Pendahuluan
Pendidikan selalu terkait dengan manusia. Manusia selain
sebagai makluk individu juga sebagai makluk sosial, karena dalam meniti
kehidupannya manusia selalu memerlukan orang lain. Oleh
karena itu sosial-budaya
adalah bagian yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam
menjalani kehidupannya manusia tidak pernah bisa lepas dari proses pendidikan. Pendidikan
berfungsi memberdayakan potensi manusia untuk mewariskan, mengembangkan dan
membangun budaya dan kebudayaan serta peradaban masa depan. Di satu sisi,
pendidikan berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang positif, di
sisi lain pendidikan berfungsi untuk menciptakan perubahan ke arah kehidupan
yang lebih inovatif.
Peserta didik merupakan salah satu komponen dari
pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan budaya dan kebudayaan yang tumbuh dalam suatu tatanan
masyarakat. Budaya dan Kebudayaan menentukan
arah, isi dan proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada pendidikan yang tidak
dimasuki budaya. Materi
yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar, cara berpakaian, cara
berbicara juga merupakan budaya. Pendidikan
memiliki fungsi konservasi dan
fungsi kreasi (perubahan, inovasi) bagi masyarakat dan kebudayaannya. Selain itu pendidikan adalah sebuah warisan budaya
dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan
identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Budaya merupakan bagian hidup
manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap
kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur budaya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong
milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat
sebagai akibat dari era globalisasi. Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami
perubahan budaya yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif
yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya
dirasakan oleh dunia pendidikan. Budaya berpengaruh besar dalam dunia
pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara
hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan.
Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia
pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak.
Sekolah dalam menjalankan fungsi sosial harus mampu
mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa merubah diri
mereka dan merubah masyarakatnya. Masyarakat merupakan sebuah tempat yang
menjadi tempat hidup, tumbuh, berkembang dan berubah bagi manusia. Sehingga
sekolah tidak bisa dipisahkan dengan manusia, karena manusia merupakan anggota
masyarakat dan menjadi pendukung dari kebudayaan yang ada di dalamnya.
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan membahas
lebih lanjut mengenai tinjauan peserta didik dalam perspektif landasan Budaya.
A. Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia.
Manusia
memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak
(karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan
kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dengan cipta
manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan.
Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya
seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup,
kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan
kesusilaan.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya
adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra
yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang
memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
B. Definisi dan Hakikat
Peserta Didik
Secara
etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya
adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah
“orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan
istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang
artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”.
Menurut
pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Hakikat peserta didik merupakan sesuatu yang beralasan. Dalam filsafat pendidikan Islam: Pendekatan historis,
teoritis dan praktis menyebutkan beberapa diskripsi mengenai hakikat peserta
didik sebagai berikut:
- Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Hal ini perlu dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang dewasa.
- Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu diketahui agar aktivitas pendidikan Islam dapat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta didik.
- Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani. Diantara kebutuhan dasarnya adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa aman, harga diri dan aktualisasi diri. Hal ini perlu dipahami agar proses pendidikan dapat berjalan lancar.
- Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual (individual differentiations), baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tinggal. Hal ini perlu dipahami agar proses pendidikan dilakukan dengan memerhatikan perbedaan-perbedaan tersebut tanpa harus mengorbankan salah satu pihak atau kelompok.
- Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmaniah dan rohaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dikembangkan melalui proses pembiasaan dan latihan. Sementara unsur rohani berkaitan dengn daya akal dan daya rasa. Daya akal dapat dikembangkan melalui proses intelektualisme yang menekankan pada ilmu-ilmu rasional, dan daya rasa dapat dikembangkan melalui pendidikan ibadah dan akhlak. Pemahaman ini merupakan hal yang perlu agar proses pendidikan Islam memandang peserta didik secara utuh, yakni tidak mengutamakan salah satu daya saja, tapi semua daya dikembangkan dan diarahkan secara integral dan harmonis.
- Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi (fitrah) yang perlu dikembangkan secara terpadu. Fungsi penddikan dalam hal ini adalah membantu dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan dan megarahkan potensi yang dimilikinya, sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tanpa harus mengabaikan fungsi-fungsi kemanusiannya.
C. Perkembangan Budaya Di Bidang Pendidikan Indonesia
Perkembangan budaya di Indonesia sejalan dengan
perkembangan IPTEK yang sangat pesat saat ini. Tingkat ekonomi, pendidikan dan
sosiologi turut mempengaruhi budaya di Indonesia.
Menurut ajaran Rousseau “Manusia itu pada dasarnya baik, ia
jadi buruk dan jahat karena pengaruh kebudayaan.” Namun, pengaruh budaya yang
lebih fatal terjadi apabila sebagian besar masyarakat mengalami keterbelakangan
budaya. Tirtarahardja (2000: 246) menggambarkan bahwa keterbelakangan
budaya terjadi akibat dari sekelompok masyarakat yang tidak mau mengubah cara
dan kebiasaan yang selama ini mengganggap dirinya sudah maju. Pada kelompok ini
mereka tidak mau menerima segala macam pembaharuan dan tidak mau mengubah
tradisi yang selama ini sudah diyakini kebenarannya.
Menurut Koentjaraningrat (1990: 147),
“faktor budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/ pandangan,
adat istiadat, dan kebiasaan.” Peserta didik selalu melakukan kontak dengan
masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia
pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.
Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus
sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Dalam hal ini Slameto (2003: 73)
berpendapat, “Banyak siswa gagal belajar akibat karena mereka tidak mempunyai
budaya belajar yang baik. Mereka kebanyakan hanya menghafal pelajaran.”
Pendapat tersebut dipertegas pula oleh William H. Burton
dalam Hamalik (2004: 26) yang temasuk dalam salah satu prinsip belajar, yaitu:
“Proses belajar terutama terdiri dari berbuat hal-hal yang harus dipelajari di
samping bermacam-macam hal lain yang ikut membantu proses belajar itu.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
secara implisit menyatakan bahwa budaya belajar siswa mempunyai keterkaitan
dengan prestasi belajar, sebab dalam budaya belajar mengandung kebiasaan
belajar dan cara-cara belajar yang dianut oleh siswa. Pada umumnya setiap orang
(siswa) bertindak berdasarkan force of habit (menurut kebiasaannya)
sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan.
Sehubungan dengan hal itu, budaya
belajar siswa akan menjadi tradisi yang dianut oleh siswa. Tradisi tersebut
akan selalu melekat di dalam setiap tindakan dan perilaku siswa sehari-hari
baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya tradisi dalam memanfaatkan waktu belajar, disiplin
dalam belajar, kegigihan/ keuletan dalam belajar, dan konsisten
dalam menerapkan cara belajar efektif.
D.
Pengaruh
Positif Budaya Asing Terhadap Pelajar Indonesia
1. Semakin cepatnya penguasaan tekhnologi oleh kalangan
pelajar Indonesia.
2. Meningkatkan kreatifitas dan ruang berkarya pada Pelajar
Indonesia.
3. Mengenal budaya asing sebagai ruang pembelajaran.
4. Proses pembelajaran dengan menggunakan homeschooling.
5. Konsep pembelajaran menggunakan multimedia.
6. Penggunaan bahasa asing.
E.
Pengaruh
Negatif Budaya Asing Terhadap Pelajar Indonesia
Maraknya aksi-aksi imoral anak muda dewasa ini memang sudah
cukup memprihatinkan. Apalagi ditambah pudarnya nilai-nilai budaya lokal kian
memperparah keadaan. Meskipun demikian generasi muda tidak bisa disalahkan
sepenuhnya. Banyak hal yang menyebabkan kondisi generasi muda Indonesia menjadi
kurang peka terhadap nilai-nilai budaya tradisional. Penyebab utama tentu saja
adalah masuknya budaya asing ke dalam sendi-sendi kehidupan masyrakat
Indonesia.
Banyaknya tindak kejahatan yang
terjadi saat ini merupakan salah satu bukti dari gagalnya generasi muda
membedakan baik buruknya budaya asing yang masuk. Tindak kriminal,
narkoba,tawuran, perkosaan, pergaulan bebas terjadi karena generasi muda meniru
kebudayaan asing yang menurut mereka sudah tidak tabu lagi untuk diikuti.
Pondasi utama masalah ini tentu saja adalah arus
globalisasi yang tak bisa dibendung lagi. Arus globalisasi begitu cepat merasuk
ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh
globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja yang berdandan
layaknya selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian
yang minim, bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak
kelihatan. Padahal jika ditilik kedalam akar budaya masyarakat Indonesia cara
berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan.
Berdasarkan hasil analisa dan uraian di atas, pengaruh negatif
masuknya budaya asing terlihat cukup banyak dan tentunya cukup menyumbangkan
dalam kehancuran moral generasi muda Indonesia. Oleh karena itu diperlukan
langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif masuknya budaya asing terhadap
nilai-nilai nasionalisme.
F.
PENGARUH
KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP PELAJAR
Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi bukanlah hal yang baru di tahun
milenium ini. Kemajuan teknologi berkembang sangat pesat dalam kurun waktu sepuluh
tahun terakhir. Bahkan alat-alat canggih pun sekarang bukan menjadi kebutuhan
sekunder lagi, melainkan sudah menjadi kebutuhan primer. Misalnya, teknologi
informasi. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini dapat
langsung diketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Tentu kemajuan
teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat
manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga
memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada
di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti
Indonesia. Berkembangnya teknologi ini menimbulkan polemik baru dikalangan
generasi muda bangsa.
Dampak teknologi ini lebih ditekankan
pada kehidupan remaja karena mereka yang lebih dekat dan lebih banyak
berinteraksi dengan teknologi seperti televisi, handphone, ataupun internet.
Seperti penggunaan internet yang disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti
adanya situs porno, melakukan hal penipuan dan lainnya. Padahal jika dilihat
dari segi positif, mungkin masalah para remaja dalam hal belajar yang mereka
dapati dapat teratasi. Karena dengan adanya teknologi para remaja dapat belajar
apa saja. Bahkan jika dimanfaatkan dengan baik, dapat merangsang interaksi,
eksperimen, pertumbuhan mental dan sosial, memotivasi untuk berprestasi, dan
memperluas cakrawala pengetahuan.
G.
FAKTOR-FAKTOR MASUKNYA BUDAYA ASING
1. Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang
Indonesia. Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya
badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif yang
masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta video porno yang
didatangkan dari luar.
2. Lifestyle yang berkiblat pada barat. Saat ini banyak masyarakat Indonesia
yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule atau lebih berkiblat
kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian mini, gaya hidup bebas
tanpa ikatan atau biasa sering kita sebut dengan kumpul kebo
3. Penyalagunakan Teknologi. Seperti
sempat kita bahas diatas bahwa pemanfaatan tekhnologi yang salah dapat
mempermudah arus budaya asinya negatif yang masuk.
H.
ANTISIPASI BUDAYA ASING YANG MASUK
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
memiliki martabat serta harga diri bangsa yang tinggi sehingga jangan sampai
bangsa ini rusak hanya karena pengaruh-pengaruh negatif dari pihak asing yang
ingin menghancurkan mental generasi penerus bangsa kita. Ada beberapa tindakan antisipasi yang perlu dilakukan oleh
generasi muda terhadap pengaruh asing yang sifatnya negatif diantaranya:
1.
Bersikap kritis dan teliti. Sebagai penerus bangsa,kita harus
bersikap kritis dan teliti terhadap hal-hal yang baru didatangkan dari luar,
bagaimana kita bisa memfilter apakah hal ini bisa membawa dampak baik atau
buruk bagi kita. Bersikaplah kritis terhadap
sesuatu yang baru, banyak bertanya pada orang-orang yang berkompeten
dibidangnya dan teliti apakah inovasi tersebut bisa sesuai dengan iklim
indonesia dan pastikan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di Indonesia.
2.
Perluas Ilmu pengetahuan (IPTEK). Sebelum budaya asing itu masuk
sebaiknya kita telah mengetahui apa inovasi- inovasi yang masuk itu secara
jelas dan rinci.
3.
Harus sesuai dengan
Norma-norma yang berlaku di Indonesia. Pengaruh budaya
asing yang masuk terkadang tidak sesuai dengan noram-norma yang berlaku di
Indonesia. Jika kita menyaksikan film-film luar, mereka menganut gaya hidup
yang bebas dan jika diterapkan disini melanggar beberapa norma yang ada di
Indonesia. Misalnya saja berciuman dimuka umum.
4.
Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”. Maksud dari simbol ini adalah bahwa
adat istiadat yang ditularkan oleh nenek moyang kita adalah benar adanya dan
dapat membawa manfaat yang baik bagi diri kita sendiri untuk masa kini dan
kedepannya. Sehingga kita tidak mudah terbawa
arus budaya asing yang membawa kita kepada dampak yang negatif.
5.
Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan. Seperti telah kita bahas bahwa agama
merupakan pondasi utama dalam diri yang bisa mengontrol diri kita kepada hawa
napsu yang akan mengganggu kita kedalam jurang kenistaan. Agama sangat penting
bagi kelangsungan umatnya. Apabila sesorang sudah terbawa kedalam kesesatan,
agamalah yang menjadi penolong umatnya agar berubah kembali menjadi lebih baik.
Generasi muda yang pintar pasti bisa memilih mana sesuatu
yang baik bagi dirinya mana yang tidak baik bagi dirinya. Terlihat didalam
lingkungan sosialnya, keika ia terjun didalam lingkungan sosialnya ia menjadi
individu yang bebas dan hanya dia yang bisa memilih ia ingin bergaul dengan
siapa. Pribadi yang supel akan bisa membawa dirinya kepada siapa saja tetapi
perlu diingat menyeleksi teman itu harus, karena pengaruh negatif dari pihak
asing bisa datang dari siapa saja, baik dari teman, tekhnologi canggih ataupun
apa saja . Sehingga kita sebagai orang timur wajib menjunjung tinggi norma dan
adat ketimuran kita.
KESIMPULAN
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. budayalah yang menyediakan
suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Pengaruh positif kebudayaan asing terhadap pelajar
Indonesia:
1.
Semakin cepatnya
penguasaan tekhnologi oleh kalangan pelajar indonesia
2.
Meningkatkan
kreatifitas dan ruang berkarya pada Pelajar Indonesia
3.
Mengenal budaya asing
sebagai ruang pembelajaran
4.
Proses pembelajaran
dengan menggunakan homeschooling
5.
Konsep pembelajaran
menggunakan multimedia
6.
Penggunaan bahasa
asing
Budaya asing yang masuk ke indonesia membawa
dampak yang cukup besar dalam kehidupan generasi muda Indonesia disaat ini.
Dari semua budaya asing yang masuk menyusupi rangka kehidupan tidak
semuanya membawa dampak positif bagi generasi muda saat ini, untuk generasi
muda harus dapat memilah-milah sendiri mana yang sebaiknya ditinggalkan dan
mana yang masih dalam taraf nilai nilai lokal untuk kemudian diaplikasikan
dalam kebudayaan lokal. Dalam menyikapi kebudayaan yang masuk, sudah barang
tentu generasi muda harus berupaya menanggulanginya agar jati diri sebagai generasi
muda penerus bangsa tidak rusak.
Banyaknya tindak
kejahatan yang terjadi saat ini merupakan salah satu bukti dari gagalnya
generasi muda membedakan baik buruknya budaya asing yang masuk.Tindak kriminal,
narkoba, tawuran, perkosaan, pergaulan bebas terjadi karena generasi muda
meniru kebudayaan asing yang menurut mereka sudah tidak tabu lagi untuk
diikuti. Dalam hal ini pemerintah dan juga
generasi muda mulai saat ini, seharusnya jangan begitu saja menerima budaya asing
yang masuk agar generasi muda Indonesia tidak hancur dan generasi muda dapat
membangun Indonesia menjadi salah satu negara yang maju tanpa sepenuhnya
terpengaruh budaya asing.
Faktor – faktor masuknya udaya asing:
1.
Kurangnya Penjagaan
yang ketat di wilayah gerbang Indonesia
2.
Lifestyle yang
berkiblat pada barat
3.
Penyalagunakan
Tekhnologi
Antisipasi terhadap pengaruh
budaya asing:
1.
Bersikap kritis dan
teliti
2.
Perluas Ilmu
pengetahuan (IPTEK)
3.
Harus sesuai dengan
Norma-norma yang berlaku di Indonesia
4.
Tanamkan “Aku Cinta
Indonesia”
5.
Meningkatkan Keimanan
dan ketakwaan
Daftar Rujukan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar