A. Definisi Pendidikan
- Berdasarkan UU RI No. 20 Thn 2013 Tentang SISDIKNAS Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
- John Dewey dalam naufal el hakim (2013: 1) Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup
- Plato dalam Nis Nisfa (2013: 1) Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
- M.J. Langeveld dalam Nis Nisfa (2013: 1) Berpandangan bahwa pekerjaan mendidik adalah membimbing anak didik yang belum dewasa kearah kedewasaan yang bercirikan kemandirian (self-standing).
Adapun maksud dari pendidikan antara
lain:
a. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang
belum dewasa kepada kedewasaan.
b.
Pendidikan ialah
usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas tugas hidupnya, agar bisa mandiri,
akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila.
c.
Pendidikan adalah
usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.
Dari berbagai pengertian definisi tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan
manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan
eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak belajar mengenali
jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu memiliki, melanjutkan
mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang terdahulu.
B.
Definisi Psikologi
- William James dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-kondisinya.
- Wilhelm Wundt dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi bertugas menyelidiki apa yang kita sebut pengalaman bagian dalam sensasi dan perasaan kita sendiri, pikiran serta kehendak kita yang bertolak belakang dengan setiap obyek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam.
- John B. Watson dalam Nis Nisfa (2013: 1) Bagi aliran behaviorisme psikologi merupakan bagian dari ilmu yang menekankan perilaku manusia, perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak, sebagai pokok masalah.
- Kurt Koffka dalam Nis Nisfa (2013: 1) Sebagai definisi sementara ini, kita boleh mengatakan bahwa pokok masalahnya adalah studi ilmiah mengenai perilaku makhluk hidup dalam hubungan mereka dengan dunia luar.
- Arthur Gates dalam Nis Nisfa (2013: 1) Dipandang secara luas, psikologi mencoba menemukan peraturan umum yang menerangkan perilaku organisme hidup. Bidang ini mencoba menunjukkan, menerangkan dan menggolongkan berbagai macam kegiatan yang sanggup dialakukan oleh binatang, manusia atau lainnya.
- Norman Munn dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi biasanya didefinisikan sebagai “ilmu mengenai perilaku”. Tetapi hal yang menarik, pengertian “perilaku” yang telah mengalami perkembangan sehingga sekarang ikut menangani hal yang pada masa lampau disebut pengalaman. Hal-hal pribadi seperti proses-proses (subyektif) seperti berfikir, sekarang berhubungan dengan “perilaku dalam”.
- Kenneth Clark dan George Millter dalam Nis Nisfa (2013: 1) Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku. Lingkupnya mencakup berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan, cara berbicara dan prerubahan kejiwaan dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi.
C.
Definisi Psikologi Pendidikan
1. Arthur S.
Reber dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi Psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu
psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna
dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar
dalam kelas
b. Pengembangan dan pembaharuan
kurikulum
c. Ujian dan evaluasi bakat dan
kemampuan
d. Sosialisasi proses-proses dan
interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e. Penyenggaraan
pendidikan keguruan.
2. Menurut Muhibbin Syah dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi psikologi pendidikan
adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.
3. Barlow dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi
Psikologi pendidikan adalah …… a body of knowledge grounded in psychological
research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more
effectively in teaching learning process. Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset
psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda
melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara
efektif.
4. Tardif dalam nis nisfaa (2002: 1) Definisi
Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan
penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
5. Witherington dalam nis nisfaa (2002: 1) Psikologi pendidikan sebagai “ A
systematic study of process and factors involved in the education of human
being. Psikologi pendidikan adalah studi
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan manusia.
D.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yang dikembangkan
di Indonesia berupa:
1.
Tujuan
Umum
Tujuan
Pendidikan Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Tujuan Institusional
Adalah perumusan
secara umum pola perilaku dan pola kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan
suatu lembaga pendidikan.
3. Tujuan Kurikuler
Adalah perumusan
pola perilaku dan pola kemampuan serta keterampilan yang harus dimiliki oleh
lulusan suatu lembaga pendidikan.
4. Tujuan Instruksional
Adalah rumusan
secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh peserta didik sesudah ia
menyelesaikan kegiatan instruksional yang bersangkutan.
E.
Tujuan Psikologi Pendidikan
Adanya masyarakat pendidikan yang
menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak
didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial
sekolah, sudah barang tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus
dipelajari. Dengan demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula.
Sehingga dapat dirumuskan
beberapa tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan,
antara lain :
- Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
- Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalah hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya
- Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna meningkatkan kearah yang lebih baik.
Dari beberapa uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa¸tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan.
Mencakup dua dimensi, yaitu :
1. Bagi
Individu, bermanfaat secara materiil, formil dan praktis.
2. Bagi
sosial, (dalam prinsip-prinsip):
a. Homo
socious/sosial being, manusia tidak akan menjadi manusia tanpa adanya manusia
lain.
b. Saling
mengerti atau memahami: tentang bakat seseorang, hoby seseorang, kecerdasan
seseorang, dll
c. Saling berusaha menghindari sesuatu yang tidak
diinginkan. Dalam hal ini apa yang diinginkan oleh peserta didik akan mudah
dimengerti oleh guru.
F. Objek Psikologi Pendidikan
Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik,
maka obyek psikologi biasanya dibedakan menjadi 2 macam:
1. Obyek material, yakni obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Adapun
obyek material dari psikologi ialah manusia.
2. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam
penyelidikan psikologi itu. maka obyek formal dari psikologi adalah berbeda
beda menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing. Pada
zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan yang menjadi obyek formalnya
adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Decrates obyek psikologi itu
adalah gejala-gejala kesadaran yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam
kesadaran kita: tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan
sebagainya.. Pada aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada
permulaan abad ke 20 ini yang menjadi obyeknya adalah tingkah laku manusia yang
tampak. Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud,
obyeknya adalah gejala-gejala ketidak sadaran manusia.
Pada
umumnya psikologi itu dapat dibagi menjadi 2 golongan besar:
- Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh Plato dan Aristoteles.
- Psikologi empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan atau eksperimen dan mengumpulkan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Psikologi empiri dapat dibagi atas:
a.
Psikologi
umum, yang menyelidiki/mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya.
b.
Psikologi
khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut
aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya.
Maka terdapatlah bermacam-macam psikologi seperti antara
lain: Psikologi Perkembangan, Psikologi Pemuda, Psikologi Kedokteran, Psikologi
Kriminil, Psikologi Teknik, Psikologi Sosial, Psikologi Ketidak sadaran,
Behaviorisme, Psikologi Gestalt.
G.
Metode
dalam Psikologi Pendidikan
Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya “Educational
Psychology” bahwa metode-metode pokok dalam psikologi pendidikan adalah:
1.
Metode
Experimental.
Istilah eksperimen (percobaan) dalam
psikologi, dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap
gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan
untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau
kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi, tujuan
metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala
kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain
sebagainya. (Shalahuddin, dalam nis
nisfaa, 2002: 3).
Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan
secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang diperkirakan dapat
“mencemari dan mengotori” hasil penelitian. Metode ini menggunakan suatu
prosedur sistematik yang disebut sebagai eksperimental design (rancangan
eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian.
Adanya langkah-langkah sistematik
seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:
1.
Ada
masalah (problem)
2.
Kumpulan
konsep/teori yang sesuai problem
3.
Alternatif
jawaban/hipotesis
4.
Di
uji secara empiris sesuai dengan data lapangan
5.
Kesimpulan
dan generalisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam dalam nis nisfaa, 2002: 4)
Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode
eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak (Slavin dalam
nis nisfaa 2002: 4)
2.
Metode
Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian
pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan,
dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada suatu kelompok
individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan memperhatikan
masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan
diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri kepribadian. Adapun keistimewaan metode
ini antara lain adalah:
a.
Tidak
terlalu memakan biaya.
b.
Bahwa
dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data
yang banyak.
Adapun kelemahannya antara
lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang menyangsikan.
(Shalahuddin dalam nis nisfaa, 2002: 4).
3.
Metode
Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus
“The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah “clinic” dapat diartikan
sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan
atau kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi
yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan
secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama. (Shalahuddin dalam nis nisfaa 2002: 4)
Ada beberapa macam cara dalam metode
klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah:
- Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
- Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
- Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
- Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia 9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai 9;00. Prabowo & Puspitasari dalam nis nisfaa, 2002: 5)
4. Metode Case Study
Metode
case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang,
penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada
umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang
tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik. Metode ini dapat berhasil
dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan
dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah
lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin dalam nis nisfaa, 2002: 5)
5. Metode Introspeksi
Merupakan
metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu
dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai dan
dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem
Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai
untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang,
sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu
tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian
melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam nis nisfaa, 2002: 5)
H.
Landasan Psikologi dalam Tujuan Pendidikan
Kegiatan yang dilakukan manusia
berupa pendidikan juga tak terlepas dari faktor psikologis. Faktor psikologis
menjadi landasan dalam pendidikan dikarenakan kegiatan pendidikan melibatkan
kejiwaan manusia. Landasan psikologis menjadi penting dikarenakan pendidikan
umunya berkaitan erat dengan pemahaman dan penghayatan akan perkembangan
manusia, khususnya proses belajar
mengajar. Landasan psikologi tentu harus memiliki pedoman. Landasan atau
prinsip pendidikan adalah ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman atau
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agar tujuannya tercapai dengan benar dan
dapat dipertanggungjawabkan. Landasan yang dianut dalam pendidikan berpedoman
pada azas yang dibuat oleh Komisi Pembaharuan Pendidikan, salah satu asa yang
pertama adalah ide dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing
Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Landasan dan Asas yang diberlakukan
dalam dunia pendidikan memiliki fungsi yang merupakan serangkaian tugas atau
misi yang diemban. Fungsi pendidikan itu sendiri adalah menyiapkan sebagai
manusia, menyiapkan tenaga kerja dan menyiapakna warga negara yang baik.
Daftar Pustaka:
Hakim, el Naufal. 2013. Pengertian dan Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli. http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-pendidikan.html.
Diakses tanggal 13 September 2013 Pukul 16:10.
Nisfaa, Nis. Psikologi Pendidikan
http://nisfaganismefama.wordpress.com/2013/03/18/psikologi-pendidikan/.
Diakses 13 September 2013 Pukul 16.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar