Rabu, 05 Februari 2014

TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF LANDASAN PSIKOLOGIS


A.      Definisi Pendidikan
  1.  Berdasarkan UU RI No. 20 Thn 2013 Tentang SISDIKNAS Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
  2.  John Dewey dalam naufal el hakim (2013: 1) Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup
  3. Plato dalam Nis Nisfa (2013: 1) Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
  4.  M.J. Langeveld dalam Nis Nisfa (2013: 1) Berpandangan bahwa pekerjaan mendidik adalah membimbing anak didik yang belum dewasa kearah kedewasaan yang bercirikan kemandirian (self-standing).
Adapun maksud dari pendidikan antara lain:
a.    Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.
b.    Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas tugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila.
c.    Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.
Dari berbagai pengertian definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu memiliki, melanjutkan mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang terdahulu.
B.       Definisi Psikologi
  1. William James dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-kondisinya.
  2. Wilhelm Wundt dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi bertugas menyelidiki apa yang kita sebut pengalaman bagian dalam sensasi dan perasaan kita sendiri, pikiran serta kehendak kita yang bertolak belakang dengan setiap obyek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam.
  3. John B. Watson dalam Nis Nisfa (2013: 1) Bagi aliran behaviorisme psikologi merupakan bagian dari ilmu yang menekankan perilaku manusia, perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak, sebagai pokok masalah.
  4. Kurt Koffka dalam Nis Nisfa (2013: 1) Sebagai definisi sementara ini, kita boleh mengatakan bahwa pokok masalahnya adalah studi ilmiah mengenai perilaku makhluk hidup dalam hubungan mereka dengan dunia luar.
  5. Arthur Gates dalam Nis Nisfa (2013: 1) Dipandang secara luas, psikologi mencoba menemukan peraturan umum yang menerangkan perilaku organisme hidup. Bidang ini mencoba menunjukkan, menerangkan dan menggolongkan berbagai macam kegiatan yang sanggup dialakukan oleh binatang, manusia atau lainnya.
  6. Norman Munn dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi biasanya didefinisikan sebagai “ilmu mengenai perilaku”. Tetapi hal yang menarik, pengertian “perilaku” yang telah mengalami perkembangan sehingga sekarang ikut menangani hal yang pada masa lampau disebut pengalaman. Hal-hal pribadi seperti proses-proses (subyektif) seperti berfikir, sekarang berhubungan dengan “perilaku dalam”.
  7. Kenneth Clark dan George Millter dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku. Lingkupnya mencakup berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan, cara berbicara dan prerubahan kejiwaan dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi.
C.      Definisi Psikologi Pendidikan
1.      Arthur S. Reber dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi Psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
a.       Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b.      Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
c.       Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d.      Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e.       Penyenggaraan pendidikan keguruan.
2.      Menurut Muhibbin Syah dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.
3.      Barlow dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi Psikologi pendidikan adalah …… a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process. Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
4.      Tardif dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
5.      Witherington dalam nis nisfaa (2002: 1) Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
                            
D.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yang dikembangkan di Indonesia berupa:
1.      Tujuan Umum
Tujuan Pendidikan Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun  2003 Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.      Tujuan Institusional
Adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.
3.      Tujuan Kurikuler
Adalah perumusan pola perilaku dan pola kemampuan serta keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.
4.      Tujuan Instruksional
Adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh peserta didik sesudah ia menyelesaikan kegiatan instruksional yang bersangkutan.

E.       Tujuan Psikologi Pendidikan
Adanya masyarakat pendidikan yang menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, sudah barang tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus dipelajari. Dengan demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula. Sehingga dapat dirumuskan
beberapa tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan, antara lain :
  1.  Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
  2. Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalah hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya
  3. Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna meningkatkan kearah yang lebih baik.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa¸tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan. Mencakup dua dimensi, yaitu :
1.      Bagi Individu, bermanfaat secara materiil, formil dan praktis.
2.      Bagi sosial, (dalam prinsip-prinsip):
a.    Homo socious/sosial being, manusia tidak akan menjadi manusia tanpa adanya manusia lain.
b.   Saling mengerti atau memahami: tentang bakat seseorang, hoby seseorang, kecerdasan seseorang, dll
c.    Saling berusaha menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini apa yang diinginkan oleh peserta didik akan mudah dimengerti oleh guru.
F.       Objek Psikologi Pendidikan
Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka obyek psikologi biasanya dibedakan menjadi 2 macam:
1.    Obyek material, yakni obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Adapun obyek material dari psikologi ialah manusia.
2.    Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. maka obyek formal dari psikologi adalah berbeda beda menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan yang menjadi obyek formalnya adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Decrates obyek psikologi itu adalah gejala-gejala kesadaran yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita: tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan sebagainya.. Pada aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada permulaan abad ke 20 ini yang menjadi obyeknya adalah tingkah laku manusia yang tampak. Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyeknya adalah gejala-gejala ketidak sadaran manusia.
Pada umumnya psikologi itu dapat dibagi menjadi 2 golongan besar:
  1. Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh Plato dan Aristoteles.
  2. Psikologi empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan atau eksperimen  dan mengumpulkan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Psikologi empiri dapat dibagi atas:
a.    Psikologi umum, yang menyelidiki/mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya.
b.    Psikologi  khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya.
Maka terdapatlah bermacam-macam psikologi seperti antara lain: Psikologi Perkembangan, Psikologi Pemuda, Psikologi Kedokteran, Psikologi Kriminil, Psikologi Teknik, Psikologi Sosial, Psikologi Ketidak sadaran, Behaviorisme, Psikologi Gestalt.       
G.      Metode dalam Psikologi Pendidikan
Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya “Educational Psychology” bahwa metode-metode pokok dalam psikologi pendidikan adalah:
1.    Metode Experimental.
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi, tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain sebagainya. (Shalahuddin, dalam nis nisfaa, 2002: 3).

Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang diperkirakan dapat “mencemari dan mengotori” hasil penelitian. Metode ini menggunakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai eksperimental design (rancangan eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian.
Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:
1.      Ada masalah (problem)
2.      Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem
3.      Alternatif jawaban/hipotesis
4.      Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan
5.      Kesimpulan dan generalisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam dalam nis nisfaa, 2002: 4)

Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak (Slavin  dalam nis nisfaa 2002: 4)
2.    Metode Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada suatu kelompok  individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri kepribadian. Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:
a.    Tidak terlalu memakan biaya.
b.    Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang banyak.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang menyangsikan. (Shalahuddin dalam nis nisfaa, 2002: 4).
      
3.    Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah “clinic” dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama. (Shalahuddin dalam nis nisfaa 2002: 4)

Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah:
  1. Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
  2. Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
  3. Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
  4. Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia 9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai 9;00. Prabowo & Puspitasari dalam nis nisfaa, 2002: 5)
 4.    Metode Case Study
Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik. Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin dalam nis nisfaa, 2002: 5)

5.    Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam nis nisfaa, 2002: 5)

H.      Landasan Psikologi dalam Tujuan Pendidikan
Kegiatan yang dilakukan manusia berupa pendidikan juga tak terlepas dari faktor psikologis. Faktor psikologis menjadi landasan dalam pendidikan dikarenakan kegiatan pendidikan melibatkan kejiwaan manusia. Landasan psikologis menjadi penting dikarenakan pendidikan umunya berkaitan erat dengan pemahaman dan penghayatan akan perkembangan manusia, khususnya proses  belajar mengajar. Landasan psikologi tentu harus memiliki pedoman. Landasan atau prinsip pendidikan adalah ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman atau pegangan dalam melaksanakan pendidikan agar tujuannya tercapai dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Landasan yang dianut dalam pendidikan berpedoman pada azas yang dibuat oleh Komisi Pembaharuan Pendidikan, salah satu asa yang pertama adalah ide dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Landasan dan Asas yang diberlakukan dalam dunia pendidikan memiliki fungsi yang merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban. Fungsi pendidikan itu sendiri adalah menyiapkan sebagai manusia, menyiapkan tenaga kerja dan menyiapakna warga negara yang baik.

Daftar Pustaka:

Hakim, el Naufal. 2013. Pengertian dan Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli. http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-pendidikan.html. Diakses tanggal 13 September 2013 Pukul 16:10.

Nisfaa, Nis. Psikologi Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar