Rabu, 05 Februari 2014

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN




PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Filsafat, selain memiliki lapangan tersendiri, ia memikirkan asumsi fundamental cabang-cabang pengetahuan lainnya. Apabila filsafat berpaling perhatiannya pada sains, maka akan lahir filsafat sains. Apabila filsafat menguji konsep dasar hukum, maka akan lahir filsafat hukum dan apabila filsafat berhadapan dan memikirkan pendidikan, maka akan lahirlah filsafat pendidikan.
Filsafat berusaha untuk memahami realitas secara menyeluruh, dengan menjelaskannya secara umum dan sistematis. Begitu pula dengan filsafat pendidikan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam memilih tujuan dan kebijakan pendidikan. Dengan cara yang sama filsafat mengkoordinasi hasil-hasil penemuan sains yang berlainan dan berbeda-beda, maka filsafat pendidikan menafsirkan penemuan-penemuan tersebut berkaitan dengan pendidikan.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya”, karena masih terdapat filsafat pendidikan, yang merupakan suatu elektik dari berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada.

B.  Rumusan Masalah
1.        Apakah definisi filsafat?
2.        Apakah definisi filsafatpendidikan ?
3.        Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan ?

C.  Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini berusaha menjawab rumusan masalah di atas. Untuk itu, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.        Untuk mengetahui definisi filsafat.
2.        Untuk mengetahui definisi filsafat pendidikan.
3.        Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan.

D.  Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat teoritik dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman tentang definisi filsafat, definisi filsafat pendidikan dan aliran-aliran filsafat pendidikan, sedangkan manfaat secara praktis memberikan gambaran tentang implementasi dari definisi filsafat, definisi filsafat pendidikan dan aliran-aliran filsafat pendidikan

PEMBAHASAN

A.  Definisi filsafat
1.      Definisi filsafat secara etimologis
Secara etimologis, kata filsafat memiliki arti yang sepadan dengan kata “falsafah” dalam bahasa Arab atau kata “philosophy” dalam bahasa Inggris, atau kata “philosophie” dalam bahasa Perancis dan Belanda, atau “philosophier” dalam bahasa Jerman. Semua kata itu berasal dari kata Latin “philosophia” sebuah kata benda yang merupakan hasil dari kegiatan “philosophien” sebagai kata kerjanya. Kata “philosophia” berasal dari bahasa Yunani, yakni ”philein” (mencintai) atau “philia” (persahabatan, atau tertarik kepada…) dan “Sophos”  (kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Kata yang hampir sama dengan “philien” atau “philia” dan “Sophos” tersebut juga dijumpai dalam bahasa Latin, yaitu: “philos” (teman atau sahabat) dan “Sophia” (kebijaksanaan)
Dengan demikian, secara etimologis kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta atau kecenderungan akan kebijaksanaan, atau cinta secara mendalam akan kebijaksanaan atau cinta sedalam-dalamnya akan kearifan atau cinta secara sungguh-sungguh terhadap pandangan, kebenaran (love of wisdom or love of the vision or truth)
2.      Definisi filsafat secara terminologis
Sementara itu, secara terminologis filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Filsafat dapat pula dimengerti sebagai proses reflektif dari budi manusia yang mengarah pada kejelasan (clarification), kecerahan (enlightenmen), keterangan (explanation), pembenaran (justification), pengertian sejati (insight), dan penyatupaduan (integration). Filsafat dalam arti formal biasa dipahami sebagai proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasil akal manusia untuk mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.

B.  Definisi filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:71) adalah:
“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis”
Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum.Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti:
a)      Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya
b)      Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan
c)      Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses social
d)     Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya.
Selanjutnya Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:72) berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala yang mungkin mengarahkan proses pendidikan.
Kneller (dalam uyoh, 2011:72), filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan.Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskiptif, dan analitik.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah terapan dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang pendidikan yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan dunia, menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.

C.  Aliran-aliran filsafat pendidikan
1.      Filsafat pendidikan Idealisme
a.    Realitas
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Purba) berkata, “Apa yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”. Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
Plato mengatakan bahwa jiwa manusia sebagai roh yang berasal dari ideeksternal dan sempurna. Bagi Immanuel Kant, manusia adalah bebas dan ditentukan. Manusia bebas, sepanjang ia sebagai spirit (jiwa), sedangkan ia terikat berarti manusia juga merupakan makjluk fisik yang tunduk terhadap hukum alam.
Pandangan tentang anak, kaum idealis yakin bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensinya. Apabila anak mempelajari dunia alamiah, maka ia akan melibatkan atau menganggapnya sebagai mesin yang hebat dan besar, yang berfungsi tanpa isi dan tujuan.
b.   Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar penjelmaan material.
c.    Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut.Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada haikatnya nilai itu tetap.Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.
d.   Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun memberikan kritik bahkan pemikiran.
Seorang guru yang menganut paham idealism harus membimbing atau mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.
Power (dalam uyoh,2011:102) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
1)        Tujuan pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2)        Kedudukan siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya atau bakatnya.
3)        Peranan guru
Bekerjasama dengan alam dlam proses pengembanagn manusia, terutama bertangguing jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
4)        Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan
5)        Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

2.      Filsafat pendidikan Realisme
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan dipihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Power (dalam uyoh,2011:112) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Realisme sebagai berikut:
1)        Tujuan pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
2)        Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya.Dalam hal disiplin, peraturan yang baik dalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
3)        Peranan guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa.
4)        Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5)        Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

3.      Filsafat pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realism adalah bukan materi, bukanrohani, bukan spiritual, atau supernatural.
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Power (dalam uyoh,2011:117) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Materialisme sebagai berikut:
1)        Tema
Manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan saksama.
2)        Tujuan pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
3)        Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
4)        Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR Conditioning),
operant conditioning, reinforcement, pelajaran berpogram dan kompetensi.
5)        Kedudukan siswa
Tidak ada kebebasan.Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar.Pelajarn sudah dirancang.Siswa dipersiapkan untuk hidup.Mereka dituntuk untuk belajar.
6)        Peranan guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

4.      Filsafat pendidikan Pragmatisme
Istilah pragmatism berasal dari perkataan “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dilakukan.
Power (dalam uyoh,2011:133) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Pragmatisme sebagai berikut:
1)        Tujuan pendidikan
Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosila dan pribadi.
2)        Kedudukan siswa
Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh
3)        Peranan guru
Mengawasidan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.
4)        Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah.Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum.Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
5)        Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja)
5.      Filsafat pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
Power (dalam uyoh,2011:140) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Eksistensialisme sebagai berikut:
1)        Tujuan pendidikan
Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan
2)        Status siswa
Makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya.Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
3)        Peranan guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana mungkin guru pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.
4)        Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal.Kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia.Kebebasan memiliki aturan-aturan.Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidika sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
5)        Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.Metode penyampaian harus logis dan psikologis.Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

6.      Filsafat pendidikan Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau lairan filsafat yang berdiri sendiri, melainkanmerupakan suatu gerakan dan perkumpulan 
yang didirikan pada tahun 1918.
Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalism dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan himbauannya kepada guru-guru: “ kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam kendaraan mutakhir untuk digelarkan.
Kritik terhadap Progresivisme:
1)        Siswa tidak mempelajari warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya diketahui oleh orang terdidik.
2)        Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah
3)        Mengurangi bimbingan dan pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri
4)        Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

7.      Filsafat pendidikan Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakaturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan itu.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:
1)        Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada adalah sama. Tujuan pendidikan adalah sama dentujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan. Pendidikan harus sama bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.
2)        Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusi harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar untuk memperluas pikiran dan mengontrol seleranya.
3)        Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Kurikulum diorganusasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.
4)        Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup. Melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup.
5)        Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan social, terutama politik dan ekonomi.

8.      Filsafat pendidikan Esensialisme
Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah.
Esensialisme, yang memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin.
Power (dalam uyoh,2011:165) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Esensialisme sebagai berikut:
1)        Tujuan pendidikan
Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas social dan kesejahteraan umum
2)        Kedudukan siswa
Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau dapat
dipercaya.Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.Siswa belajar ke sekolah untuk belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.
3)        Peranan guru
Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat dipercaya,
dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar.
4)        Kurikulum
Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis, berhitung.Keterampilan berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.
5)        Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.

9.      Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Power (dalam uyoh,2011:171) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme sebagai berikut:
1)        Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial.Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
2)        Tujuan pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal.Transmisi budaya adalah budaya esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut
3)        Kedudukan siswa
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya
4)        Peranan guru
Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran
sekolah harus mewakili budaya masyarakat.
5)        Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai.Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
6)        Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing)

PENUTUP

KESIMPULAN
Filsafat pendidikan adalah terapan dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang pendidikan yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan dunia, menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan pendidikan antara lain Idealisme, Realisme, Materialisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, Progresivisme, Perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme.
DAFTAR  PUSTAKA

Achmadi, asmoro. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Bernadien, win usuluddin. 2011. Membuka Gerbang Filsafat. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Ihsan, fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rineka Cipta

Sadulloh, uyoh. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Solihin.2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern.Bandung : Pustaka Setia

6 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Kalau bedanya madzhab filsafat pendidikan dan aliran filsafat pendidikan itu aa Teh?

    BalasHapus
  4. Kalau bedanya madzhab filsafat pendidikan dan aliran filsafat pendidikan itu apa Teh?

    BalasHapus