu periode waktu tertentu.

·           Pengertian Lembaga

Leopold Von Weise dan Becker Lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu dan kelompoknya.

·           Pengertian Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

·           Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Quality Management (TQM) dan manajemen strategis. TQM awalnya dikembangkan di industri lalu diterapkan di dunia pendidikan. Sedangkan  manajemen strategis diambil dari manajemen tentara atau siasat perang.

·           Pengertian Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management (TQM) diartikan sebagai panduan semua fungsi dari suatu perusahan kedalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993:135).

·           Manajemen Stategis

Rencana yang cermat tentang kegiatan-kegiatan yang memiliki sasaran yang khusus. Stategi adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama kebijakan dan urutan-urutan tindakan. Oleh karena itu, sifatnya menyeluruh (konferhensif) dan menyatu (kohesi). Stategi harus ada karena tanpa strategi kita tidak dapat membuat keputusanberdasarkan aturan-aturan yang berlaku sejak lama, kebijakan historis, atau ekstrapolasi sederhana dari kecenderungan saat ini, tetapi melihat masa depan, rumusan tujuan, organisasi masa depan yang secara makro dan menyusun kebijakan.

·           Model Manajemen Strategis:

1)        Pengamatan lingkungan(Environmental Scanning)

2)        Perumusan strategi (strategy Formulation)

3)        Implementasi strategi (strategy implementation)

4)        Evaluasi dan pengendalian (evaluation and control)

·           Faktor strategis :

Faktor internal (kurang guru, kurang gaji), meliputi :

1)        Strengths (kekuatan)

2)        Weaknesses (kelemahan)

Faktor eksternal, meliputi :

3)        Opportunities (kesempatan)

4)        Threats (tantangan)


MPMBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasif dengan melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk meningktakan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Orientasi MPMBS adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tekanan pada peningkatan mutu terpadu (TQM). Dengan MPMBS ini, sekolah lebih mandiri dalam mengelola sekolahnya.

·           Aspek-aspek yang dapat digarap oleh sekolah dalam rangka MPMBS meliputi:

1)        Perencanaan dan evaluasi sekolah

2)        Pengelolaan kurikulum

3)        Pengelolaan proses belajar mengajar

4)        Pengelolaan ketenagaan

5)        Pengelolaan keuangan

6)        Pengelolaan pelayanan

7)        Pelayanan siswa

8)        Hubungan sekolah dengan masyarakat

9)        Pengelolaan iklim sekolah

Dalam rangka mengimplementasikan MBS, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah.

·           Konsep Dasar MBS

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

·           Karakteristik MBS

Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada. Ciri-ciri MBS bisa dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), proses belajar-mengajar dan sumber daya sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut.

·           Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS

1)        Organisasi Sekolah melakukan proses belajar mengajar

2)        Menyediakan manajemen/ organisasi/ kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan sekolah

3)        Meningkatkan kualitas belajar siswa

4)        Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melayani keperluan siswa

5)        Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan sumber daya tsb. sesuai dengan kebutuhan



·           Ciri-cirinya School Based Management sebagai berikut:

1)        Autonomy

a.         Investasi yang merupakan tanggung jawab pemerintah conthnya membuat kelas baru

b.        Operasional menggunakan dana yang bersumber dari pemerintah contohnya dana bos

c.         Biaya pribadi merupakan dana yang sepenuhnya tanggung jawab orang tua secara pribadi untuk kebutuhan siswa contohnya : sepatu, baju seragam, alat tuis, buku dan tas

2)        Responsibility

3)        Environmrntal/local condisaration

4)        Quality improment

5)        Teaching-learning process

6)        Curriculum development

·           Komponen Manajemen Berbasis Sekolah

Tujuan Program MBS adalah peningkatan mutu pembelajaran. Program ini terdiri atas tiga komponen, yaitu:

1)        Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

2)        Peran Serta Masyarakat (PSM), dan

3)        Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar melalui Peningkatan Mutu Pembelajaran yang disebut Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)  atau CLCC (Creating Learning Community for Children).

MMT dan MS dapat diterapkan dengan wujud (manajemen berbasis sekolah (MBS). Ciri manajemen berbasis sekolah adalah setiap lembaga sekolah diperbolehkan mengembangkan dirinya berdasarkan tiga landasan. Pertama, visi dan misi masing-masing sekolah. Artinya, sekolah diberikan peluang sebesar-besarnya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia berdasarkan visi dan misi lembaganya. Dalam operasionalnya, ketiga hal itu harus didukung oleh konfigurasi segitiga peran pendidikan, yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk duduk bersama dalam membahas kebutuhan-kebutuhan pengembangan sumber daya lokal dengan difasilitasi oleh pemerintah (Kementerian Pendidikan). Dengan demikian, "Manajemen Sekolah" tidak lagi sentralistis dan bersifat seragam menunggu "juklak" dan "juknis" dari pusat. Lebih dari itu, tak akan terjadi lagi sekolah-sekolah di daerah tertentu misalnya, merasa "dipasung" karena harus mengikuti target-target pencapaian yang sama persis dengan kehendak "pusat".

Kebijakan Direktur Pendidikan Menengah Umum tentang Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) menekankan agar sekolah mampu mengoordinasikan dan menyerasikan segala sumber daya yang ada di sekolah dan di luar sekolah untuk mewujudkan sekolah yang bermutu. Untuk mewujudkan itu semua, diperlukan kesiapan dan kemampuan agar bisa memberdayakan semua komponen di sekolah dan di luar sekolah untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan.

MMT  dan MS diterapkan untuk meningkatkan kinerja pendidikan melalui MBS (manajemen berbasis Sekolah). Manajemen sekolah akan terus mencari bentuk yang sesuai dengan keinginan dari stakeholders, begitu pula dalam bentuk, pola, serta dasar yang sesuai dengan perkembangan lingkungan sekolah. Dalam hal ini, Luthans menyatakan bahwa organisasi akan berusaha untuk menciptakan suatu struktur agar dapat mengoordinasi aktivitas-aktivitas dan mengontrol tindakan-tindakan anggota organisasi tersebut. Artinya, gesekan dalam manajemen sekolah akan terus berjalan dengan adanya faktor eksternal yang menuntut untuk sesuai dengan perkembangan eksternal, yaitu mutu yang sesuai dengan selera, hasrat, dan keinginan pangsa pasar. Dengan berdasarkan hal tersebut, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang memprioritaskan TQM akan menjadi solusi dalam menemukan sekolah yang efektif.

Akan tetapi, Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) bukanlah tanpa risiko. Ia ibarat pisau yang bermata dua. Bahayanya adalah apabila kita gagal menyiapkan proses "alih mental" dan "rekulturisasi sistem" lebih pada etos manajerialnya daripada sekadar tiruan prosedur fisiknya, maka yang akan terjadi adalah munculnya "raja-raja kecil", yaitu perilaku "pengelola sekolah" yang menerapkan wewenang dan kekuasaannya dengan semena-mena tanpa memiliki dasar konsep yang benar. Jika demikian yang terjadi, hasilnya adalah malapetaka pendidikan. School Based Management membutuhkan "perubahan budaya" dari budaya kepemimpinan otoriter ke demokratis, dan dari budaya tergantung kepada budaya mandiri serta kreatif. Budaya manajerial kita masih jauh dari demokratis, partisipatif pun belum. Dalam unit-unit pendidikan Indonesia, masih banyak sekali endave-endave (pulau-pulau) si "raja kecil". Transparansi masih satu kemewahan, duduk sama rendah juga masih satu keajaiban. Padahal, sistem demokratis School Based Management membutuhkan egalitarianisme yang tinggi dengan asas persamaan antarkomponen sekolah.

Solusinya bukan menghentikan program School Based Management. Program ini sudah kehendak zaman. Artinya, School Based Management merupakan tuntutan dunia atau masyarakat pendidikan untuk menuju ke peradaban baru pendidikan Indonesia. Tidaklah berlebihan apabila diklaim bahwa School Based Management sebagai manajemen sekolah paradigma holistik. Ilustrasi yang paling sederhana yakni bahwa kenyataan di lapangan, untuk menerapkan manajemen sekolah yang efektif adalah hal yang sangat sulit apabila dilakukan secara manual tanpa berbasis pada teknologi. Kita ketahui bersama, untuk aktivitas administrasi saja (di luar pekerjaan akademis/ proses belajar mengajar dan pengelolaan stakeholder), seperti set up data (baik pengolahan data dan transaksi, pelaporan dan evaluasi, pengendalian dan pengawasan, maupun pengambilan keputusan) yang meliputi data kepegawaian, data siswa, aktivitas semester, evaluasi hasil belajar, pengelolaan nilai dan kompetensi, pengelolaan ujian akhir, proses penyusunan rapor, proses kenaikan kelas, laporan nilai per mata pelajaran per siswa, dan laporan-laporan rekap lainnya, seperti  distribusi nilai per mata pelajaran, rekap kenaikan kelas, rekap kelulusan, dan segudang tugas-tugas lainnya.

Berdasarkan deskripsi di atas, maka perlu kiranya untuk melaksanakan program yang disusun berdasarkan skala prioritas penanganan isu berdasarkan implementasi manajemen sekolah efektif guna peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Langkah yang paling tepat adalah menyebarluaskan dan mengintroduksi terlebih dahulu perspektif otonomi sekolah atas dasar School Based Management (SBM) yang memfokuskan pada mutu pendidikan, sehingga menjadi suatu kepedulian yang mendalam dari para pengelola pendidikan/guru guna mewujudkan rencana strategis sekolah secara matang dan tepat guna. Dengan demikian, penerapan TQM akan berarti pada adanya kebebasan untuk berpendapat bagi seluruh komponen sekolah. Dalam kegiatan pembela­jarannya pun, kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah, serta guru dan kepala sekolah, singkatnya, kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah.

Pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan, melainkan  juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu, namun tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resoums are necessary but not suffiaent condition to improve student achievement). Di samping itu, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi peserta didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, dan kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/ mutu pendidikan. Peningkatan mutu di setiap satuan pendidikan diarahkan pada upaya terselenggaranya layanan pendidikan kepada pihak yang berkepentingan atau masyarakat.

Dengan demikian, di lembaga pendidikan ada upaya untuk terus berpacu dengan fenomena masyarakat berdasarkan pada mutu yang terjamin, karenanya perbaikan secara berkesinambungan merupakan langkah yang pasti untuk diambil. Perbaikan yang berkesinambungan berkaitan dengan komitmen continuous quality improvement  atau CQI dan continuous process improvement.  Komitmen terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi pada misi dan visi bersama, serta pemberdayaan semua partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi tersebut. Perbaikan yang berkesinambungan tergantung kepada dua unsur. Pertama, mempelajari proses, alat, dan keterampilan yang tepat. Kedua, menerapkan keterampilan baru pada small achievabk projects. Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam lembaga pendidikan harus menggunakan pendekatan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga pendidikan, yakni student learning.

Semoga dengan adanya komitmen internal akan menjadikan mutu pendidikan di Indonesia terus meningkat dan mencapai suatu tatanan nilai yang idealis seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 serta dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Soal:

3.        Bagaimanakah perkembangan makna kualitas dari waktu ke waktu berikutnya? Dimanakah posisi produsen dan konsumen dalam memaknai kualitas?

Jawaban:

·           Pengertian kualitas

Pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks “proses” pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif, afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran.

Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, EBTA atau UN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya. Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya.

Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif. Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat.

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif.

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yaitu lulusan yang memilki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang (harapan bangsa).

·           Standar atau Parameter Pendidikan Yang Berkualitas

Standar / parameter adalah ukuran atau barometer yang digunakan untuk menilai atau mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting untuk kita ketahui, apalagi dalam rangka mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas. Kalau kita mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan diatas, ada delapan (8) hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu:

1)        Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2)        Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

3)        Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

4)        Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

5)        Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

6)        Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selam satu tahun.

7)        Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Standar nasional pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional juga bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu standar diatas yang paling penting untuk diperhatikan yaitu standar pendidik dan kependidikan. Dimana seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini, yaitu: kompetensi peadagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Ada empat (4) standar kualitas pendidikan dalam urutan prioritasnya adalah sebagai berikut : guru (teacher), kurikulum (curriculum), atmosfer akademik (academic atmosphere), dan sumber keilmuan (academic resource). Penilaian standar kualitas pendidikan dilakukaan dengan alat batu berbentuk analisis SWOT.

Analisis SWOT merupakan salah satu alat bantu dalam membuat keputusan di suatu instansi atau lembaga sekolah. Analisis SWOT juga memberikan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu organisasi. Dengan melakukan analisis SWOT memberikan penentuan tujuan yang spesifik dari organisasi dan dapat mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan yang telah diprogramkan. Adapun komponen-komponen dari SWOT itu sendiri adalah:

1)        Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.

2)        Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan organisasi atau program pada saat ini. Adapun contoh dari weakness pada SMP Negeri 5 Kayu Agung adalah manajemen sekolah. Manajemen sekolah mencakup: perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi, dan penilaian pegawai. pengelolaan, dan evaluasi kinerja tenaga kependidikan dan karyawan.

3)        Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa yang akan datang.

4)        Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan. Misalnya, persaingan sekolah SSN, RSBI dan sekolah swasta.

POSISI PRODUSEN DAN KONSUMEN/PELANGGAN DALAM MEMAKNAI KUALITAS

·           POSISI PRODUSEN DALAM MEMAKNAI KUALITAS

Institusi pendidikan sebagai produsen hendaknya  harus dapat melaksanakan mekanisme hirarki mutu dengan baik agar institusi tersebut dapat memberikan mutu yang diharapkan dan selalu berupaya meningkatkan mutu yang telah dicapainya. Institusi harus menempatkan sudut pandang peserta didik sebagai pusat dari setiap proses perencanaan strategis. Karena peserta didik adalah alasan utama dalam berdirinya sebuah institusi pendidikan dan reputasi institusi pendidikan itu sendiri ada dipundak para peserta didik dengan melihat dari output keberhasilannya. Institusi pendidikan yang berorientasi pada mutu tentunya akan berfokuskan pada peserta didik dan bukan pada tataran internal yang ada didalam.  Proses pencegahan merupakan nilai utama  dibandingkan proses deteksi dari suatu masalah yang ada. Institusi harus memiliki strategi mutu dengan menginvestasikan sumberdaya yang ada. Institusi harus dapat menyikapi komplain sebagai proses pembelajaran dan bukan menyikapi komplain sebagai suatu gangguan. Institusi harus dapat melakukan proses perbaikan mutu dengan  melibatkan setiap orang di institusi bukan hanya melibatkan tim manajemen dalam setiap masalah. Staf harus  diyakinkan memiliki peluang untuk menciptakan mutu dengan membangun nilai kreatifitas yang ada pada dirinya. Institusi harus memiliki aturan dan tanggung jawab yang jelas serta memiliki strategi evaluasi yang jelas dan sistematis sehingga institusi melihat mutu sebagai cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

·           POSISI KONSUMEN/ PELANGGAN DALAM MEMAKNAI KUALITAS

Konsumen / pelanggan dalam institusi pendidikan dibagi menjadi dua yaitu pelanggan luar (external customers) dan pelanggan dalam (internal customers). External customers  terdiri dari :

1)        Pelanggan utama adalah peserta didik (secara langsung menerima jasa).

2)        Pelanggan kedua adalah orang tua, gubernur, sponsor ship (memiliki kepentingan langsung secara individu dan institusi).

3)        Pelanggan ke tiga adalah pemerintah dan masyarakat secara luas (memiliki peran penting walaupun tidak secara langsung berhubungan.

Sedangkan internal customers adalah pelanggan yang ada di dalam institusi pendidikan itu sendiri yang menggerakan keseluruhan proses pendidikan yang terdiri dari seluruh staf, guru dan kepala sekolah, pengawas sekolah. Hubungan internal yang kurang baik akan membuat pelanggan eksternal menjadi menderita. Oleh sebab itu, institusi pendidikan juga harus memperhatikan secara penuh para pelanggan dalam ini.

Mutu pendidikan mempunyai kontinum dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu variabel, dalam konteks pendidikan sebagai suatu sistem, variabel mutu pendidikan dapat dipandang sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan, iklim organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas belajar dan sebagainya. Terdapat banyak standar mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yeng memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Standar ini merupakan  faktor terciptanya  suatu mutu pendidikan, atau faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan.

Sebagai contoh dapat kita asumsikan bahwa  faktor guru, waktu belajar, manajemen sekolah, sarana fisik dan biaya pendidikan memberikan kontribusi yang berarti terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian semua proses pendidikan di sekolah menjadi salah satu faktor penting untuk dapat memenuhi kualitas dan prestasi belajar, dimana kualitas dan prestasi belajar pada dasarnya menggambarkan mutu pendidikan. Dengan pemahaman tersebut, fungsi penting dari jaminan mutu pendidikan adalah berkaitan dengan keseluruhan proses kelembagaan sekolah mulai dari aspek perencanaan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu proses tersebut, sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan sejalan dengan tuntutan perkembangan global dewasa ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar