PERENCANAAN PENDIDIKAN PARTISIPATORI
(DENGAN PENDEKATAN SISTEM)
Prof. Dr. Made Pidarta
BAB I
KONSEP DASAR DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
Perencanaan pendidikan didasari oleh beberapa konsep. Konsep-konsep itu
dibahas pada awal usaha menguraikan perencanaan pendidikan ini, dengan maksud
agar pemahaman tentang perencanaan lebih mudah dan lebih mendalam. selain itu
setiap uraian yang didasari oleh konsep tertentu mempunyai cirri tersendiri,
walaupun uraian itu mempunyai tujuan yang sama. Dengan demikian konsep-konsep
yang dipilih akan memberikan warna pada perencanaan ini.
Definisi Perencanaan
Cunningham mengatakan bahwa perencanaan itu ialah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi
untuk masa yang akan datang untuk tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil
yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam
batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Definisi yang kedua mengemukakan bahwa perencanaan ialah hubungan antara
apa adanya sekarang dengan bagaimana seharusnya yang bertalian dengan
kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.
Sementara itu definisi yang lain tentang perencanaan dirumuskan sangat
pendek berbunyi: perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan
menyeimbangkan perubahan. Berdasarkan ketiga definisi diatas pada hakikatnya
adalah sama yaitu sama-sama ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang,
tetapi yang pertama dan kedua tidak menyatakan secara eksklusif bahwa wujud
yang dicari itu akibat dari terjadinya perubahan, termasuk perubahan dalam
cita-cita. Dari pembahasan ini dapat dibuat suatu rumusan baru yaitu:
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat suatu organisasi
tetap berdiri dan maju sebagai satu sistem dalam tenunan suprasistem yang tetap
berubah.
Lingkungan Lembaga Pendidikan yang Selalu
Berubah
Lingkungan lembaga pendidikan adalah sesuatu yang ada diluar lembaga
pendidikan. Lingkungan itu antara lain persawahan, cara-cara becocok tanam,
pasar, bentuk-bentuk industry, masyarakat dengan segala pola kehidupannya,
situasi masyarakat, kesenian, keakraban dan sebagainya. Di Indonesia sering
dikelompokkan menjadi sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan, kemananan. Jadi
Lembaga pendidikan itu adalah masyarakat.
Untuk kepentingan perencanaan pendidikan di Indoensia tidak selalu sukar
untuk menemukan bagaiamna pola perubahan itu terjadi di masyarakat kita. Sebab
banyak studi tentang perkembangan kemasyarakatan telah dilakukan dan ditulis
konsepnya. Lebih-lebih bila perencanaan itu bersifat lokal atau desentralisasi
hal itu lebih mudah dilakukan sebab perencanaan-perencanaan lokal atau para
manajer pendidikan beserta stafnya telah banyak begaul dan hidup bersama dengan
masyarakat setempat.
Karena lingkungan lembaga pendidikan selalu berubah, maka diharapkan
lembaga-lembaga pendidikan meningkatkan kontak hubungannya dengan masyarakat
sekitar dalam menangani problem pendidikan pada umumnya dan perencanaan
pendidikan pada khususnya.
Organisasi Pendidikan dan Perlunya
Perencanaan
Organisasi pendidikan ada diantara lingkungannya dan tertenun
didalamnya. Ini berarti organisasi atau lembaga pendidikan tidak dapat dan
tidak dibenarkan berdiri sendiri terlepas dari masyarakat lingkungannya. Ia
tidak boleh merupakan menara gading yang dengan gagah menunjukkan kemegahannya
padahal tidak ada fungsinya bagi masyarakat. Atau sebaliknya ia juga tidak
dibenarkan menjadi menara air yang dengan mudah hanyut dan melebur dengan
masyarakat dan tidak manunjukkan identitas apa-apa. Berarti lembaga pendidikan
akan melakukan fungsi ganda, pada satu pihak ia berusaha menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat di pihak lain ia membina memberi
penerangan kepada masyarakat bagaimana mengadakan perubahan secara sistematis
dan terarah.
Perubahan yang dipelopori oleh lembaga pendidikan secara sistematis dan
terarah
untuk jangka panjang membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan sumber-sumber lain
untuk masa yang lama. Hal ini membutuhkan perencanaan pendidikan. Suatu
perencanaan yang menyangkut lembaga pendidikan sebagai satu kesatuan, termasuk
organisasinya, strukturnya, personalianya, programnya, baiayanya, dan
sumber-sumber pendidikan lainnya. Besar kecilnya segi-segi lembaga pendidikan
yang disangkutkan dengan perencanaan bergabtung pada luas ruang lingkup yang
direncanakan.
Soumelis menunjuukan faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan
pendidikan berevolusi. Faktor-faktor itu ialah:
1.
Perubahan
tujuan eksternal dan internal system pendidikan
2.
Perubahan
berfikir sosial politik secara menyeluruh, yang menginginkan pasrtisipasi para
perencana dalam sosial politik
3.
Semakin
berkembangnya struktur administrasi pendidikan, tia-tiap lembaga pendidikan
mmeiliki struktur sendiri-sendiri, sehingga membutuhkan perencanaan
sendiri-sendiri pula
4.
Interes-interes
khusus pada penanggung jawab perencanaan, sesuai dengan bidang studi mereka
masing-masing
5.
Struktur
pendek pada perencanaan yang bersifat mesin, suatu perencanaan yang terpisah
dikerjakan oleh pemerintah pusat
6.
Tekanan
dari problem-problem yang bersifat akut yang dulu diselesaikan oleh jangka
pendek, nanti seharusnya dikaitkan dengan perencanaan jangka panjang.
Soumelis juga memberikan informasi-informasi yang sepatutnya dipakai
sebagai dasar perencanaan. informasi-informasi yang dimaksud, pertama,
nilai-nilai masyarakat dikembangkan lewat pendidikan dapat dibenarkan, maka
sesungguhnya semua nilai itu dapat ditempatkan untuk pendidikan. dan memang
seharusnya demikian. pendidikan dan perencanaannya tidak dibenarkan
meninggalkan nilai-nilai masyarakat. Kedua, sikap siswa terhadap pendidikan dan
pekerjaan. setiap siswa memiliki sikap sendiri terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Ketiga, hasil penelitian untuk pengembangan kurikulum dan
pengambilan keputusan. Keempat, fungsi dan performan system pendidikan.
pendidikan kejuruan misalnya tidak sama fungsi dan performannya dengan
pendidikan umum. Kelima, fungsi dan pengembangan pasaran tenaga kerja pada masa
mendatang. Keenam, kemungkinan efek proses mikro pada teknologi pendidikan. Ketujuh,
kemungkinan perkembangan ekonomi.
Itulah tujuh macam informasi yang perlu diperhatikan oleh para perencana
untuk dijadikan dasar perencanaan bagi pendidikan di masa-masa mendatang.
Sementara itu Daft melengkapi informasi-informasi di atas dengan elemen-elemen
yang perlu diperhatikan dalam proses perrubahan. elemen-elemen itu ialah
kebutuhan, ide, usul, pengambilan keputusan, implementasi, dan sumber-sumber
pendidikan.
Dalam menghadapi lingkungan/ masyarakat yang berubah, ada beberapa
tindakan yang mungkin diambil oleh manajer atau tim manajer pendidikan.
Tindakan-tindakan itu adalah bertahan, terus mengadakan perbaikan, melakukan
inovasi atau mengadakan perombakan total. keempat tindakan itu secara
berturut-turut disebut homeostatic,
incremental, neomobilistic, dan
metamorphic.
Berikut digambarkan tingkat-tingkat perubahan dalam lembaga ini:
Homeostatic
|
Incremental
|
Neomobilistic
|
Metamorphic
|
-
Statis
-
Tidak
ada perubahan
-
bertahan
|
-
bertahap
-
perubahan
pada program yang ada
-
perbaikan
|
-
dinamis
-
program
yang baru hanya bila diperlukan
-
inovasi
|
-
radikal
-
semua
program baru
-
berubah
|
Definisi Sistem
Mc
Ashan mendefinisikan system sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana yang
dikomposisi oleh satu set elemen yang harmonis, mempresentasikan kesatuan unit,
masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut
dalam bentuk yang logis. satu set elemen yang harmonis menunjukkan system itu
memiliki struktur atau bagian-bagian yang berkaitan satu dengan yang lain.
system terdiri dari beberapa sub sistem, setiap sub system
terdiri dari beberapa sub-sub system atau tidak dapat dibagi lagi,
begitu seterusnya sampai kepada bagiannya yang paling kecil. Bagian yang paling
kecil yang tidak dapat dibagi itu disebut komponen.
Jenis-jenis Sistem
Jenis-jenis system bisa ditinjau dari satu aspek-aspek tertentu. dalam
tulisan ini hanya ditinjau dari satu aspek saja yaitu aspek terbuka atau
tertentu. Sistem dikatakan terbuka kalau ia membuka diri terhadap lingkungannya
sebab ia membutuhkan. sebaliknya pada system tertutup ia menutup diri terhadap
lingkungannya.
Sesudah mengetahui apa yang disebut system dengan berbagai contoh dan
jenisnya, maka kini pembahasan dilengkapi dengan suprasistem seperti yang
tertera pada definisi perencanaan. Suprasistem itu adalah system-sistem yang
berada di sekeliling system. kalau kita memandang dunia kita sebagai system
maka planet-planet lain merupakan suprasisstemnya.
Ciri-ciri system Terbuka
Perencanaan pendidikan berkaitan dengan system terbuka. oleh sebab itu
yang dibahas adalah system terbuka. berikut adalah cirri-ciri system terbuka:
1.
Mengimport
energy, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan akan mendatangkan
pendidik/pengajar, uang, alat-alat belajar, para siswa/mahasiswa dan sebagainya
dari luar sekolah/perguruan tinggi.
2.
Memiliki
pemroses pendidikan akan memproses para siswa/mahasiswa sebagai bahan mentah
dalam proses belajar mengajar untuk menjadi ahan jadi berupa lulusan-lulusan.
3.
Menghasilkan
output atau mengeksport materi, energy, dan informasi. Pendidikan di samping
menghasilkan lulusan, ia juga dapat memberi pengaruh positif terhadap
peningkatan pembangunan masyarakat sekitarnya.
4.
merupakan
kejadian yang berantai. Input diproses mengeluarkan output, waktu berikutnya
juga seperti itu berlangsung berkali-kali.
5.
Memiliki
negative entrop, yaitu suatu usaha
untuk menahan kepunahan dengan cara membuat import lebih besar daripada
eksport. Usaha-usaha yang dilakukan dalam pendidikan adalah memperbaiki
kerusakan-kerusakan, mengadakan test diagnostic dan remidi, membuat materi
tidak using, metode yang baru, dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
masyarakat serta kemajuan zaman.
6.
Mempunyai
alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri. Segala informasi
yang erkaitan dengan pendidikan dimanfaatkan oleh manajer/para manajer untuk
mengambil keputusan dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki organisasi
pendidikan.
7.
Ada
kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari yang baru,
memperbaiki diri, memajukan diri agar tidak ketinggalan zaman malah berusaha
menyongsong zaman yang akan datang. Tetapi dinamika itu dilakukan dalam
batas-batas tidak sampai menggoyahkan organisasi pendidikan.
8.
Memiliki
diferensi. Yaitu spesialisasi-spesialisasi. Dalam organisasi pendidikan ada
bagian kepengurusan, bagian pengajaran, dan kepegawaian. Masing-masing bagian
ini masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
9.
Ada
prinsip equifinalty, yaitu banyak
jalan untu mencapai tujuan yang sama. Pemerintah memberi kesempatan kepada para
pendidik untuk berkreasi menciptakan cara-cara yang lebih baik baik dalam usaha
memajukan pendidikan.
Bila kita mengadakan perencanaan dengan pendekatan system kita akan
mendapatkan beberapa manfaat. Manfaat-manfaat itu ialah:
1.
Menyeimbangkan
ketidaktentuan
2.
Meningkatkan
penghematan operasi-operasi
3.
Memusatkan
diri pada tujuan
4.
Menyediakan
fasilitas bagi kontrol.
Perencanaan dengan pendekatan system juga dapat meningkatkan dan
menghemat oerasi-operasi. Sebab semua bagian perencanaan diperhitungkan sebelum
operasi dimulai.
Beberapa Teori Perencanaan
Hudson menunjukkan 5 proses perencanaan yaitu radical, advocacy, transactive, synoptic, dan incremental yang dikatakan sebagai taxonomy. Masing-masing teori
perencanaan ini mempunyai cirinya
sendiri-sendiri. Sementara itu Tanner mencoba membentuk teori tersendiri yang
disebut teori SITAR sebagai gabungan dari kelima teori tersebut di atas.
Teori Radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal
untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat
mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan. pandangan para penganut
teori ini adalah tidak ada lembaga pendidikan atau organisasi pendidikan lokal
yang peris sama atau dengan yang lain.
Teori Advocacy
Teori advocer menekankan hal-hal yang bersifat umum atau jamak.
Perbedaan-perbedaan lembaga, perbedaan-perbedaan lingkungan, dan
perbedaan-perbedaan daerah tidak begitu dihiraukan. Dasar perencanaan tidak
bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi
yang rasional, logis, dan bernilai (advocacy
= mempertahankan dengan argumentasi)
Teori Transactive
Teori ini menekankan harkat individu, menjunjung tinggi kepentingan
pribadi. Keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai individu diteliti satu
per satu sebelum perencanaan dimulai. Kontak empat mata dilakukan berkali-kali,
komunikasi antar pribadi diadakan. Demikianlah ide-ide dievolusikan secara
perlahan-lahan kepada orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pendidikan
terutama dikalangan personalia lembaga pendidikan.
Teori Synoptic
Di antara teori-teori yang sudah dibahas, teori synoptic ini yang paling komprehensif. Proses perencanaan synoptic memakai langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Pengenalan
problem dan lingkungan
2.
Mengestimasi
ruang lingkup problem dan lingkungan
3.
Mengklasifikasi
kemungkinan penyelesaian
4.
Menginvestigasi
problem dan lingkungan
5.
Memprediksi
alternative
6.
Mengevaluasi
kemajuan atas penyelesaian yang spesifik.
Teori Incremental
Teori incremental dalam perencanaan
berpegang kepada kemampuan lembaga dan performan para personalianya. Teori ini
berhati-hati sekali terhadap ruang lingkup objek yang akan ditanganinya. Objek
yang ditangani selalu diukur atau dibandingkan dengan kemampuan lembaga dan
performan personalia, kalau cocok dalam arti dapat dikerjakan dengan perkiraan
hasil yang memadai maka barulah direncanakan.
Teori SITAR
Kata SITAR adalah diambil dari huruf depan pada kelima teori di atas,
yaitu synoptic, incremental, transactive,
advocacy, dan radical. Ini
menunjukkan bahwa teori SITAR adalah gabungan dari kelima teori itu. Oleh
Tanner dikatakan sebagai Complementary
Planning Process, suatu proses saling melengkapi antara kelima teori di
atas. Kelima teori itu yang dikatakan sebagai tradisional, bila masing-masing
dipraktekkan secara terpisah ia akan mencapai sasaran yang tidak lengkap, sebab
masing-masing punya cirri sendiri dengan penekanannya sendiri-sendiri pula.
Walaupun teori SITAR menggabungkan teori-teori yang telah ada dan
melaksanakan sesuai dengan kondisi ruang dan waktu, namun dalam pelaksanaannya
cukup menyulitkan sebab mengoperasikan beberapa teori menjadi satu teori tidak
mudah. Suatu teori tanpa dioperasionalkan sukar dilaksanakan. Lagi pula kalau
setiap kondisi baik secara ruang dan waktu direncanakan dengan teori tertentu
yang cocok dengan kondisi itu dapat dilakukan, tampaknya tidak ada gunanya
mengombinasikan beberapa teori.
Diantara teori-teori yang dipakai karena sejalan dengan konsep system
adalah teori synoptic atau analisis system
dan teori incremental. Kedua teori
ini memakai pendekatan system, yang satu melaksanakan secara keseluruhan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang atau satu lagi hanya melakukan perencanaan
pendek-pendek saja. Oleh sebab itu tampaknya kedua teori ini bisa dipakai,
namun pemakaian teori incremental
tidak perlu lepas sama sekali dengan perencanaan jangka panjang. Paling sedikit
ia memanfaatkan perencanaan jangka panjang sebagai umpan balik, selanjutnya ia
memiliki wewenang sendiri untuk bergerak sesuai dengan rasionalnya sendiri.
BAB II
PROSEDUR PERENCANAAN
Setiap kegiatan mempunyai prosedur, yaitu suatu cara
yang ditempuh dalam kegiatan itu untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Prosedur dalam perencanaan adalah cara yang ditempuh oleh para perencana untuk
merealisasi usahanya agar dapat terwujud suatu konsep perencanaan. Prosedur
perencanaan adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perencanaan.
Prosedur yang ditempuh oleh setiap perencana pendidikan seringkali bervariasi,
tetapi dalam garis besarnya adalah sama.
Prosedur perencanaan pendidikan disini membahas
tentang perencanaan partisipatori yaitu suatu perencanaan yang dikerjakan
bersama oleh wakil peminat pendidikan baik dari kalangan lembaga pendidikan maupun
kalangan masyarakat.
Perencanaan Partisipatori
Kata partisipatori berasal dari kata partisipasi
yaitu pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Perencanaan
partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa yang berkepentingan
dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan merencanakan yang hanya
dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan.
Seperti perencanaan ditingkat pusat kepala-kepala kantor pendidikan di daerah
dan para kepala sekolah.
Hubungan Lembaga Pendidikan dengan
Masyarakat
Dalam hubngan lembaga pendidikan dengan masyarakat
perlu ditingkatkan. Disini guru-guru diharapkan menjadi rantai penghubung
antara rumah, parasiswa dan sekolah dengan bekerjasama, para oarng tua dan
guru-guru dapat menyiapkan bersama situasi yang kaya dengan informasi yang
digunkan untuk membuat sekolah sebagai tempat memperoleh pengalaman yang
positif baik bagi parasiswa maupun para anggota keluarga lainnya karena
pendidikan disini didukung secara langsung dan tanggung jawab untuk terikat
didalamnya.
Kotler merumuskan proses hubungan lembaga pendidikan
dengan masyarakat sebagai berikut:
1.
Identifikasi manusia-manusia kunci di
masyarakat
2.
Perhatikan angan-angan dan pikiran
mereka terhadap lembaga pendidikan dengan kontak-kontak secara kebetulan.
3.
Merumuskan tujuan hubungan lembaga
dengan masyarakat yang tepat dengan angan-angan dan pikiran mereka
4.
Nilai efektivitas dan biaya program
tersebut
5.
Implementasi dan nilai hasilnya.
Apa dan Mengapa Diperlukan
Perencanaan Partisipatori
Perbedaan perencanaan tradisional dengan perencanaan
partisipatori:
Perencanaan
Tradisional
|
Perencanaan
Partisipatori
|
1.
Peranan perencanaan pendidikan di
bawah arahan pengembangan ekonomi
2.
Penilaian kuantitatif pada input
output sebagai tenaga kerja
3.
Perencanaan tingkat nasional
|
1.
Perencanaan terintegrasi dalam
proses pengambilan keputusan secara menyeluruh
2.
Penilaian pada program dan tujuan
system pendidikan
3.
Perencanaan desentralisasi
|
Para
Partisipan
Syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh para perencana pendidikan ialah:
1.
Harus tertarik akan masalah-masalah
pendidikan atau menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan
2.
Mau belajar dari para perencana
pendidikan yang sudah ahli
3.
Memiliki kemampuan intelektual untuk
bekerja sebagai perencana
4.
Paham berusaha memmahami masalah-masalah
pendidikan
5.
Merupakan anggota kelompok yang dapat
bekerja secara efektif. Jumlah anggota kelompok yang efektif adalah sekitar 15
orang.
Ramalan
dan Pembuatan Program (Forecasting)
Forecasting mempunyai
arti ganda, yang pertama adalah ramalan yang terbatas, yaitu apa kira-kira yang
akan terjadi di lingkungan organisasi pendidikan pada masa yang akan datang.
Atau perubahan apa kira-kira yang akan terjadi dalam masyarakat di lingkungan
lembaga pendidikan.
Arti Forecasting yang lebih luas atau lebih
lengkap adalag di samping meramalkan keadaan perubahan dalam lingkungan
organisasi, ia juga meramalkan kegiatan atau program organisasinya yang cocok
dengan hasil ramalan terhadap lingkungan.
Forecasting
memiliki 3 macam kegiatan:
1.
Meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi pada lingkungan/ masyarakat baik yang dekat maupun yang jauh, yang
bertalian dengan kegiatan-kegiatan lembaga pendidikan.
2.
Mengidentifikasi kemampuan, potensi dan
situasi lembaga pendidikan itu sendiri termasuk sumber-sumber pendidikannya.
Begitu pula kelemahan-kelemahan yang ada dalam organisasi diidentifikasi
seluruhnya.
3.
Meramalkan atau membuat program baru
untuk menyongsong atau mengantisipasi perubahan lingkungan, agar lembaga pendidikan
dan masyarakat/ lingkungan berjalan berimbang sama-sama memberi keuntungan.
Pengambilan
Keputusan
Setiap
kegiatan pendidikan selalu disertai dengan pengambilan keputusan, sebab sebelum
diputuskan rencana kegiatan itu tidak boleh dilaksanakan. Yang mengambil
keputusan pada umumnya adalah manajer tertinggi atau administrator tertinggi
atau tim manajer. Tetapi kegiatan di luar rutin dapat diputuskan oleh
pejabat/orang lain, sebab kegiatan ini biasanya dilakukan oleh suatu panitia.
Dalam hal ini ketua panitia yang memutuskan atas kesepakatan bersama. Kemudian
keputusan diserahkan kepada manajer/para
manajer atau administrator pendidikan. Administrator beserta staf atau badan
tertentu kemudian mempertimbangkan apakah keputusan panitia ini dapat dilaksanakan
dalam kegiatan rutin apa tidak.
Keputusan
Keputusan
yang baik harus mempunyai dua criteria, yaitu kualitas dan penerimaan.
Keputusan perencanaan yang berkualitas adalah keputusan yang dapat
menyelesaikan problem atau tujuan perencanaan. Sedangkan keputusan itu
dikatakan memiliki syarat penerimaan kalau para perencana termasuk yang akan
mengimplementasikannya setuju akan keputusan tersebut.
