Rabu, 05 Februari 2014

PERENCANAAN PENDIDIKAN PARTISIPATORI




PERENCANAAN PENDIDIKAN PARTISIPATORI
(DENGAN PENDEKATAN SISTEM)
Prof. Dr. Made Pidarta

BAB I  
KONSEP DASAR DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

Perencanaan pendidikan didasari oleh beberapa konsep. Konsep-konsep itu dibahas pada awal usaha menguraikan perencanaan pendidikan ini, dengan maksud agar pemahaman tentang perencanaan lebih mudah dan lebih mendalam. selain itu setiap uraian yang didasari oleh konsep tertentu mempunyai cirri tersendiri, walaupun uraian itu mempunyai tujuan yang sama. Dengan demikian konsep-konsep yang dipilih akan memberikan warna pada perencanaan ini.

Definisi Perencanaan
Cunningham mengatakan bahwa perencanaan itu ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Definisi yang kedua mengemukakan bahwa perencanaan ialah hubungan antara apa adanya sekarang dengan bagaimana seharusnya yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.
Sementara itu definisi yang lain tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek berbunyi: perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Berdasarkan ketiga definisi diatas pada hakikatnya adalah sama yaitu sama-sama ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang, tetapi yang pertama dan kedua tidak menyatakan secara eksklusif bahwa wujud yang dicari itu akibat dari terjadinya perubahan, termasuk perubahan dalam cita-cita. Dari pembahasan ini dapat dibuat suatu rumusan baru yaitu: Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat suatu organisasi tetap berdiri dan maju sebagai satu sistem dalam tenunan suprasistem yang tetap berubah.
Lingkungan Lembaga Pendidikan yang Selalu Berubah
Lingkungan lembaga pendidikan adalah sesuatu yang ada diluar lembaga pendidikan. Lingkungan itu antara lain persawahan, cara-cara becocok tanam, pasar, bentuk-bentuk industry, masyarakat dengan segala pola kehidupannya, situasi masyarakat, kesenian, keakraban dan sebagainya. Di Indonesia sering dikelompokkan menjadi sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan, kemananan. Jadi Lembaga pendidikan itu adalah masyarakat.
Untuk kepentingan perencanaan pendidikan di Indoensia tidak selalu sukar untuk menemukan bagaiamna pola perubahan itu terjadi di masyarakat kita. Sebab banyak studi tentang perkembangan kemasyarakatan telah dilakukan dan ditulis konsepnya. Lebih-lebih bila perencanaan itu bersifat lokal atau desentralisasi hal itu lebih mudah dilakukan sebab perencanaan-perencanaan lokal atau para manajer pendidikan beserta stafnya telah banyak begaul dan hidup bersama dengan masyarakat setempat.
Karena lingkungan lembaga pendidikan selalu berubah, maka diharapkan lembaga-lembaga pendidikan meningkatkan kontak hubungannya dengan masyarakat sekitar dalam menangani problem pendidikan pada umumnya dan perencanaan pendidikan pada khususnya.

Organisasi Pendidikan dan Perlunya Perencanaan
Organisasi pendidikan ada diantara lingkungannya dan tertenun didalamnya. Ini berarti organisasi atau lembaga pendidikan tidak dapat dan tidak dibenarkan berdiri sendiri terlepas dari masyarakat lingkungannya. Ia tidak boleh merupakan menara gading yang dengan gagah menunjukkan kemegahannya padahal tidak ada fungsinya bagi masyarakat. Atau sebaliknya ia juga tidak dibenarkan menjadi menara air yang dengan mudah hanyut dan melebur dengan masyarakat dan tidak manunjukkan identitas apa-apa. Berarti lembaga pendidikan akan melakukan fungsi ganda, pada satu pihak ia berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di masyarakat di pihak lain ia membina memberi penerangan kepada masyarakat bagaimana mengadakan perubahan secara sistematis dan terarah.
Perubahan yang dipelopori oleh lembaga pendidikan secara sistematis dan
terarah untuk jangka panjang membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan sumber-sumber lain untuk masa yang lama. Hal ini membutuhkan perencanaan pendidikan. Suatu perencanaan yang menyangkut lembaga pendidikan sebagai satu kesatuan, termasuk organisasinya, strukturnya, personalianya, programnya, baiayanya, dan sumber-sumber pendidikan lainnya. Besar kecilnya segi-segi lembaga pendidikan yang disangkutkan dengan perencanaan bergabtung pada luas ruang lingkup yang direncanakan.
Soumelis menunjuukan faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pendidikan berevolusi. Faktor-faktor itu ialah:
1.        Perubahan tujuan eksternal dan internal system pendidikan
2.        Perubahan berfikir sosial politik secara menyeluruh, yang menginginkan pasrtisipasi para perencana dalam sosial politik
3.        Semakin berkembangnya struktur administrasi pendidikan, tia-tiap lembaga pendidikan mmeiliki struktur sendiri-sendiri, sehingga membutuhkan perencanaan sendiri-sendiri pula
4.        Interes-interes khusus pada penanggung jawab perencanaan, sesuai dengan bidang studi mereka masing-masing
5.        Struktur pendek pada perencanaan yang bersifat mesin, suatu perencanaan yang terpisah dikerjakan oleh pemerintah pusat
6.        Tekanan dari problem-problem yang bersifat akut yang dulu diselesaikan oleh jangka pendek, nanti seharusnya dikaitkan dengan perencanaan jangka panjang.
Soumelis juga memberikan informasi-informasi yang sepatutnya dipakai sebagai dasar perencanaan. informasi-informasi yang dimaksud, pertama, nilai-nilai masyarakat dikembangkan lewat pendidikan dapat dibenarkan, maka sesungguhnya semua nilai itu dapat ditempatkan untuk pendidikan. dan memang seharusnya demikian. pendidikan dan perencanaannya tidak dibenarkan meninggalkan nilai-nilai masyarakat. Kedua, sikap siswa terhadap pendidikan dan pekerjaan. setiap siswa memiliki sikap sendiri terhadap pendidikan dan pekerjaan. Ketiga, hasil penelitian untuk pengembangan kurikulum dan pengambilan keputusan. Keempat, fungsi dan performan system pendidikan. pendidikan kejuruan misalnya tidak sama fungsi dan performannya dengan pendidikan umum. Kelima, fungsi dan pengembangan pasaran tenaga kerja pada masa mendatang. Keenam, kemungkinan efek proses mikro pada teknologi pendidikan. Ketujuh, kemungkinan perkembangan ekonomi.
Itulah tujuh macam informasi yang perlu diperhatikan oleh para perencana untuk dijadikan dasar perencanaan bagi pendidikan di masa-masa mendatang. Sementara itu Daft melengkapi informasi-informasi di atas dengan elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam proses perrubahan. elemen-elemen itu ialah kebutuhan, ide, usul, pengambilan keputusan, implementasi, dan sumber-sumber pendidikan.
Dalam menghadapi lingkungan/ masyarakat yang berubah, ada beberapa tindakan yang mungkin diambil oleh manajer atau tim manajer pendidikan. Tindakan-tindakan itu adalah bertahan, terus mengadakan perbaikan, melakukan inovasi atau mengadakan perombakan total. keempat tindakan itu secara berturut-turut disebut homeostatic, incremental, neomobilistic, dan metamorphic.
Berikut digambarkan tingkat-tingkat perubahan dalam lembaga ini:

Homeostatic
Incremental
Neomobilistic
Metamorphic
-     Statis
-     Tidak ada perubahan


-     bertahan
-        bertahap
-        perubahan pada program yang ada
-        perbaikan
-        dinamis
-        program yang baru hanya bila diperlukan
-        inovasi
-        radikal
-        semua program baru

-        berubah

Definisi Sistem
Mc Ashan mendefinisikan system sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana yang dikomposisi oleh satu set elemen yang harmonis, mempresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis. satu set elemen yang harmonis menunjukkan system itu memiliki struktur atau bagian-bagian yang berkaitan satu dengan yang lain. system terdiri dari beberapa sub sistem, setiap sub system
terdiri dari beberapa sub-sub system atau tidak dapat dibagi lagi, begitu seterusnya sampai kepada bagiannya yang paling kecil. Bagian yang paling kecil yang tidak dapat dibagi itu disebut komponen.

Jenis-jenis Sistem
Jenis-jenis system bisa ditinjau dari satu aspek-aspek tertentu. dalam tulisan ini hanya ditinjau dari satu aspek saja yaitu aspek terbuka atau tertentu. Sistem dikatakan terbuka kalau ia membuka diri terhadap lingkungannya sebab ia membutuhkan. sebaliknya pada system tertutup ia menutup diri terhadap lingkungannya.
Sesudah mengetahui apa yang disebut system dengan berbagai contoh dan jenisnya, maka kini pembahasan dilengkapi dengan suprasistem seperti yang tertera pada definisi perencanaan. Suprasistem itu adalah system-sistem yang berada di sekeliling system. kalau kita memandang dunia kita sebagai system maka planet-planet lain merupakan suprasisstemnya.
Ciri-ciri system Terbuka
Perencanaan pendidikan berkaitan dengan system terbuka. oleh sebab itu yang dibahas adalah system terbuka. berikut adalah cirri-ciri system terbuka:
1.        Mengimport energy, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan akan mendatangkan pendidik/pengajar, uang, alat-alat belajar, para siswa/mahasiswa dan sebagainya dari luar sekolah/perguruan tinggi.
2.        Memiliki pemroses pendidikan akan memproses para siswa/mahasiswa sebagai bahan mentah dalam proses belajar mengajar untuk menjadi ahan jadi berupa lulusan-lulusan.
3.        Menghasilkan output atau mengeksport materi, energy, dan informasi. Pendidikan di samping menghasilkan lulusan, ia juga dapat memberi pengaruh positif terhadap peningkatan pembangunan masyarakat sekitarnya.
4.        merupakan kejadian yang berantai. Input diproses mengeluarkan output, waktu berikutnya juga seperti itu berlangsung berkali-kali.
5.        Memiliki negative entrop, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara membuat import lebih besar daripada eksport. Usaha-usaha yang dilakukan dalam pendidikan adalah memperbaiki kerusakan-kerusakan, mengadakan test diagnostic dan remidi, membuat materi tidak using, metode yang baru, dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat serta kemajuan zaman.
6.        Mempunyai alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri. Segala informasi yang erkaitan dengan pendidikan dimanfaatkan oleh manajer/para manajer untuk mengambil keputusan dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki organisasi pendidikan.
7.        Ada kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari yang baru, memperbaiki diri, memajukan diri agar tidak ketinggalan zaman malah berusaha menyongsong zaman yang akan datang. Tetapi dinamika itu dilakukan dalam batas-batas tidak sampai menggoyahkan organisasi pendidikan.
8.        Memiliki diferensi. Yaitu spesialisasi-spesialisasi. Dalam organisasi pendidikan ada bagian kepengurusan, bagian pengajaran, dan kepegawaian. Masing-masing bagian ini masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
9.        Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untu mencapai tujuan yang sama. Pemerintah memberi kesempatan kepada para pendidik untuk berkreasi menciptakan cara-cara yang lebih baik baik dalam usaha memajukan pendidikan.
Bila kita mengadakan perencanaan dengan pendekatan system kita akan mendapatkan beberapa manfaat. Manfaat-manfaat itu ialah:
1.        Menyeimbangkan ketidaktentuan
2.        Meningkatkan penghematan operasi-operasi
3.        Memusatkan diri pada tujuan
4.        Menyediakan fasilitas bagi kontrol.
Perencanaan dengan pendekatan system juga dapat meningkatkan dan menghemat oerasi-operasi. Sebab semua bagian perencanaan diperhitungkan sebelum operasi dimulai.

Beberapa Teori Perencanaan
Hudson menunjukkan 5 proses perencanaan yaitu radical, advocacy, transactive, synoptic, dan incremental yang dikatakan sebagai taxonomy. Masing-masing teori perencanaan  ini mempunyai cirinya sendiri-sendiri. Sementara itu Tanner mencoba membentuk teori tersendiri yang disebut teori SITAR sebagai gabungan dari kelima teori tersebut di atas.

Teori Radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan. pandangan para penganut teori ini adalah tidak ada lembaga pendidikan atau organisasi pendidikan lokal yang peris sama atau dengan yang lain.

Teori Advocacy
Teori advocer menekankan hal-hal yang bersifat umum atau jamak. Perbedaan-perbedaan lembaga, perbedaan-perbedaan lingkungan, dan perbedaan-perbedaan daerah tidak begitu dihiraukan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis, dan bernilai (advocacy = mempertahankan dengan argumentasi)

Teori Transactive
Teori ini menekankan harkat individu, menjunjung tinggi kepentingan pribadi. Keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai individu diteliti satu per satu sebelum perencanaan dimulai. Kontak empat mata dilakukan berkali-kali, komunikasi antar pribadi diadakan. Demikianlah ide-ide dievolusikan secara perlahan-lahan kepada orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pendidikan terutama dikalangan personalia lembaga pendidikan.

Teori Synoptic
Di antara teori-teori yang sudah dibahas, teori synoptic ini yang paling komprehensif. Proses perencanaan synoptic memakai langkah-langkah sebagai
berikut:
1.        Pengenalan problem dan lingkungan
2.        Mengestimasi ruang lingkup problem dan lingkungan
3.        Mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian
4.        Menginvestigasi problem dan lingkungan
5.        Memprediksi alternative
6.        Mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian yang spesifik.

Teori Incremental
Teori incremental dalam perencanaan berpegang kepada kemampuan lembaga dan performan para personalianya. Teori ini berhati-hati sekali terhadap ruang lingkup objek yang akan ditanganinya. Objek yang ditangani selalu diukur atau dibandingkan dengan kemampuan lembaga dan performan personalia, kalau cocok dalam arti dapat dikerjakan dengan perkiraan hasil yang memadai maka barulah direncanakan.

Teori SITAR
Kata SITAR adalah diambil dari huruf depan pada kelima teori di atas, yaitu synoptic, incremental, transactive, advocacy, dan radical. Ini menunjukkan bahwa teori SITAR adalah gabungan dari kelima teori itu. Oleh Tanner dikatakan sebagai Complementary Planning Process, suatu proses saling melengkapi antara kelima teori di atas. Kelima teori itu yang dikatakan sebagai tradisional, bila masing-masing dipraktekkan secara terpisah ia akan mencapai sasaran yang tidak lengkap, sebab masing-masing punya cirri sendiri dengan penekanannya sendiri-sendiri pula.
Walaupun teori SITAR menggabungkan teori-teori yang telah ada dan melaksanakan sesuai dengan kondisi ruang dan waktu, namun dalam pelaksanaannya cukup menyulitkan sebab mengoperasikan beberapa teori menjadi satu teori tidak mudah. Suatu teori tanpa dioperasionalkan sukar dilaksanakan. Lagi pula kalau setiap kondisi baik secara ruang dan waktu direncanakan dengan teori tertentu yang cocok dengan kondisi itu dapat dilakukan, tampaknya tidak ada gunanya mengombinasikan beberapa teori.
Diantara teori-teori yang dipakai karena sejalan dengan konsep system adalah teori synoptic atau analisis system dan teori incremental. Kedua teori ini memakai pendekatan system, yang satu melaksanakan secara keseluruhan dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau satu lagi hanya melakukan perencanaan pendek-pendek saja. Oleh sebab itu tampaknya kedua teori ini bisa dipakai, namun pemakaian teori incremental tidak perlu lepas sama sekali dengan perencanaan jangka panjang. Paling sedikit ia memanfaatkan perencanaan jangka panjang sebagai umpan balik, selanjutnya ia memiliki wewenang sendiri untuk bergerak sesuai dengan rasionalnya sendiri.

BAB II
PROSEDUR PERENCANAAN

Setiap kegiatan mempunyai prosedur, yaitu suatu cara yang ditempuh dalam kegiatan itu untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Prosedur dalam perencanaan adalah cara yang ditempuh oleh para perencana untuk merealisasi usahanya agar dapat terwujud suatu konsep perencanaan. Prosedur perencanaan adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perencanaan. Prosedur yang ditempuh oleh setiap perencana pendidikan seringkali bervariasi, tetapi dalam garis besarnya adalah sama.
Prosedur perencanaan pendidikan disini membahas tentang perencanaan partisipatori yaitu suatu perencanaan yang dikerjakan bersama oleh wakil peminat pendidikan baik dari kalangan lembaga pendidikan maupun kalangan masyarakat.

Perencanaan Partisipatori
Kata partisipatori berasal dari kata partisipasi yaitu pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa yang berkepentingan dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan merencanakan yang hanya dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan. Seperti perencanaan ditingkat pusat kepala-kepala kantor pendidikan di daerah dan para kepala sekolah.  

Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Dalam hubngan lembaga pendidikan dengan masyarakat perlu ditingkatkan. Disini guru-guru diharapkan menjadi rantai penghubung antara rumah, parasiswa dan sekolah dengan bekerjasama, para oarng tua dan guru-guru dapat menyiapkan bersama situasi yang kaya dengan informasi yang digunkan untuk membuat sekolah sebagai tempat memperoleh pengalaman yang positif baik bagi parasiswa maupun para anggota keluarga lainnya karena pendidikan disini didukung secara langsung dan tanggung jawab untuk terikat didalamnya.
Kotler merumuskan proses hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat sebagai berikut:
1.        Identifikasi manusia-manusia kunci di masyarakat
2.        Perhatikan angan-angan dan pikiran mereka terhadap lembaga pendidikan dengan kontak-kontak secara kebetulan.
3.        Merumuskan tujuan hubungan lembaga dengan masyarakat yang tepat dengan angan-angan dan pikiran mereka
4.        Nilai efektivitas dan biaya program tersebut
5.        Implementasi dan nilai hasilnya.

Apa dan Mengapa Diperlukan Perencanaan Partisipatori
Perbedaan perencanaan tradisional dengan perencanaan partisipatori:

Perencanaan Tradisional
Perencanaan Partisipatori
1.      Peranan perencanaan pendidikan di bawah arahan pengembangan ekonomi
2.      Penilaian kuantitatif pada input output sebagai tenaga kerja
3.      Perencanaan tingkat nasional
1.      Perencanaan terintegrasi dalam proses pengambilan keputusan secara menyeluruh
2.      Penilaian pada program dan tujuan system pendidikan
3.      Perencanaan desentralisasi

Para Partisipan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para perencana pendidikan ialah:
1.        Harus tertarik akan masalah-masalah pendidikan atau menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan
2.        Mau belajar dari para perencana pendidikan yang sudah ahli
3.        Memiliki kemampuan intelektual untuk bekerja sebagai perencana
4.        Paham berusaha memmahami masalah-masalah pendidikan
5.        Merupakan anggota kelompok yang dapat bekerja secara efektif. Jumlah anggota kelompok yang efektif adalah sekitar 15 orang.
                                                                                                                                                                                          
Ramalan dan Pembuatan Program (Forecasting)
Forecasting mempunyai arti ganda, yang pertama adalah ramalan yang terbatas, yaitu apa kira-kira yang akan terjadi di lingkungan organisasi pendidikan pada masa yang akan datang. Atau perubahan apa kira-kira yang akan terjadi dalam masyarakat di lingkungan lembaga pendidikan.
Arti Forecasting yang lebih luas atau lebih lengkap adalag di samping meramalkan keadaan perubahan dalam lingkungan organisasi, ia juga meramalkan kegiatan atau program organisasinya yang cocok dengan hasil ramalan terhadap lingkungan.
Forecasting memiliki 3 macam kegiatan:
1.        Meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada lingkungan/ masyarakat baik yang dekat maupun yang jauh, yang bertalian dengan kegiatan-kegiatan lembaga pendidikan.
2.        Mengidentifikasi kemampuan, potensi dan situasi lembaga pendidikan itu sendiri termasuk sumber-sumber pendidikannya. Begitu pula kelemahan-kelemahan yang ada dalam organisasi diidentifikasi seluruhnya.
3.        Meramalkan atau membuat program baru untuk menyongsong atau mengantisipasi perubahan lingkungan, agar lembaga pendidikan dan masyarakat/ lingkungan berjalan berimbang sama-sama memberi keuntungan.

Pengambilan Keputusan
Setiap kegiatan pendidikan selalu disertai dengan pengambilan keputusan, sebab sebelum diputuskan rencana kegiatan itu tidak boleh dilaksanakan. Yang mengambil keputusan pada umumnya adalah manajer tertinggi atau administrator tertinggi atau tim manajer. Tetapi kegiatan di luar rutin dapat diputuskan oleh pejabat/orang lain, sebab kegiatan ini biasanya dilakukan oleh suatu panitia. Dalam hal ini ketua panitia yang memutuskan atas kesepakatan bersama. Kemudian keputusan diserahkan kepada  manajer/para manajer atau administrator pendidikan. Administrator beserta staf atau badan tertentu kemudian mempertimbangkan apakah keputusan panitia ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan rutin apa tidak.
Keputusan
Keputusan yang baik harus mempunyai dua criteria, yaitu kualitas dan penerimaan. Keputusan perencanaan yang berkualitas adalah keputusan yang dapat menyelesaikan problem atau tujuan perencanaan. Sedangkan keputusan itu dikatakan memiliki syarat penerimaan kalau para perencana termasuk yang akan mengimplementasikannya setuju akan keputusan tersebut.

Metode Pengambilan Keputusan
Ada tiga macam metode pengambilan keputusan. Metode yang paling mudah adalah yang bersifat tradisional yang keputusannya didasarkan kepada otoritas, pengalaman, dan berpikir logis. Kata otoritas menunjukkan bahwa metode ini kebanyakan dilakukan oleh para pejabat, sebab mereka yang mempunyai otoritas. Dalam dunia pendidikan pejabat yang mempunyai otoritas memutuskan adalah para manajer atau administrator, terutama manajer/administrator tertingggi.
Metode pengambilan keputusan yang kedua adalah metode pemecahan masalah (problem solving). Metode ini sudah bersilfat ilmiah karena alternative-alternatif pemecahannya dibuat atas dasar data yang tersedia.
Metode pengambilan keputusan yang ketiga adalah analisa keputusan pohon (decision-tree analysis). Cara kerja metode ini adalah dengan membandingkan alternative-alternatif yang bersifat kuantitatif, menggunakan langkah-langkah yang logis, yang mudah ditelusuri kembali dan diverifikasi oleh orang lain. Langkah-langkahnya:
1.        Mengorganisasikan dan menunjukkan anatomi masalah dalam bentuk diagram pohon
2.        Menilai konsekuensi pada setiap terminal/cabang pohon
3.        Menentukan probabilitas kejadian pada setiap cabang pohon
4.        Menentukan strategi optimal

BAB III
PERENCANAAN STRATEGI

Setiap kegiatan pendidikan memiliki startegi yaitu pertimbangan-pertimbangan, perbandingan dengan kegiatan lain, kebijakan yang perlu dilakukan, dan pendekatan yang terbaik agar tujuan yang diinginkan tepat dan bisa dicapai. Begitu pula halnya dengan kegiatan perencanaan pendidikan membutuhkan strategi sebelum perencanaan itu dikembangkan lebih lanjut secara operasional.

Tipe-Tipe Perencanaan
Tipe perencanaan dalam pendidikan :
1.        Perencanaan dari segi waktu
Perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang minimum untuk 10 tahun. Jangka menengah diatas 1-5 tahun, dan jangka pendek maksimal untuk 1 tahun. Perencanaan jangka panjang menjadi induk dari kedua tipe yang lain. Perencanaan jangka menengah menjadi sumber dari perencanaan jangka pendek. Dengan kata lain perencanaan jangka pendek harus dijabarkan dari perencanaan jangka menengah dan panjang.
2.        Perencanaan dari segi ruang lingkup
Perencanaan makro, dan meso dan mikro. Perencanaan makro adalah perencanaan yang mencakup pendidikan seluruh bangsa sedangkan perencanaan meso mencakup wilayah tertentu  dan perencanaan mikro hanya mencakup satu lembaga pendidikan atau sekelompok kecil lembaga yang hampir sama dan berdekatan tempatnya.
3.        Perencanaan dari segi sifat
Perencanaan strategi dari operasional perencanaan startegi berkaitan dengan kebijakan yang diambil. Pendekatan yang dipakai, kebutuhan, missi, dan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan perencanaan operasional berkaiatan dengan usaha yang dipakai untuk merealisasi perencanaan strategi ataum tujuan perencanaan tersebut. Jadi suatu perencanaan pendidikan memiliki dua sifat strategi dan sifat operasional terutama untuk perencanaan jangka pendek, untuk perencanaan jangka panjang hanya memiliki sifat stategi saja.

Strategi Dalam Perencanaan
Istilah strategi yang dipakai dalam perencanaan ada dua macam, yaitu dalam perencanaan strategi dan dalam analisa metode dan alat. Robbins dan Cunningham misalnya mengatakan ada tipe perencanaan strategi dan operasional seperti diuraikan atas, memakai istilah strategi dalam artinya yang pertama. Dalam arti yang kedua dipakai antara lain oleh Mc Ashan dan Kaufman mengartikan strategi dimaksudkan bagaimana menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang dikembangkan dalam  analisa system yaitu mencari alternative-alternatif pemecahan. Strategi ini terjadi pada analisa metode dan alat termasuk sumber-sumber pendidikan yang akan dilibatkan.

Proses Berpikir Dalam Perencanaan Strategi
Ada 4 pendekatan yang dapat dipakai dalam proses berpikir yang bersifat strategi. Perencanaan partisipatori dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari beberapa pendekatan tersebut. Pendekatan-pendekatan itu adalah:
1.        Kerangka bimbingan (guedline)
Pendekatan ini berdasarkan kepada instrument yang dikonstruk secara hati-hati untuk menganalisa keadaan agar sampai kepada penyelesaian yang paling cocok. Misalnya bila sekolah menghadapi masalah keengganan belajar yang bertambah meluas dikalangan para siswa usaha apa yang diambil untuk mengatasi hal itu, atau program apa yang direncanakan agar keengganan belajar itu dapat ditanggulangi.
2.        Planajemen
Planajemen (planagement) adalah suatu proses yang mengintegrasikan seni dan ilmu (art and science) untuk memindahkan konsep ke dalam realitas melalui metode yang praktis. Menentukan program strategi dengan pendekatan ini adalah dengan cara mengumpulkan informasi/data yang relevan dengan masalah yang dihadapi beserta situasinya.
3.        SWOT
Pendekatan SWOT merupakan proses mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu kondisi atau masalah dan kesempatan baik yang ada pada kondisi itu untuk mewujudkan program dalam upaya mencapai tujuan jangka panjang.
4.        Investigasi (Investigative)
Pendekatan berpikir untuk menghasilkan program strategi ini memanfaatkan jasa penelitian untuk mendapatkan data tentang kegiatan, proses, dan hasil-hasil pendidikan suatu lembaga pendidikan serta data di luar lembaga yang mempunyai pengaruh terhadapnya.

Penilaian Akan Kebutuhan
Yang menentukan kebutuhan atau melakukan penilaian terhadap kebutuhan adalah para perencana partisipatori. Mereka itu adalah manajer beserta beberapa guru, para wakil siswa/mahasiswa, dan kelompok penilai yaitu kelompok warga lembaga pendidikan dan kelompok warga masyarakat. Namun ada yang membedakan mereka menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pengajar, pelajar, dan masyarakat sehingga disebut sebagai tiga dimensi penilai kebutuhan.

Misi, Tujuan, dan Program Perencanaan
Tujuan ada dua macam yaitu tujuan ideal dan tujuan yang mungkin dapat dicapai. Tujuan ideal ialah ide tang dicita-citakan sebagai sesuatu yang terbaik. Sedangkan tujuan yang mungkin dapat dicapai ialah gambaran ideal tadi yang sudah dibahas/dikaji berdasarkan perkiraan sumber-sumber pendidikan yang tersedia dapat diselesaikan
Kedua tujuan itu merupakan misi yang harus dipikul oleh para perencana pendidikan. Untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tersebut para perencana mengembangkan program yang kadang-kadang disebut program strategi. Misi adalah mempresentasikan semua tujuan (tujuan umum) dari program yang dikembangkan oleh para perencana.

BAB IV
PERENCANAAN OPERASIONAL

Tujuan yang diwujudkan dalam perencanaan strategi sebagai misi perencanaan itu perlu dioperasionalkan agar dapat dilaksanakan. Usaha mengoperasionalkan di sini tidak hanya terbatas kepada menspesifikasi tujuan melainkan juga sampai kepada usaha menyelesaikan tujuan-tujuan yang spesifik tersebut. Dengan kata lain perencanaan operasional berusaha menspesifikasi tujuan dan memecahkan tujuan menjadi kenyataan dengan pelbagai alternative pemecahan.

Langkah-langkah Perencanaan
Langkah-langkah perencanaan atau proses perencanaan adalah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.        Menentukan kebutuhan atas dasar antisipasi terhadap perubahan lingkungan atau masalah yang muncul. Bila kebutuhan banyak diadakan prioritas
2.        Melakukan Forecasting atau ramalan, menentukan program, tujuan, misi, perencanaan. Bila tujuan banyak diadakan prioritas
3.        Menspesifikasi tujuan
4.        Membentuk/menentukan standar performan
5.        Menentukan alat/metode/alternative pemecahan masalah
6.        Melakukan implementasi dan menilai
7.        Mengadakan review

Menspesifikasi Tujuan Perencanaan
Untuk menyelesaikan misi yang dipikul oleh para perencana, terlebih dahulu tujuan umum dalam program strategi perlu dispesifikasi. Tujuan umum itu akan menjadi beberapa tujuan khusus yang jelas akan dapat diukur. Menganalisa tujuan umum menjadi tujuan yang spesifik tidak dapat dilakukan dalam satu kali uraian, melainkan dengan uraian bertahap atau langkah/analisa yang bertahap.
Kaufman menyebutkan analisis terhadap ini sebagai misi, analisa fungsi dan analisa tugas. Analisa fungsi ia bagi-bagi lagi menjadi analisa tertinggi, analisa tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga dan seterusnya. Banyaknya tingkat analisa fungsi ini bergantung pada sifat fungsi itu. Makin kompleks fungsi itu makin banyak tingkat analisanya. Sebaliknya sangat mungkin suatu fungsi hanya terdiri dari dua tingkat, atau bahkan cukup satu tingkat saja.

Menentukan Standar Performan
Standar performan itu adalah suatu ukuran atau criteria yang tepat yang diterima oleh umum untuk tujuan perencanaan yang spesifik, sehingga dasar criteria itu para pelaksana program/tugas dapat mewujudkan tujuan itu secara tepat pula sesuai dengan kriterianya. Contoh standar performan lingkungan lingkungan belajar ialah iklim organisasi pendidikan yang hangat, komunikasi yang harmonis, kerjasama yang erat/gotong royong, kaya dengan sumber belajar, dan pembimbingan yang penuh dengan kasih saying.

Analisis Alat dan Metode
Sesudah komponen-komponen atau tugas-tugas dikemukakan, maka pekerjaan para manajer sekarang adalah mencari jalan untuk mengerjakan setiap tugas agar menghasilkan tujuan-tujuan spesifikyang telah digariskan bersama. Usaha seperti ini disebut analisa alat dan metode yaitu apa yang mungkin dapat dipakai menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkan informasi tentang sumber-sumber pendidikan dan kemudian membentuk alternative-alternatif pemecahan.

BAB V
PERENCANAAN BUDGET

Setiap organisasi membutuhkan dana untuk membiayai kegiatannya. Begitu pula halnya dengan organisasi pendidikan. Organisasi ini mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi mengadakan perencanaan budget secara berkala untuk mengaplikasikan dana yang tersedia, agar dana itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap unit kerja di dalam lembaga tersebut.
Kegiatan pendidikan baik yang baru direncanakan maupun yang rutin menggunakan dana yang dialokasi lewat perencanaan budget di atas. Di sini tampak bahwa kegiatan-kegiatan pendidikan terutama yang rutin tidak selalu direncanakan secara teliti tiap tahun, sebaliknya pembiayaan selalu diusahakan dialokasi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa dana itu sangat terbatas, oleh karenanya perlu diatur sebaik-baiknya agar dapat dimanfaatkan seara optimal oleh semua pihak secara merata.

Budget Rutin dan Budget Pembangunan
Perencanaan budget rutin tidak sejelas perencanaan budget pembangunan, pengalokasian biaya pembangunan lebih eksplisit daripada pengalokasian biaya rutin di Indonesia. Karena kegiatan rutin itu hamper sama dari waktu ke waktu, tidak banyak variasi, pada umumnya hanya besar biaya yang naik turun sedikit bergantung kepada dana yang tersedia. Sebaiknya kegiatan pembangunan yang disebut proyek banyak sekali ragamnya, dan ragam itu bisa berganti dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu pengaturan biaya pembangunan ini bisa beragam pula dan dapat berubah dari waktu ke waktu. dengan demikian tampak sekali beda perencanaan biaya rutin dengan perencanaan biaya pembangunan itu.
Ada sembilan kategori pembelanjaan dalam organisasi pendidikan baik untuk kegiatan rutin maupun untuk kegiatan pembangunan, antara lain sebagai berikut:
1.        Dana cadangan untuk keperluan-keperluan khusus, misalnya dana sosial, untuk menerima tamu, untuk membayar hutang dan sebagainya.
2.        Dana untuk membeli barang-barang termasuk gaji dan kesejahteraan para personalia.
3.        Belanja untuk melaksanakan tugas-tugas oleh para petugas pendidikan seperti barang-barang habis pakai pada waktu mengajar.
4.        Belanja untuk keperluan berbagai fungsi seperti pengajaran, bagian pengadaan media.
5.        Belanja untuk fasilitas seperti air, lampu, sanitasi, pertanian sekolah, sanggar seni.
6.        Belanja untuk program misalnya program bimbingan dan konseling membutuhkan psikiater dari lembaga lain, dosen tamu, program karya wisata.
7.        Pajak tahunan
8.        Belanja untukkeperluan kelembagaan seperti perbaikan dan pengembangan kurikulum.
9.        Dana untuk proyektor-proyektor seperti kontrak-kontrak dengan orang luar, membeli alat konstruksinya dan sebagainya.
Perencanaan budget baik untuk biaya rutin maupun biaya pembangunan pada umumnya dilakukan satu tahun sekali. Tetapi ada juga yang dilakukan lebih dari satu tahun.
Komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan budget adalah sebagai berikut:
1.        Aspek struktur
Dimulai dengan mengidentifikasi kelompok-kelompok program, elemen-elemen program, untuk mendapatkan tujuan-tujuannya spesifik.
2.        Aspek anisis
Sesudah mengenal struktur program baik melalui analisis system, maupun melalui kategori-kategori kegiatan, kemudian mengalokasi biaya menurut fungsi, sub fungsi, dan tugas atau menurut jenis-jenis kegiatan dalam kategori kegiatan, maka dilakukan analisis biaya.
3.        Aspek kontrol
Perencanaan budget pada umumnya sekaligus dapat dipakai pegangan oleh para pelaksana pendidikan dalam melakukan tugasnya menggunakan uang dan juga sebagai alat bagi atasan untuk mengontrol pekerjaan/penggunaan dana oleh para bawahan.
4.        Aspek data dan informasi
Segala data dan informasi yang bertalian dengan dibiayai baik sebelum, selama program pelaksanaan atau implementasi, maupun data tentang kecenderungan-kecenderungan sesudahnya perlu diperhatikan oleh para perencana budget.
Ada 3 macam dokumen pada setiap perencanaan pendidikan, atau proyek, atau kegiatan pendidikan antara lain:
1.        Perencanaan budget, yaitu alokasi budget untuk seluruh kegiatan. Dalam perencanaan system ialah alokasi budget untuk setiap tugas, sebab program sudah diuraikan menjadi tugas-tugas.
2.        Memorandum, ialah yang menyangkut issue-issue yang berkaitan dengan pemilihan alternative.
3.        Laporan Studi Khusus, yaitu yang berkaitan dengan issue-issue yang penting yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan data/informasi yang lebih mendalam lagi termasuk latar belakangnya.

Budget dalam Perencanaan Pendidikan
Perencanaan budget dalam perencanaan pendidikan sudah dimulai ketika misi atau program telah selesai dibuat dan perencanaan operasional baru mulai dikerjakan. Tetapi ada juga yang menyatakan pembuatan budget itu setelah analisa system selesai, yaitu saat dimulai menentukan metode dan alat.

Jenis-jenis Perencanaan Budget
Ada beberapa jenis perencanaan budget. Tiga diantaranya yang terkenal adalah Line-item (fuction-object) budget, PPBS (planning programming budgeting system), dan ZBB (zero-base budgeting).

Line Item
Perencanaan budget line item ini sering disebut perencanaan budget secara tradisional, mungkin karena modelnya paling sederhana dan muncul pertama kali.
Prosesnya sederhana sekali yaitu pertama para perencana mengidentifikasi terlebih dahulu macam program yang akan dibiayai, kemudian pada masing-masing macam program ditentukan lebih lanjut program-program yang ada di dalamya.

PPBS (Planning Programming Budgeting System)
Mc Ashan memberikan pengertian tentang PPBS adalah sebagi berikut: ialah suatu pengorganisasian yang sistematis, analitis, dan informasi keuangan yang terintegrasi ke dalam semua program yang direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi untuk menolong melakukan alokasi sumber pendidikan termsuk pembiayaan. Cunningham menambahkan bahwa budget ini menunjukkan biaya tiap-tiap programnya sehingga memberikan tanggung jawab kepada petugas-petugasnya, menghubungkan dengan sumber-sumber pendidikan yang diperlukan, membuat alternative-alternatif penyelesaian dengan biaya yang efektif, dan meminimalkan biaya serta memaksimalkan output.
Faktor-faktor yang ditekankan oleh para perencana yang menggunakan jenis perencanaan PPBS antara lain:
1.        Berorientasi kepada output atau efektivitas.
2.        Dana dialokasikan kepada setiap program yang akan dikerjakan yang telah disusun secara analitis dan sistematis.
3.        Pembiayaan bersifat integral.
4.        Alokasi dana diatur/disusun atas dasar realita.
5.        Pengalokasian dana dibuat sedemikian rupa sehingga dana dapat dimanfaatkan secara efisien.
Jadi perencanaan budget jenis PPBS ini juga memiliki jangka panjang, menengah, dan pendek.

ZBB (Zero-Base Budgeting)
Akibat kekurang-berhasilan PPBS, maka muncullah konsep baru dalam perencanaan budget yang disebut ZBB. Konsep ini dipelopori oleh Peter Pyhrr pada tahun 1970. Konsep baru ini didasari kepada pendekatan “ground up” yaitu semua program dan aktivitas yang lama atau baru harus ditinjau kembali pada proses budgeting setiap tahun.
Perbedaan utama antara PPBS dengan ZBB adlaah dalam penentuan waktu berlakunya perencanaan budget dan dalam pemberian tambahan budget. Kalau dalam PPBS waktu pembiayaan bisa lebih dari satu tahun, beberapa tahun, bahkan dapat dalam waktu yang panjang, maka dalam ZBB hanya untuk satu masa tahun anggaran. Begitu pula dalam PPBS penambahan budget diberikan pada tahun-tahun berikutnya atas dasar pengalaman tahun yang lalu, prioritas program, dan kebutuhan, maka dalam ZBB penambahan budget dilakukan pada saat perencanaan budget diadakan kepada biaya-biaya minimum untuk setiap programatas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Analisis Biaya
Analisis biaya dalam pendidikan mencakup keefektifan biaya (cost affectiveness/CE), keuntungan biaya (cost benefit/CB), kemanfaatan biaya (cost-utility/CU), dan kefisibilitasan biaya (cost-feasibility/CF).
Analisis tentang keefektifan biaya ialah upaya untuk mengetahui apakah sejumlah biaya tertentu dapat memberikan hasil yang sudah ditentukan. Sedangkan analisis tentang keuntungan biaya berusaha untuk mengetahui keuntungan atau kerugian yang diterima atau diderita oleh lembaga pendidikan dengan mengeluarkan biaya tertentu. Sementara itu analisis tentang kemanfaatan biaya untuk mengetahui apakah sejumlah biaya tertentu yang dikeluarkan oleh lembaga bermanfaat apa tidak bagi penyelesaian tugas yang sudah ditentukan. Dan analisis tentang kefisibilitasan biaya adalah upaya untuk mengetahui apakah sejumlah biaya tertentu mungkin apa tidak menyelesaikan tugas yang sudah ditentukan.

Cara Menentukan Biaya
Sebagian besar alat/sumber pendidikan itu tersebar di mana-mana dan dipakai di mana-mana. Pemakai bisa mendapatkannya dengan cara membeli, menyewa, memberi honorarium, dan sebagainya itu berubah dari waktu ke waktu. Harganya yang sekarang disebut sebagai harga pasar. Harga pasar inilah yang dipakai dasar untuk menentukan biaya sebagaian besar alat/sumber-sumber pendidikan dalam setiap alternative penyelesaian tugas.
Namun demikian ada kalanya suatu sumber pendidikan yang belum umum terpakai atau unik sukar diketemukan harga pasarnya. Misalnya bila mendatangkan penduduk asli dari daerah terpencil untuk menceritakan adat istiadatnya, cukup sulit menentukan honorariumnya. Bagi kasus-kasus seperti inidipakailah judgement atau penyesuaian-penyesuaian. Cara menentukan biaya seperti ini disebut harga bayangan (shadow prices).

BAB VI
AKUNTABILITAS DAN KONTROL DALAM PERENCANAAN

Akuntabilitas adalah sesuatu yang dapat dipandang sebagai alat kontrol dalam pekerjaan pendidikan pada umumnya dan dalam perencanaan pendidikan khususnya.

Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu peningkatan dari rasa tanggung jawab suatu yang lebih tinggi mutunya dari suatu tanggung jawab sehingga memuaskan atasan. Bila tanggung jawab merupakan usaha agar apa yang dibebankan kepada kita bisa di selesaikan sebagaimana mestinya dan dalam waktu yang tepat pula, maka akuntabilitas harus melebihi dari kewajiban seperti itu.
Akuntabilitas berkaitan dengan perasaan puas semua pihak siswa/mahasiswi yang belajar, pihak masyarakat, pihak atasan sampai dengan pihak yang memberi biaya pendidikan harus merasakan puas terhadap hasil pekerjaan petugas pendidikan bila pendidikan ingin mendapat predikat memilih akuntabilitas.

Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas ialah kondisi sesorang yang dinilai oleh orang lain karena khualitas performannya menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawab. Disini akuntabilitas dinyatakan kondisi seseorang dalam bekerja yaitu performannya atau penampilannya dalam bekerja. Tetapi tidak dijelaskan dalam kalimat itu ferporman yang bagaimana apakah performan yang memuaskan semua fihak.
Untuk memiliki akuntabilitas diperlukan paling sedikit satu syarat ialah pembinaan profesi para petugas pendidikan. Pembinaan ini merupakan dasra untuk meningkatkan akuntabilitas seseorang atau menumbuhkan akuntabilitas bagi yang belum memilikinya. Dengan demikian kondisi yang dibutuhkan pada petugas pendidikan agar mereka memiliki akuntabilitas yaitu ada pembinaan profesi terhadap para petugas pendidik baik melalui belajar secara formal maupun pembinaan langsung dari fihak manajer atau petugas-petugas pendidikan yang sudah senior.

Akuntabilitas dalam pendidikan adalah mencakup:
1.        Program dan manajemen personalia yang mengarah kepada tujuan.
2.        Penekanan manajemen yang efektif dan efisien.
3.        Pengembangan program, pengembangan personalia, peningkatan hubungan dengan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan manajemen.

Dalam perencanaan partisipatori yang perencanaan menekankan sifat lokal atau desentralisasi, yang bersifat mikro, dan yang anggotanya terdiri dari beberapa warga lembaga dan tokoh-tokoh masyarakat/orang tua, akuntabilitas dituntut pada personalia dengan urutan sebagai berikut:
1.        Ketua perencana.
2.        Manajer/administrator/ketua lembaga.
3.        Para anggota perencana.
4.        Konsultan dan pemerintah pusat.
5.        Para pemberi data.

Dalam perencanaan pendidikan partisipatoriakuntabilitas pendidikan ditujukan menurut urutan sebagai berikut:
1.        Misi/tujuan perencanaan.
2.        Desain perencanaan.
3.        Implementasi dan aplikasi perencanaan.

Kondisi yang dibutuhkan Akuntabilitas
Akuntabilitas mengimplikasikan paling sedikit tiga kondisi yaitu:
1.        Seseorang diasumsikan memiliki tingkat tanggung jawab tertentu terhadap pekerjaannya.
2.        Seseorang harus akuntabel terhadap orang lain.
3.        Ada penilaian performan untuk mengetahuiapakah orang bersangkutan mencapai sukses/akuntabel apa tidak.
Langkah-Langkah Menentukan Akuntabilitas
Morphet menyatakan langkah-langkah untuk menentukan akuntabilitas adalah sebagai berikut:
1.        Kembangkan criteria performan untuk setiap program.
2.        Siapkan pemeriksa yang bebas untuk mengukur performan.
3.        Siapkan laporan kepada masyarakat tentang hasil pengukuran itu.

Sementara itu Mc Ashan menulis tentang proses terjadinya akuntabilitas sebagai berikut:
1.        Tentukan tujuan secara jelas dn nyatakan siapa yang bertanggung jawab
2.        Tujuan itu dijabarkan sespesifik mungkin sehingga dapat diukur.
3.        Garis otoritas ditentukan.
4.        Kondisi tempat tanggung jawab itu terjadi ditentukan secara spesifik.
5.        Penilaian dilakukan untuk menentukan akuntabilitas seseorang.

Dari kedua pendapat diatas maka dapat disusun langkah-langkah yang ditempuh untuk menentukan akuntabilitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan adalah sebagai berikut:
1.        Tentukan tujuan program yang dikerjakan. dalam perencanaan disebut misi atau tujuan perencanaan.
2.        Program dioperasionalkan sehingga menimbulkan tujuan-tujuan yang spesifik.
3.        Kondisi tempat bekerja ditentukan.
4.        Otoritas atau kewenangan setiap petugas pendidikan ditentukan.
5.        Kriteria performan pelaksana yang dikontrak itu dibuat sejelas mungkin.
6.        Tentukan pengukur yang bersifat bebas.
7.        Pengukuran dilakukan sesuai dengan syarat pengukuran umum yang berlaku yaitu secara incidental, berkala, dan terakhir.
8.        Hasil pengukuran dilaporkan kepada orang-orang yang berkaitan akan pendidikan/pengontrak seperti warga masyarakat, pemerintah, dan para manajer/administrator pendidikan.

Bagaimana Memanfaatkan Akuntabilitas dalam Pendidikan
Pelaksanaan atau pemanfaatan akuntabilitas dalam pendidikan dan perencanaan pendidikan adalah sebagi berikut:
1.        Kebutuhan akan tujuan program sesuai dengan lapangan kerja diidentifikasi dan program dioperasionalkan dengan tujuan-tujuan yang spesifik.
2.        Kriteria performan para petugas pendidikan dan para pelaksana implementasi perencanaan ditentukan.
3.        Pemeriksaan secara tepat tentang proses pendidikan dan implementasi perencanaan serta hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan rencana semula perlu diadakan.
4.        Mutu dan kuantitas pendidikan dalam lembaga termasuk perencanaan pendidikannya harus dijaga betul agar tidak sampai merosot malah sedapat mungkin ditingkatkan.
5.        Insentif bukan hanya untuk membayar tenaga dan pikiran para pelaksana pendidikan dan para perencana, tetapi juga menghargai jasa-jasa mereka sebagai professional.

Kontrol dalam Perencanaan Pendidikan
Selain akuntabilitas dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol dalam perencanaan seperti telah diuraikan di atas, ada lagi beberapa alat kontrol yang biasa dipakai,alat-alat itu ialah:
1.        Alat-alat visual seperti PERT, CPM, peta Gantt, dan beberapa macam grafik.
2.        Komputer sangat berguna terutama untuk mengontrol budget.
3.        Laporan tertulis.
4.        Pertemuan staf yang dilakukan secara berlaka.
Di antara alat-alat di atas yang paling rumit dibuat, yang memakan waktu dan pikiran ialah PERT dan CPM.

BAB VII
MANAJEMEN PERSONALIA

Tujuan pengembangan baik melalui personalia maupun melalui organisasi ialah memperbaiki performan organisasi dengan menciptakan iklim sumber manusia yang positif. Pengembangan organisasi berusaha menghilangkan kebiasaan organisasi otoriter yang tradisional untuk mendorong kerjasama, pengambilan keputusan yang desentralisasi, terbuka dan berifat bersahabat/musyawarah. Pengembangan organisasi juga berusaha memperbaiki kualitas kehidupan warganya dan memperbaiki  kompetensi mereka masing-masing. Usaha pengembangan itu semua bermaksud meningkatkan efektivitas organisasi, termaksud efektivitasnya dalam melaksanakan perencanaan pendidikan.

Kepemimpinan Yang Efektif
Kepemimpinan yang efektif selalu memanfaatkan kerjasama dengan para bawahan untuk mencapai cita-cita organisasi. Karena dengan cara begitu para manajer/administrator akan banyak dapat bantuan pikiran, semangat, dan tenaga dari para bawahannya.
pekerjaan pendidikan yang yang dilakukan oleh para pemimpin secara efektif ini dikatakan oleh Cunningham sebagai perencanaan dan manajemen kontinum yaitu:
1.        Manajer berdiskusi dengan para bawahan
2.        Manajer dibantu oleh para bawahan
3.        Manajer dibantu oleh para bawahan untuk mendapatkan cara penyelesaian masalah yang terbaik
4.        Tindakan manajer disetujui oleh para bawahan.
Fiedler menyebut cara kerja di atas sebagai model situasional atau contingency.

Pembentukan Iklim Organisasi yang hangat
Lingkungan tempat bekerja memberi pengaruh secara perlahan-lahan
terhadap pembentukan kompetensi para perugas pendidikan. Lingkungan ilmiah dalam kampus akan memberikan pengaruh terhadap perilaku warga kampus terutama para dosennya seperti yang diharapkan oleh konsep Wawasan Alma Mater. Lingkungan belajar akan meningkatkan perilaku belajar para warga sekolah terutama guru-gurunya seperti yang diharapkan oleh konsep Wiyata Mandala. Suasana bekerja, belajar, berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan ini disebut iklim organisasi. Iklim organisasi yang hangat meningkatkan profesi dan performan para pendidik dan perencana.

Beberapa cara Mengkreasikan Iklim Organisasi
Cara lain yang ditempuh untuk menciptakan iklim organisasi yang hangat ialah membuat para personalia pendidikan para pengajar khususnya sebagai masyarakat paguyuban di lembaga pendidikan. Bila lembaga pendidikan itu terlalu besar, perguruan tinggi misalnya, maka personalia itu dapat dibagi-bagi menjadi beberapa masyarakat paguyuban.

Ciri-Ciri Disiplin Lembaga Pendidikan yang Baik
Wayson dengan kawan-kawannya tentang cirri-ciri disiplin lembaga pendidikan yang baik. Ciri-ciri disiplin itu adalah sebagai berikut:
1.        Mampu mengerjakan banyak hal yang biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan para pendidik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
2.        Menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang dapat melahirkan disiplin yang baik.
3.        Sebagian besar pendidik memandang lembaga pendidikannya sebagai tempat para pengajar dan siswa bekerja dan mendapatkan pengalaman yang sukses.
4.        Berorientasi kepada para siswa.
5.        Memusatkan diri kepada sebab-sebab masalah disiplin, bukan kepada gejala-gejalanya.
6.        Program lembaga pendidikan menekankan perilaku positif dan lebih menekankan usaha preventif daripada hukuman dalam memperbaiki disiplin.
7.        Menyesuaikan kegiatan-kegiatannya dengan kebutuhan dan mencerminkan gaya mereka sendiri.
8.        Kepala sekolah memegang peran kunci dalam memberi corak kepada sekolahnya.
9.        Program-program sekolah sering berhasil, agaknya karena kepuasan mengerjakannya atau karena desainnya begitu jelas oleh tim yang terdiri dari kepala sekolah yang berkompeten dan beberapa anggota stafnya yang juga memiliki pribadi kepemimpinan yang melengkapi kepala sekolah itu.
10.    Para pengajar percaya kepada lembaga pendidikan mereka tempat para siswa dapat mengerjakan sesuatu.
11.    Guru-guru menangani semua atau sebagian terbesar masalah disiplin yang rutin.
12.    Mengembangkan kerjasama yang erat sekali dengan para orangtua siswa dan masyarakat pada umumnya.
13.    Sekolah-sekolah terbuka untuk dikritik dan dinilai secara luas oleh sekolah-sekolah lain dan masyarakat.

Meningkatkan Partisipasi Peronalia
Ada beberapa metode yang dipandang sebagai usaha untuk mendiagnosa keadaan para personalia pendidikan dan mengintervensi mereka agar partisipasinya meningkat dalam kegiatan-kegiatan pendidikan termasuk dalam perencanaan. Cunningham menyebutkan ada 7 macam yaitu:
1.        Metode survey umpan balik
2.        Pertemuan konfrontasi
3.        Tim pembangun
4.        Saling memberi data secara terbuka
5.        Proses konsultasi
6.        Model struktur (termasuk teknik analisis peranan  dan memperkaya tugas)
7.        Kelompok T

Kerjasama Dengan Masyarakat
Kerjasama dengan masyarakat sudah menjadi bagian kegiatan yang penting dalam mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan. Stein dan Kanter melembagakan satu set respon eksternal dan internal, struktur partisipasi dan pemecahan masalah, di samping tugas-tugas rutin dalam lembaga pendidikan. Kegiatan internal dan eksternal, serta kegiatan rutin dan non rutin berjalan bersama-sama. Masalah-masalah yang muncul dicari kaitannya baik dalam lembaga itu sendiri maupun di masyarakat, supaya dapat diselesaikan secara lebih mudah dan lebih tuntas. Organisasi seperti ini disebut organisasi paralel atau struktur paralel.
Banyak program yang dapat dikerjakan bersama antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. program-program itu misalnya memajukan proses belajar mengajar, mengintegrasikan pendidikan formal, informal, dan nonformal, membantu memajukan pendidikan nonformal, layanan kesejahteraan keluarga, layanan bimbingan dan konseling, kerjasama dalam mencari dana pendidikan, koperasi, kegiatan rekreasi bersama, kesenian bersama, olah raga dan sebagainya.

Macam-Macam Hadiah Bagi Personalia
Berbagai hadiah yang dimaksudkan bagi para personalia pendidikan di samping hadiah-hadiah yang sudah disebutkan di atas ialah:
1.        Menyediakan ruangan untuk tempat bekerja dan memperdalam materi pelajaran.
2.        Memberikan kesempatan untuk melaksanakan fungsi kepemimpinan sesuai dengan kemampuannya.
3.        Memberi kesempatan bertanggung jawab secara lebih besar.
4.        Mewakili lembaga pendidikan dalam pertemuan atau kunjungan tertentu.
5.        Membuat jadwal dan memberi izin kepada personalia yang pantas dapat hadiah untuk melaksanakan  pendidikan di luar sekolah.
6.        Mencatat, memberi kredit, dan mempertimbangkan jasa-jasa personalia yang dapat memecahkan masalah tertentu yang bermanfaat bagi lembaga.
7.        Membebaskan seseorang dari berpikir dan mengerjakan sesuatu di luar batas kemampuannya.
8.        Memberikesempatan kepada para pengajar untuk bekerjasama dengan para siswa/mahasiswa bila ternyata ia merasa bahagia karena kerjasama itu.
9.        Memasang nama dan foto personalia yang patut diberi hadiah pada majalah
atau surat kabar setempat lengkap dengan deskripsinya sebagai orang yang pantas dihargai.
10.    Memberi kesempatan kepada personalia pendidikan mengadakan kontak pribadi dengan para pemimpin lembaga pendidikan dan para pemimpin masyarakat.
11.    Memberikan jalan sehingga personalia yang pantas mendapat hadiah boleh memilih dan menggunakan bahan-bahan pelajaran tertentu.
12.    Melibatkan pengajar yang patut diberi hadiah ini dalam perencanaan kurikulum.
Hadiah-hadiah tersebut di atas tidak harus diberikan semuanya sekaligus kepada personalia pendidikan yang berhak menerimanya.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Made. 2005. Perencanaan Pendidikan Pertisipatori (Dengan Pendekatan Sistem). Jakarta: Rineka Cipta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar