PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat, selain memiliki lapangan tersendiri, ia memikirkan asumsi
fundamental cabang-cabang pengetahuan lainnya. Apabila filsafat berpaling
perhatiannya pada sains, maka akan lahir filsafat sains. Apabila filsafat
menguji konsep dasar hukum, maka akan lahir filsafat hukum dan apabila filsafat
berhadapan dan memikirkan pendidikan, maka akan lahirlah filsafat pendidikan.
Filsafat berusaha untuk memahami realitas secara menyeluruh, dengan
menjelaskannya secara umum dan sistematis. Begitu pula dengan filsafat
pendidikan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya
dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam memilih tujuan dan
kebijakan pendidikan. Dengan cara yang sama filsafat mengkoordinasi hasil-hasil
penemuan sains yang berlainan dan berbeda-beda, maka filsafat pendidikan
menafsirkan penemuan-penemuan tersebut berkaitan dengan pendidikan.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme,
idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya. Karena filsafat pendidikan
merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya,
maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran,
sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Penulis
kemukakan “sekurang-kurangnya”, karena masih terdapat filsafat pendidikan, yang
merupakan suatu elektik dari berbagai
pandangan filsafat pendidikan yang telah ada.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
definisi filsafat?
2.
Apakah
definisi filsafatpendidikan ?
3.
Apa
saja aliran-aliran filsafat pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini berusaha menjawab
rumusan masalah di atas. Untuk itu, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui definisi filsafat.
2.
Untuk
mengetahui definisi filsafat pendidikan.
3.
Untuk
mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat
teoritik dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman tentang definisi
filsafat, definisi filsafat pendidikan dan aliran-aliran filsafat pendidikan, sedangkan manfaat secara praktis memberikan
gambaran tentang implementasi dari definisi filsafat, definisi filsafat
pendidikan dan aliran-aliran filsafat pendidikan
PEMBAHASAN
A. Definisi filsafat
1. Definisi filsafat secara etimologis
Secara
etimologis, kata filsafat memiliki arti yang sepadan dengan kata “falsafah” dalam bahasa Arab atau kata “philosophy” dalam bahasa Inggris, atau
kata “philosophie” dalam bahasa
Perancis dan Belanda, atau “philosophier”
dalam bahasa Jerman. Semua kata itu berasal dari kata Latin “philosophia” sebuah kata benda yang
merupakan hasil dari kegiatan “philosophien”
sebagai kata kerjanya. Kata “philosophia”
berasal dari bahasa Yunani, yakni ”philein”
(mencintai) atau “philia”
(persahabatan, atau tertarik kepada…) dan
“Sophos” (kebijaksanaan,
keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Kata yang hampir sama dengan “philien” atau “philia” dan “Sophos”
tersebut juga dijumpai dalam bahasa Latin, yaitu: “philos” (teman atau sahabat) dan “Sophia” (kebijaksanaan)
Dengan
demikian, secara etimologis kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta atau
kecenderungan akan kebijaksanaan, atau cinta secara mendalam akan kebijaksanaan
atau cinta sedalam-dalamnya akan kearifan atau cinta secara sungguh-sungguh
terhadap pandangan, kebenaran (love of
wisdom or love of the vision or truth)
2. Definisi filsafat secara terminologis
Sementara itu, secara terminologis filsafat dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Filsafat dapat pula dimengerti sebagai proses reflektif dari budi manusia yang
mengarah pada kejelasan (clarification),
kecerahan (enlightenmen), keterangan
(explanation), pembenaran (justification), pengertian sejati (insight), dan penyatupaduan (integration). Filsafat dalam arti formal
biasa dipahami sebagai proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang dijunjung tinggi.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasil
akal manusia untuk mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya.
B. Definisi filsafat pendidikan
Filsafat
pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:71) adalah:
“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah
dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan
prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah
umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis”
Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat
formal atau filsafat umum.Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan
karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan
masalah-masalah filsafat umum, seperti:
a)
Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan
berusaha untuk mencapainya
b)
Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk
yang menerima pendidikan
c)
Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya
merupakan suatu proses social
d)
Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan
akan berusaha untuk mencapainya.
Selanjutnya Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:72) berpandangan bahwa filsafat
pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat
serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan
berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang
hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas
tentang segala yang mungkin mengarahkan proses pendidikan.
Kneller (dalam uyoh, 2011:72), filsafat pendidikan merupakan aplikasi
filsafat dalam lapangan pendidikan.Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan
dapat dikatakan spekulatif, preskiptif, dan analitik.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan
adalah terapan dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah
bidang pendidikan yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia,
masyarakat, dan dunia, menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam
lapangan pendidikan.
C.
Aliran-aliran filsafat
pendidikan
1.
Filsafat pendidikan
Idealisme
a.
Realitas
Filsafat idealisme
memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.Parmenides,
filosof dari Elea (Yunani Purba) berkata, “Apa
yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”. Plato, seorang filosof
idealisme klasik (Yunani Purba) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia
cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas
akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.
Hakikat manusia adalah
jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”.
Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai
pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas
manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
Plato mengatakan bahwa
jiwa manusia sebagai roh yang berasal
dari ideeksternal dan sempurna. Bagi
Immanuel Kant, manusia adalah bebas dan ditentukan. Manusia bebas, sepanjang ia
sebagai spirit (jiwa), sedangkan ia
terikat berarti manusia juga merupakan makjluk fisik yang tunduk terhadap hukum
alam.
Pandangan tentang anak,
kaum idealis yakin bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual yang
memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensinya. Apabila anak mempelajari
dunia alamiah, maka ia akan melibatkan atau menganggapnya sebagai mesin yang
hebat dan besar, yang berfungsi tanpa isi dan tujuan.
b.
Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan,
idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui
indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan
belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari kenyataan yang
sebenarnya.Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena
akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar
penjelmaan material.
c.
Nilai
Menurut pandangan
idealisme, nilai itu absolut.Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau
tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada
haikatnya nilai itu tetap.Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan
bagian dari alam semesta.
d.
Pendidikan
Dalam hubungannya dengan
pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori
pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan
orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui
kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun memberikan
kritik bahkan pemikiran.
Seorang guru yang menganut
paham idealism harus membimbing atau mendiskusikan bukan sebagai
prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan (batin)
yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin
watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang
terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri siswa, bukan dimasukkan
atau dijejalkan ke dalam diri siswa.
Power (dalam
uyoh,2011:102) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai
berikut:
1)
Tujuan pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk
karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2)
Kedudukan siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
dasarnya atau bakatnya.
3)
Peranan guru
Bekerjasama dengan alam dlam proses pengembanagn
manusia, terutama bertangguing jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
siswa.
4)
Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional,
dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan
5)
Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang
efektif dapat dimanfaatkan.
2.
Filsafat pendidikan
Realisme
Pada dasarnya realism
merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda
dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat
bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui
di satu pihak, dan dipihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Power (dalam
uyoh,2011:112) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Realisme sebagai
berikut:
1)
Tujuan pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
2)
Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang
handal, dapat dipercaya.Dalam hal disiplin, peraturan yang baik dalah esensial
untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang
baik
3)
Peranan guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar
dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa.
4)
Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang
berguna.Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5)
Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau
tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama
bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
3.
Filsafat pendidikan
Materialisme
Materialisme berpandangan
bahwa hakikat realism adalah bukan materi, bukanrohani, bukan spiritual, atau
supernatural.
Pada dasarnya realisme
merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda
dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat
bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui
di satu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Power (dalam
uyoh,2011:117) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Materialisme sebagai
berikut:
1)
Tema
Manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses
pendidikan terkontrol secara ilmiah dan saksama.
2)
Tujuan pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia dengan
kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
3)
Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat
dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran
perilaku.
4)
Metode
Semua pelajaran dihasilkan
dengan kondisionisasi (SR Conditioning),
operant conditioning, reinforcement, pelajaran berpogram dan
kompetensi.
5)
Kedudukan siswa
Tidak ada kebebasan.Perilaku ditentukan oleh kekuatan
dari luar.Pelajarn sudah dirancang.Siswa dipersiapkan untuk hidup.Mereka
dituntuk untuk belajar.
6)
Peranan guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol
proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar
siswa.
4.
Filsafat pendidikan
Pragmatisme
Istilah pragmatism berasal
dari perkataan “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna
segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dilakukan.
Power (dalam
uyoh,2011:133) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Pragmatisme sebagai
berikut:
1)
Tujuan pendidikan
Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam
hidup sosila dan pribadi.
2)
Kedudukan siswa
Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar
biasa dan kompleks untuk tumbuh
3)
Peranan guru
Mengawasidan membimbing pengalaman belajar siswa,
tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.
4)
Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah.Minat
dan kebutuhan siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan
kurikulum.Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan
praktis atau pendidikan jabatan.
5)
Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja)
5.
Filsafat pendidikan
Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan
pada pengalaman-pengalaman individu.Secara umum, eksistensialisme menekankan
pilihan kreatif, subyektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkret dari
keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau
realitas.
Power (dalam uyoh,2011:140)
mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Eksistensialisme sebagai berikut:
1)
Tujuan pendidikan
Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif
dalam semua bentuk kehidupan
2)
Status siswa
Makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung
jawab atas pilihannya.Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
3)
Peranan guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana
mungkin guru pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.
4)
Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal.Kurikulum
liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia.Kebebasan memiliki
aturan-aturan.Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidika sosial, untuk
mengajar “respek” (rasa hormat)
terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah
esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
5)
Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau
tidak langsung.Metode penyampaian harus logis dan psikologis.Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama
bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
6.
Filsafat pendidikan
Progresivisme
Progresivisme bukan
merupakan suatu bangunan filsafat atau lairan filsafat yang berdiri sendiri,
melainkanmerupakan suatu gerakan dan perkumpulan
yang didirikan pada tahun 1918.
Gerakan progresif terkenal
luas karena reaksinya terhadap formalism dan sekolah tradisional yang
membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal-hal
kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal
karena dengan himbauannya kepada guru-guru: “ kami mengharapkan perubahan, serta
kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang
mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam
kendaraan mutakhir untuk digelarkan.
Kritik terhadap
Progresivisme:
1)
Siswa tidak mempelajari
warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya diketahui oleh
orang terdidik.
2)
Mengabaikan kurikulum yang
telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah
3)
Mengurangi bimbingan dan
pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri
4)
Siswa menjadi orang yang
mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban
demi kepentingan umum.
7.
Filsafat pendidikan
Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan
yang lahir pada abad kedua puluh.Perenialisme menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme memandang situasi
dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakaturan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.Oleh karena itu, perlu
ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan itu.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum,
yaitu:
1)
Walaupun perbedaan
lingkungan, namun pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada
adalah sama. Tujuan pendidikan adalah sama dentujuan hidup, yaitu untuk
mencapai kebijakan dan kebajikan. Pendidikan harus sama bagi semua orang, di
mana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama,
yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.
2)
Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi.
Manusi harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan
tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar untuk
memperluas pikiran dan mengontrol seleranya.
3)
Tugas pendidikan adalah
memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Kurikulum
diorganusasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan
untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.
4)
Pendidikan bukan merupakan
peniruan dari hidup. Melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup.
5)
Siswa seharusnya
mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah,
filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan social,
terutama politik dan ekonomi.
8.
Filsafat pendidikan
Esensialisme
Esensialisme suatu
filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu
kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah.
Esensialisme, yang
memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat bahwa kultur kita
telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di
sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang sistematik dan
berdisiplin.
Power (dalam
uyoh,2011:165) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Esensialisme sebagai
berikut:
1)
Tujuan pendidikan
Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas
social dan kesejahteraan umum
2)
Kedudukan siswa
Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran
yang logis atau dapat
dipercaya.Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil
belajar siswa.Siswa belajar ke sekolah untuk belajar, bukan untuk mengatur
pelajaran.
3)
Peranan guru
Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang
yang dapat dipercaya,
dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam
mengarahkan proses belajar.
4)
Kurikulum
Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis,
berhitung.Keterampilan berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi
skolastik dan hidup sosial yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang
harus diajarkan.
5)
Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.
9.
Filsafat pendidikan
Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme
merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.Gerakan ini lahir didasari atas
suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Power (dalam uyoh,2011:171)
mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme sebagai
berikut:
1)
Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial.Misi sekolah adalah
untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
2)
Tujuan pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan
sosial yang ideal.Transmisi budaya adalah budaya esensial dalam masyarakat yang
majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut
3)
Kedudukan siswa
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah
merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial
ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya
4)
Peranan guru
Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati
(ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal
lainnya. Pelajaran
sekolah harus mewakili budaya masyarakat.
5)
Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya
mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai.Semua budaya dan
nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
6)
Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode
aktivitas dibenarkan (learning by doing)
PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat pendidikan adalah terapan dari
filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang pendidikan
yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan dunia,
menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.
Aliran-aliran
filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan pendidikan antara
lain Idealisme, Realisme, Materialisme, Pragmatisme, Eksistensialisme,
Progresivisme, Perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,
asmoro. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta
: Raja Grafindo Persada
Bernadien,
win usuluddin. 2011. Membuka Gerbang
Filsafat. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Ihsan, fuad.
2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rineka
Cipta
Sadulloh,
uyoh. 2011. Filsafat Pendidikan.
Bandung : Alfabeta
Solihin.2007.
Perkembangan Pemikiran Filsafat dari
Klasik Hingga Modern.Bandung : Pustaka Setia
nice ;)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKalau bedanya madzhab filsafat pendidikan dan aliran filsafat pendidikan itu aa Teh?
BalasHapusKalau bedanya madzhab filsafat pendidikan dan aliran filsafat pendidikan itu apa Teh?
BalasHapusmakasih, sangat membantu.
BalasHapus