Metode
Pengambilan Keputusan
Ada
tiga macam metode pengambilan keputusan. Metode yang paling mudah adalah yang
bersifat tradisional yang keputusannya didasarkan kepada otoritas, pengalaman,
dan berpikir logis. Kata otoritas menunjukkan bahwa metode ini kebanyakan
dilakukan oleh para pejabat, sebab mereka yang mempunyai otoritas. Dalam dunia
pendidikan pejabat yang mempunyai otoritas memutuskan adalah para manajer atau
administrator, terutama manajer/administrator tertingggi.
Metode
pengambilan keputusan yang kedua adalah metode pemecahan masalah (problem solving). Metode ini sudah
bersilfat ilmiah karena alternative-alternatif pemecahannya dibuat atas dasar
data yang tersedia.
Metode
pengambilan keputusan yang ketiga adalah analisa keputusan pohon (decision-tree analysis). Cara kerja
metode ini adalah dengan membandingkan alternative-alternatif yang bersifat
kuantitatif, menggunakan langkah-langkah yang logis, yang mudah ditelusuri
kembali dan diverifikasi oleh orang lain. Langkah-langkahnya:
1.
Mengorganisasikan dan menunjukkan
anatomi masalah dalam bentuk diagram pohon
2.
Menilai konsekuensi pada setiap
terminal/cabang pohon
3.
Menentukan probabilitas kejadian pada
setiap cabang pohon
4.
Menentukan strategi optimal
BAB
III
PERENCANAAN
STRATEGI
Setiap
kegiatan pendidikan memiliki startegi yaitu pertimbangan-pertimbangan,
perbandingan dengan kegiatan lain, kebijakan yang perlu dilakukan, dan
pendekatan yang terbaik agar tujuan yang diinginkan tepat dan bisa dicapai.
Begitu pula halnya dengan kegiatan perencanaan pendidikan membutuhkan strategi
sebelum perencanaan itu dikembangkan lebih lanjut secara operasional.
Tipe-Tipe
Perencanaan
Tipe perencanaan dalam
pendidikan :
1.
Perencanaan
dari segi waktu
Perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek. Perencanaan jangka panjang minimum untuk 10 tahun. Jangka
menengah diatas 1-5 tahun, dan jangka pendek maksimal untuk 1 tahun.
Perencanaan jangka panjang menjadi induk dari kedua tipe yang lain. Perencanaan
jangka menengah menjadi sumber dari perencanaan jangka pendek. Dengan kata lain
perencanaan jangka pendek harus dijabarkan dari perencanaan jangka menengah dan
panjang.
2.
Perencanaan
dari segi ruang lingkup
Perencanaan makro, dan meso dan mikro. Perencanaan
makro adalah perencanaan yang mencakup pendidikan seluruh bangsa sedangkan
perencanaan meso mencakup wilayah tertentu
dan perencanaan mikro hanya mencakup satu lembaga pendidikan atau
sekelompok kecil lembaga yang hampir sama dan berdekatan tempatnya.
3.
Perencanaan
dari segi sifat
Perencanaan strategi dari operasional perencanaan
startegi berkaitan dengan kebijakan yang diambil. Pendekatan yang dipakai,
kebutuhan, missi, dan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan perencanaan
operasional berkaiatan dengan usaha yang dipakai untuk merealisasi perencanaan
strategi ataum tujuan perencanaan tersebut. Jadi suatu perencanaan pendidikan
memiliki dua sifat strategi dan sifat operasional terutama untuk perencanaan
jangka pendek, untuk perencanaan jangka panjang hanya memiliki sifat stategi
saja.
Strategi
Dalam Perencanaan
Istilah
strategi yang dipakai dalam perencanaan ada dua macam, yaitu dalam perencanaan
strategi dan dalam analisa metode dan alat. Robbins dan Cunningham misalnya
mengatakan ada tipe perencanaan strategi dan operasional seperti diuraikan
atas, memakai istilah strategi dalam artinya yang pertama. Dalam arti yang
kedua dipakai antara lain oleh Mc Ashan dan Kaufman mengartikan strategi
dimaksudkan bagaimana menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang dikembangkan
dalam analisa system yaitu mencari
alternative-alternatif pemecahan. Strategi ini terjadi pada analisa metode dan
alat termasuk sumber-sumber pendidikan yang akan dilibatkan.
Proses
Berpikir Dalam Perencanaan Strategi
Ada
4 pendekatan yang dapat dipakai dalam proses berpikir yang bersifat strategi.
Perencanaan partisipatori dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari
beberapa pendekatan tersebut. Pendekatan-pendekatan itu adalah:
1.
Kerangka bimbingan (guedline)
Pendekatan ini
berdasarkan kepada instrument yang dikonstruk secara hati-hati untuk
menganalisa keadaan agar sampai kepada penyelesaian yang paling cocok. Misalnya
bila sekolah menghadapi masalah keengganan belajar yang bertambah meluas
dikalangan para siswa usaha apa yang diambil untuk mengatasi hal itu, atau
program apa yang direncanakan agar keengganan belajar itu dapat ditanggulangi.
2.
Planajemen
Planajemen (planagement) adalah suatu proses yang
mengintegrasikan seni dan ilmu (art and
science) untuk memindahkan konsep ke dalam realitas melalui metode yang
praktis. Menentukan program strategi dengan pendekatan ini adalah dengan cara
mengumpulkan informasi/data yang relevan dengan masalah yang dihadapi beserta
situasinya.
3.
SWOT
Pendekatan SWOT
merupakan proses mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu kondisi atau
masalah dan kesempatan baik yang ada pada kondisi itu untuk mewujudkan program
dalam upaya mencapai tujuan jangka panjang.
4.
Investigasi (Investigative)
Pendekatan
berpikir untuk menghasilkan program strategi ini memanfaatkan jasa penelitian
untuk mendapatkan data tentang kegiatan, proses, dan hasil-hasil pendidikan
suatu lembaga pendidikan serta data di luar lembaga yang mempunyai pengaruh
terhadapnya.
Penilaian
Akan Kebutuhan
Yang
menentukan kebutuhan atau melakukan penilaian terhadap kebutuhan adalah para
perencana partisipatori. Mereka itu adalah manajer beserta beberapa guru, para
wakil siswa/mahasiswa, dan kelompok penilai yaitu kelompok warga lembaga
pendidikan dan kelompok warga masyarakat. Namun ada yang membedakan mereka
menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pengajar, pelajar, dan masyarakat sehingga
disebut sebagai tiga dimensi penilai kebutuhan.
Misi,
Tujuan, dan Program Perencanaan
Tujuan
ada dua macam yaitu tujuan ideal dan tujuan yang mungkin dapat dicapai. Tujuan
ideal ialah ide tang dicita-citakan sebagai sesuatu yang terbaik. Sedangkan
tujuan yang mungkin dapat dicapai ialah gambaran ideal tadi yang sudah
dibahas/dikaji berdasarkan perkiraan sumber-sumber pendidikan yang tersedia
dapat diselesaikan
Kedua
tujuan itu merupakan misi yang harus dipikul oleh para perencana pendidikan.
Untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tersebut para perencana mengembangkan program
yang kadang-kadang disebut program strategi. Misi adalah mempresentasikan semua
tujuan (tujuan umum) dari program yang dikembangkan oleh para perencana.
BAB
IV
PERENCANAAN
OPERASIONAL
Tujuan
yang diwujudkan dalam perencanaan strategi sebagai misi perencanaan itu perlu
dioperasionalkan agar dapat dilaksanakan. Usaha mengoperasionalkan di sini
tidak hanya terbatas kepada menspesifikasi tujuan melainkan juga sampai kepada
usaha menyelesaikan tujuan-tujuan yang spesifik tersebut. Dengan kata lain
perencanaan operasional berusaha menspesifikasi tujuan dan memecahkan tujuan
menjadi kenyataan dengan pelbagai alternative pemecahan.
Langkah-langkah
Perencanaan
Langkah-langkah
perencanaan atau proses perencanaan adalah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Menentukan kebutuhan atas dasar
antisipasi terhadap perubahan lingkungan atau masalah yang muncul. Bila
kebutuhan banyak diadakan prioritas
2.
Melakukan Forecasting atau ramalan, menentukan program, tujuan, misi,
perencanaan. Bila tujuan banyak diadakan prioritas
3.
Menspesifikasi tujuan
4.
Membentuk/menentukan standar performan
5.
Menentukan alat/metode/alternative
pemecahan masalah
6.
Melakukan implementasi dan menilai
7.
Mengadakan review
Menspesifikasi
Tujuan Perencanaan
Untuk menyelesaikan misi yang dipikul oleh para
perencana, terlebih dahulu tujuan umum dalam program strategi perlu
dispesifikasi. Tujuan umum itu akan menjadi beberapa tujuan khusus yang jelas
akan dapat diukur. Menganalisa tujuan umum menjadi tujuan yang spesifik tidak
dapat dilakukan dalam satu kali uraian, melainkan dengan uraian bertahap atau
langkah/analisa yang bertahap.
Kaufman menyebutkan analisis terhadap ini sebagai
misi, analisa fungsi dan analisa tugas. Analisa fungsi ia bagi-bagi lagi
menjadi analisa tertinggi, analisa tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga dan
seterusnya. Banyaknya tingkat analisa fungsi ini bergantung pada sifat fungsi
itu. Makin kompleks fungsi itu makin banyak tingkat analisanya. Sebaliknya
sangat mungkin suatu fungsi hanya terdiri dari dua tingkat, atau bahkan cukup
satu tingkat saja.
Menentukan
Standar Performan
Standar
performan itu adalah suatu ukuran atau criteria yang tepat yang diterima oleh
umum untuk tujuan perencanaan yang spesifik, sehingga dasar criteria itu para
pelaksana program/tugas dapat mewujudkan tujuan itu secara tepat pula sesuai
dengan kriterianya. Contoh standar performan lingkungan lingkungan belajar
ialah iklim organisasi pendidikan yang hangat, komunikasi yang harmonis,
kerjasama yang erat/gotong royong, kaya dengan sumber belajar, dan pembimbingan
yang penuh dengan kasih saying.
Analisis
Alat dan Metode
Sesudah
komponen-komponen atau tugas-tugas dikemukakan, maka pekerjaan para manajer
sekarang adalah mencari jalan untuk mengerjakan setiap tugas agar menghasilkan
tujuan-tujuan spesifikyang telah digariskan bersama. Usaha seperti ini disebut
analisa alat dan metode yaitu apa yang mungkin dapat dipakai menyelesaikan
tugas-tugas tersebut. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkan informasi
tentang sumber-sumber pendidikan dan kemudian membentuk alternative-alternatif
pemecahan.
BAB
V
PERENCANAAN
BUDGET
Setiap
organisasi membutuhkan dana untuk membiayai kegiatannya. Begitu pula halnya
dengan organisasi pendidikan. Organisasi ini mulai dari taman kanak-kanak
sampai dengan perguruan tinggi mengadakan perencanaan budget secara berkala untuk mengaplikasikan dana yang tersedia,
agar dana itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap unit kerja di dalam
lembaga tersebut.
Kegiatan
pendidikan baik yang baru direncanakan maupun yang rutin menggunakan dana yang
dialokasi lewat perencanaan budget di
atas. Di sini tampak bahwa kegiatan-kegiatan pendidikan terutama yang rutin
tidak selalu direncanakan secara teliti tiap tahun, sebaliknya pembiayaan
selalu diusahakan dialokasi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa dana itu
sangat terbatas, oleh karenanya perlu diatur sebaik-baiknya agar dapat
dimanfaatkan seara optimal oleh semua pihak secara merata.
Budget Rutin dan Budget Pembangunan
Perencanaan
budget rutin tidak sejelas
perencanaan budget pembangunan,
pengalokasian biaya pembangunan lebih eksplisit daripada pengalokasian biaya
rutin di Indonesia. Karena kegiatan rutin itu hamper sama dari waktu ke waktu,
tidak banyak variasi, pada umumnya hanya besar biaya yang naik turun sedikit
bergantung kepada dana yang tersedia. Sebaiknya kegiatan pembangunan yang
disebut proyek banyak sekali ragamnya, dan ragam itu bisa berganti dari waktu
ke waktu. Oleh sebab itu pengaturan biaya pembangunan ini bisa beragam pula dan
dapat berubah dari waktu ke waktu. dengan demikian tampak sekali beda
perencanaan biaya rutin dengan perencanaan biaya pembangunan itu.
Ada
sembilan kategori pembelanjaan dalam organisasi pendidikan baik untuk kegiatan
rutin maupun untuk kegiatan pembangunan, antara lain sebagai berikut:
1.
Dana cadangan untuk keperluan-keperluan
khusus, misalnya dana sosial, untuk menerima tamu, untuk membayar hutang dan
sebagainya.
2.
Dana untuk membeli barang-barang
termasuk gaji dan kesejahteraan para personalia.
3.
Belanja untuk melaksanakan tugas-tugas
oleh para petugas pendidikan seperti barang-barang habis pakai pada waktu
mengajar.
4.
Belanja untuk keperluan berbagai fungsi
seperti pengajaran, bagian pengadaan media.
5.
Belanja untuk fasilitas seperti air,
lampu, sanitasi, pertanian sekolah, sanggar seni.
6.
Belanja untuk program misalnya program
bimbingan dan konseling membutuhkan psikiater dari lembaga lain, dosen tamu,
program karya wisata.
7.
Pajak tahunan
8.
Belanja untukkeperluan kelembagaan
seperti perbaikan dan pengembangan kurikulum.
9.
Dana untuk proyektor-proyektor seperti
kontrak-kontrak dengan orang luar, membeli alat konstruksinya dan sebagainya.
Perencanaan budget
baik untuk biaya rutin maupun biaya pembangunan pada umumnya dilakukan satu
tahun sekali. Tetapi ada juga yang dilakukan lebih dari satu tahun.
Komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam
proses pembuatan budget adalah
sebagai berikut:
1.
Aspek struktur
Dimulai dengan
mengidentifikasi kelompok-kelompok program, elemen-elemen program, untuk
mendapatkan tujuan-tujuannya spesifik.
2.
Aspek anisis
Sesudah mengenal
struktur program baik melalui analisis system, maupun melalui kategori-kategori
kegiatan, kemudian mengalokasi biaya menurut fungsi, sub fungsi, dan tugas atau
menurut jenis-jenis kegiatan dalam kategori kegiatan, maka dilakukan analisis
biaya.
3.
Aspek kontrol
Perencanaan budget pada umumnya sekaligus dapat
dipakai pegangan oleh para pelaksana pendidikan dalam melakukan tugasnya
menggunakan uang dan juga sebagai alat bagi atasan untuk mengontrol
pekerjaan/penggunaan dana oleh para bawahan.
4.
Aspek data dan informasi
Segala data dan
informasi yang bertalian dengan dibiayai baik sebelum, selama program
pelaksanaan atau implementasi, maupun data tentang kecenderungan-kecenderungan
sesudahnya perlu diperhatikan oleh para perencana budget.
Ada 3 macam dokumen pada setiap perencanaan pendidikan,
atau proyek, atau kegiatan pendidikan antara lain:
1.
Perencanaan budget, yaitu alokasi budget
untuk seluruh kegiatan. Dalam perencanaan system ialah alokasi budget untuk setiap tugas, sebab program
sudah diuraikan menjadi tugas-tugas.
2.
Memorandum, ialah yang menyangkut issue-issue yang berkaitan dengan
pemilihan alternative.
3.
Laporan Studi Khusus, yaitu yang
berkaitan dengan issue-issue yang penting yang perlu diteliti
lebih lanjut untuk mendapatkan data/informasi yang lebih mendalam lagi termasuk
latar belakangnya.
Budget dalam Perencanaan Pendidikan
Perencanaan
budget dalam perencanaan pendidikan
sudah dimulai ketika misi atau program telah selesai dibuat dan perencanaan
operasional baru mulai dikerjakan. Tetapi ada juga yang menyatakan pembuatan budget itu setelah analisa system
selesai, yaitu saat dimulai menentukan metode dan alat.
Jenis-jenis
Perencanaan Budget
Ada
beberapa jenis perencanaan budget.
Tiga diantaranya yang terkenal adalah Line-item
(fuction-object) budget, PPBS (planning
programming budgeting system), dan ZBB (zero-base
budgeting).
Line Item
Perencanaan
budget line item ini sering disebut
perencanaan budget secara
tradisional, mungkin karena modelnya paling sederhana dan muncul pertama kali.
Prosesnya sederhana
sekali yaitu pertama para perencana mengidentifikasi terlebih dahulu macam
program yang akan dibiayai, kemudian pada masing-masing macam program
ditentukan lebih lanjut program-program yang ada di dalamya.
PPBS
(Planning Programming Budgeting System)
Mc
Ashan memberikan pengertian tentang PPBS adalah sebagi berikut: ialah suatu
pengorganisasian yang sistematis, analitis, dan informasi keuangan yang
terintegrasi ke dalam semua program yang direncanakan, diimplementasikan, dan
dievaluasi untuk menolong melakukan alokasi sumber pendidikan termsuk
pembiayaan. Cunningham menambahkan bahwa budget ini menunjukkan biaya tiap-tiap
programnya sehingga memberikan tanggung jawab kepada petugas-petugasnya,
menghubungkan dengan sumber-sumber pendidikan yang diperlukan, membuat
alternative-alternatif penyelesaian dengan biaya yang efektif, dan meminimalkan
biaya serta memaksimalkan output.
Faktor-faktor
yang ditekankan oleh para perencana yang menggunakan jenis perencanaan PPBS
antara lain:
1.
Berorientasi kepada output atau
efektivitas.
2.
Dana dialokasikan kepada setiap program
yang akan dikerjakan yang telah disusun secara analitis dan sistematis.
3.
Pembiayaan bersifat integral.
4.
Alokasi dana diatur/disusun atas dasar
realita.
5.
Pengalokasian dana dibuat sedemikian
rupa sehingga dana dapat dimanfaatkan secara efisien.
Jadi perencanaan budget
jenis PPBS ini juga memiliki jangka panjang, menengah, dan pendek.
ZBB
(Zero-Base Budgeting)
Akibat
kekurang-berhasilan PPBS, maka muncullah konsep baru dalam perencanaan budget yang disebut ZBB. Konsep ini
dipelopori oleh Peter Pyhrr pada tahun 1970. Konsep baru ini didasari kepada
pendekatan “ground up” yaitu semua
program dan aktivitas yang lama atau baru harus ditinjau kembali pada proses budgeting setiap tahun.
Perbedaan
utama antara PPBS dengan ZBB adlaah dalam penentuan waktu berlakunya
perencanaan budget dan dalam
pemberian tambahan budget. Kalau
dalam PPBS waktu pembiayaan bisa lebih dari satu tahun, beberapa tahun, bahkan
dapat dalam waktu yang panjang, maka dalam ZBB hanya untuk satu masa tahun
anggaran. Begitu pula dalam PPBS penambahan budget
diberikan pada tahun-tahun berikutnya atas dasar pengalaman tahun yang lalu,
prioritas program, dan kebutuhan, maka dalam ZBB penambahan budget dilakukan pada saat perencanaan budget diadakan kepada biaya-biaya
minimum untuk setiap programatas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Analisis
Biaya
Analisis
biaya dalam pendidikan mencakup keefektifan biaya (cost affectiveness/CE), keuntungan biaya (cost benefit/CB), kemanfaatan biaya (cost-utility/CU), dan kefisibilitasan biaya (cost-feasibility/CF).
Analisis
tentang keefektifan biaya ialah upaya untuk mengetahui apakah sejumlah biaya
tertentu dapat memberikan hasil yang sudah ditentukan. Sedangkan analisis
tentang keuntungan biaya berusaha untuk mengetahui keuntungan atau kerugian
yang diterima atau diderita oleh lembaga pendidikan dengan mengeluarkan biaya
tertentu. Sementara itu analisis tentang kemanfaatan biaya untuk mengetahui
apakah sejumlah biaya tertentu yang dikeluarkan oleh lembaga bermanfaat apa
tidak bagi penyelesaian tugas yang sudah ditentukan. Dan analisis tentang
kefisibilitasan biaya adalah upaya untuk mengetahui apakah sejumlah biaya
tertentu mungkin apa tidak menyelesaikan tugas yang sudah ditentukan.
Cara
Menentukan Biaya
Sebagian
besar alat/sumber pendidikan itu tersebar di mana-mana dan dipakai di
mana-mana. Pemakai bisa mendapatkannya dengan cara membeli, menyewa, memberi
honorarium, dan sebagainya itu berubah dari waktu ke waktu. Harganya yang
sekarang disebut sebagai harga pasar. Harga pasar inilah yang dipakai dasar
untuk menentukan biaya sebagaian besar alat/sumber-sumber pendidikan dalam
setiap alternative penyelesaian tugas.
Namun
demikian ada kalanya suatu sumber pendidikan yang belum umum terpakai atau unik
sukar diketemukan harga pasarnya. Misalnya bila mendatangkan penduduk asli dari
daerah terpencil untuk menceritakan adat istiadatnya, cukup sulit menentukan
honorariumnya. Bagi kasus-kasus seperti inidipakailah judgement atau penyesuaian-penyesuaian. Cara menentukan biaya
seperti ini disebut harga bayangan (shadow
prices).
BAB
VI
AKUNTABILITAS
DAN KONTROL DALAM PERENCANAAN
Akuntabilitas
adalah sesuatu yang dapat dipandang sebagai alat kontrol dalam pekerjaan
pendidikan pada umumnya dan dalam perencanaan pendidikan khususnya.
Akuntabilitas
Akuntabilitas
adalah suatu peningkatan dari rasa tanggung jawab suatu yang lebih tinggi
mutunya dari suatu tanggung jawab sehingga memuaskan atasan. Bila tanggung
jawab merupakan usaha agar apa yang dibebankan kepada kita bisa di selesaikan
sebagaimana mestinya dan dalam waktu yang tepat pula, maka akuntabilitas harus
melebihi dari kewajiban seperti itu.
Akuntabilitas
berkaitan dengan perasaan puas semua pihak siswa/mahasiswi yang belajar, pihak
masyarakat, pihak atasan sampai dengan pihak yang memberi biaya pendidikan
harus merasakan puas terhadap hasil pekerjaan petugas pendidikan bila
pendidikan ingin mendapat predikat memilih akuntabilitas.
Pengertian
Akuntabilitas
Akuntabilitas
ialah kondisi sesorang yang dinilai oleh orang lain karena khualitas
performannya menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawab. Disini
akuntabilitas dinyatakan kondisi seseorang dalam bekerja yaitu performannya
atau penampilannya dalam bekerja. Tetapi tidak dijelaskan dalam kalimat itu
ferporman yang bagaimana apakah performan yang memuaskan semua fihak.
Untuk
memiliki akuntabilitas diperlukan paling sedikit satu syarat ialah pembinaan
profesi para petugas pendidikan. Pembinaan ini merupakan dasra untuk meningkatkan
akuntabilitas seseorang atau menumbuhkan akuntabilitas bagi yang belum
memilikinya. Dengan demikian kondisi yang dibutuhkan pada petugas pendidikan
agar mereka memiliki akuntabilitas yaitu ada pembinaan profesi terhadap para
petugas pendidik baik melalui belajar secara formal maupun pembinaan langsung
dari fihak manajer atau petugas-petugas pendidikan yang sudah senior.
Akuntabilitas
dalam pendidikan adalah mencakup:
1.
Program dan manajemen personalia yang
mengarah kepada tujuan.
2.
Penekanan manajemen yang efektif dan
efisien.
3.
Pengembangan program, pengembangan
personalia, peningkatan hubungan dengan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan
manajemen.
Dalam
perencanaan partisipatori yang perencanaan menekankan sifat lokal atau
desentralisasi, yang bersifat mikro, dan yang anggotanya terdiri dari beberapa
warga lembaga dan tokoh-tokoh masyarakat/orang tua, akuntabilitas dituntut pada
personalia dengan urutan sebagai berikut:
1.
Ketua perencana.
2.
Manajer/administrator/ketua lembaga.
3.
Para anggota perencana.
4.
Konsultan dan pemerintah pusat.
5.
Para pemberi data.
Dalam
perencanaan pendidikan partisipatoriakuntabilitas pendidikan ditujukan menurut
urutan sebagai berikut:
1.
Misi/tujuan perencanaan.
2.
Desain perencanaan.
3.
Implementasi dan aplikasi perencanaan.
Kondisi
yang dibutuhkan Akuntabilitas
Akuntabilitas
mengimplikasikan paling sedikit tiga kondisi yaitu:
1.
Seseorang diasumsikan memiliki tingkat
tanggung jawab tertentu terhadap pekerjaannya.
2.
Seseorang harus akuntabel terhadap orang
lain.
3.
Ada penilaian performan untuk
mengetahuiapakah orang bersangkutan mencapai sukses/akuntabel apa tidak.
Langkah-Langkah
Menentukan Akuntabilitas
Morphet
menyatakan langkah-langkah untuk menentukan akuntabilitas adalah sebagai
berikut:
1.
Kembangkan criteria performan untuk
setiap program.
2.
Siapkan pemeriksa yang bebas untuk
mengukur performan.
3.
Siapkan laporan kepada masyarakat
tentang hasil pengukuran itu.
Sementara
itu Mc Ashan menulis tentang proses terjadinya akuntabilitas sebagai berikut:
1.
Tentukan tujuan secara jelas dn nyatakan
siapa yang bertanggung jawab
2.
Tujuan itu dijabarkan sespesifik mungkin
sehingga dapat diukur.
3.
Garis otoritas ditentukan.
4.
Kondisi tempat tanggung jawab itu
terjadi ditentukan secara spesifik.
5.
Penilaian dilakukan untuk menentukan akuntabilitas
seseorang.
Dari
kedua pendapat diatas maka dapat disusun langkah-langkah yang ditempuh untuk
menentukan akuntabilitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan
adalah sebagai berikut:
1.
Tentukan tujuan program yang dikerjakan.
dalam perencanaan disebut misi atau tujuan perencanaan.
2.
Program dioperasionalkan sehingga
menimbulkan tujuan-tujuan yang spesifik.
3.
Kondisi tempat bekerja ditentukan.
4.
Otoritas atau kewenangan setiap petugas
pendidikan ditentukan.
5.
Kriteria performan pelaksana yang
dikontrak itu dibuat sejelas mungkin.
6.
Tentukan pengukur yang bersifat bebas.
7.
Pengukuran dilakukan sesuai dengan
syarat pengukuran umum yang berlaku yaitu secara incidental, berkala, dan
terakhir.
8.
Hasil pengukuran dilaporkan kepada
orang-orang yang berkaitan akan pendidikan/pengontrak seperti warga masyarakat,
pemerintah, dan para manajer/administrator pendidikan.
Bagaimana
Memanfaatkan Akuntabilitas dalam Pendidikan
Pelaksanaan
atau pemanfaatan akuntabilitas dalam pendidikan dan perencanaan pendidikan adalah
sebagi berikut:
1.
Kebutuhan akan tujuan program sesuai
dengan lapangan kerja diidentifikasi dan program dioperasionalkan dengan
tujuan-tujuan yang spesifik.
2.
Kriteria performan para petugas
pendidikan dan para pelaksana implementasi perencanaan ditentukan.
3.
Pemeriksaan secara tepat tentang proses
pendidikan dan implementasi perencanaan serta hasil-hasil yang dicapai sesuai
dengan rencana semula perlu diadakan.
4.
Mutu dan kuantitas pendidikan dalam
lembaga termasuk perencanaan pendidikannya harus dijaga betul agar tidak sampai
merosot malah sedapat mungkin ditingkatkan.
5.
Insentif bukan hanya untuk membayar
tenaga dan pikiran para pelaksana pendidikan dan para perencana, tetapi juga
menghargai jasa-jasa mereka sebagai professional.
Kontrol
dalam Perencanaan Pendidikan
Selain
akuntabilitas dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol dalam perencanaan seperti
telah diuraikan di atas, ada lagi beberapa alat kontrol yang biasa
dipakai,alat-alat itu ialah:
1.
Alat-alat visual seperti PERT, CPM, peta
Gantt, dan beberapa macam grafik.
2.
Komputer sangat berguna terutama untuk
mengontrol budget.
3.
Laporan tertulis.
4.
Pertemuan staf yang dilakukan secara
berlaka.
Di antara alat-alat di atas yang paling rumit
dibuat, yang memakan waktu dan pikiran ialah PERT dan CPM.
BAB
VII
MANAJEMEN
PERSONALIA
Tujuan
pengembangan baik melalui personalia maupun melalui organisasi ialah
memperbaiki performan organisasi dengan menciptakan iklim sumber manusia yang
positif. Pengembangan organisasi berusaha menghilangkan kebiasaan organisasi
otoriter yang tradisional untuk mendorong kerjasama, pengambilan keputusan yang
desentralisasi, terbuka dan berifat bersahabat/musyawarah. Pengembangan
organisasi juga berusaha memperbaiki kualitas kehidupan warganya dan
memperbaiki kompetensi mereka masing-masing.
Usaha pengembangan itu semua bermaksud meningkatkan efektivitas organisasi,
termaksud efektivitasnya dalam melaksanakan perencanaan pendidikan.
Kepemimpinan
Yang Efektif
Kepemimpinan
yang efektif selalu memanfaatkan kerjasama dengan para bawahan untuk mencapai
cita-cita organisasi. Karena dengan cara begitu para manajer/administrator akan
banyak dapat bantuan pikiran, semangat, dan tenaga dari para bawahannya.
pekerjaan
pendidikan yang yang dilakukan oleh para pemimpin secara efektif ini dikatakan oleh
Cunningham sebagai perencanaan dan manajemen kontinum yaitu:
1.
Manajer berdiskusi dengan para bawahan
2.
Manajer dibantu oleh para bawahan
3.
Manajer dibantu oleh para bawahan untuk
mendapatkan cara penyelesaian masalah yang terbaik
4.
Tindakan manajer disetujui oleh para
bawahan.
Fiedler menyebut cara kerja di atas sebagai model
situasional atau contingency.
Pembentukan
Iklim Organisasi yang hangat
Lingkungan
tempat bekerja memberi pengaruh secara perlahan-lahan
terhadap pembentukan
kompetensi para perugas pendidikan. Lingkungan ilmiah dalam kampus akan
memberikan pengaruh terhadap perilaku warga kampus terutama para dosennya
seperti yang diharapkan oleh konsep Wawasan Alma Mater. Lingkungan belajar akan
meningkatkan perilaku belajar para warga sekolah terutama guru-gurunya seperti
yang diharapkan oleh konsep Wiyata Mandala. Suasana bekerja, belajar,
berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan ini disebut iklim
organisasi. Iklim organisasi yang hangat meningkatkan profesi dan performan
para pendidik dan perencana.
Beberapa
cara Mengkreasikan Iklim Organisasi
Cara
lain yang ditempuh untuk menciptakan iklim organisasi yang hangat ialah membuat
para personalia pendidikan para pengajar khususnya sebagai masyarakat paguyuban
di lembaga pendidikan. Bila lembaga pendidikan itu terlalu besar, perguruan
tinggi misalnya, maka personalia itu dapat dibagi-bagi menjadi beberapa
masyarakat paguyuban.
Ciri-Ciri
Disiplin Lembaga Pendidikan yang Baik
Wayson
dengan kawan-kawannya tentang cirri-ciri disiplin lembaga pendidikan yang baik.
Ciri-ciri disiplin itu adalah sebagai berikut:
1.
Mampu mengerjakan banyak hal yang biasa
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan para pendidik yang baik untuk
jangka waktu yang lama.
2.
Menciptakan lingkungan lembaga
pendidikan yang dapat melahirkan disiplin yang baik.
3.
Sebagian besar pendidik memandang
lembaga pendidikannya sebagai tempat para pengajar dan siswa bekerja dan
mendapatkan pengalaman yang sukses.
4.
Berorientasi kepada para siswa.
5.
Memusatkan diri kepada sebab-sebab
masalah disiplin, bukan kepada gejala-gejalanya.
6.
Program lembaga pendidikan menekankan
perilaku positif dan lebih menekankan usaha preventif daripada hukuman dalam
memperbaiki disiplin.
7.
Menyesuaikan kegiatan-kegiatannya dengan
kebutuhan dan mencerminkan gaya mereka sendiri.
8.
Kepala sekolah memegang peran kunci
dalam memberi corak kepada sekolahnya.
9.
Program-program sekolah sering berhasil,
agaknya karena kepuasan mengerjakannya atau karena desainnya begitu jelas oleh
tim yang terdiri dari kepala sekolah yang berkompeten dan beberapa anggota
stafnya yang juga memiliki pribadi kepemimpinan yang melengkapi kepala sekolah
itu.
10.
Para pengajar percaya kepada lembaga
pendidikan mereka tempat para siswa dapat mengerjakan sesuatu.
11.
Guru-guru menangani semua atau sebagian
terbesar masalah disiplin yang rutin.
12.
Mengembangkan kerjasama yang erat sekali
dengan para orangtua siswa dan masyarakat pada umumnya.
13.
Sekolah-sekolah terbuka untuk dikritik
dan dinilai secara luas oleh sekolah-sekolah lain dan masyarakat.
Meningkatkan
Partisipasi Peronalia
Ada
beberapa metode yang dipandang sebagai usaha untuk mendiagnosa keadaan para
personalia pendidikan dan mengintervensi mereka agar partisipasinya meningkat
dalam kegiatan-kegiatan pendidikan termasuk dalam perencanaan. Cunningham
menyebutkan ada 7 macam yaitu:
1.
Metode survey umpan balik
2.
Pertemuan konfrontasi
3.
Tim pembangun
4.
Saling memberi data secara terbuka
5.
Proses konsultasi
6.
Model struktur (termasuk teknik analisis
peranan dan memperkaya tugas)
7.
Kelompok T
Kerjasama
Dengan Masyarakat
Kerjasama
dengan masyarakat sudah menjadi bagian kegiatan yang penting dalam
mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan. Stein dan Kanter
melembagakan satu set respon eksternal dan internal, struktur partisipasi dan
pemecahan masalah, di samping tugas-tugas rutin dalam lembaga pendidikan.
Kegiatan internal dan eksternal, serta kegiatan rutin dan non rutin berjalan
bersama-sama. Masalah-masalah yang muncul dicari kaitannya baik dalam lembaga
itu sendiri maupun di masyarakat, supaya dapat diselesaikan secara lebih mudah
dan lebih tuntas. Organisasi seperti ini disebut organisasi paralel atau
struktur paralel.
Banyak
program yang dapat dikerjakan bersama antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat sekitarnya. program-program itu misalnya memajukan proses belajar
mengajar, mengintegrasikan pendidikan formal, informal, dan nonformal, membantu
memajukan pendidikan nonformal, layanan kesejahteraan keluarga, layanan
bimbingan dan konseling, kerjasama dalam mencari dana pendidikan, koperasi,
kegiatan rekreasi bersama, kesenian bersama, olah raga dan sebagainya.
Macam-Macam
Hadiah Bagi Personalia
Berbagai
hadiah yang dimaksudkan bagi para personalia pendidikan di samping
hadiah-hadiah yang sudah disebutkan di atas ialah:
1.
Menyediakan ruangan untuk tempat bekerja
dan memperdalam materi pelajaran.
2.
Memberikan kesempatan untuk melaksanakan
fungsi kepemimpinan sesuai dengan kemampuannya.
3.
Memberi kesempatan bertanggung jawab
secara lebih besar.
4.
Mewakili lembaga pendidikan dalam
pertemuan atau kunjungan tertentu.
5.
Membuat jadwal dan memberi izin kepada
personalia yang pantas dapat hadiah untuk melaksanakan pendidikan di luar sekolah.
6.
Mencatat, memberi kredit, dan
mempertimbangkan jasa-jasa personalia yang dapat memecahkan masalah tertentu
yang bermanfaat bagi lembaga.
7.
Membebaskan seseorang dari berpikir dan
mengerjakan sesuatu di luar batas kemampuannya.
8.
Memberikesempatan kepada para pengajar
untuk bekerjasama dengan para siswa/mahasiswa bila ternyata ia merasa bahagia
karena kerjasama itu.
9.
Memasang nama dan foto personalia yang
patut diberi hadiah pada majalah
atau surat kabar
setempat lengkap dengan deskripsinya sebagai orang yang pantas dihargai.
10.
Memberi kesempatan kepada personalia
pendidikan mengadakan kontak pribadi dengan para pemimpin lembaga pendidikan
dan para pemimpin masyarakat.
11.
Memberikan jalan sehingga personalia
yang pantas mendapat hadiah boleh memilih dan menggunakan bahan-bahan pelajaran
tertentu.
12.
Melibatkan pengajar yang patut diberi
hadiah ini dalam perencanaan kurikulum.
Hadiah-hadiah
tersebut di atas tidak harus diberikan semuanya sekaligus kepada personalia
pendidikan yang berhak menerimanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Pidarta, Made. 2005. Perencanaan Pendidikan Pertisipatori (Dengan
Pendekatan Sistem). Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar