Rabu, 05 Februari 2014

PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF LANDASAN BUDAYA

Pendahuluan
Pendidikan selalu terkait dengan manusia. Manusia selain sebagai makluk individu juga sebagai makluk sosial, karena dalam meniti kehidupannya manusia selalu memerlukan orang lain. Oleh karena itu sosial-budaya adalah bagian yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam menjalani kehidupannya manusia tidak pernah bisa lepas dari proses pendidikan. Pendidikan berfungsi memberdayakan potensi manusia untuk mewariskan, mengembangkan dan membangun budaya dan kebudayaan serta peradaban masa depan. Di satu sisi, pendidikan berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang positif, di sisi lain pendidikan berfungsi untuk menciptakan perubahan ke arah kehidupan yang lebih inovatif.
Peserta didik merupakan salah satu komponen dari pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan budaya dan kebudayaan yang tumbuh dalam suatu tatanan masyarakat. Budaya dan Kebudayaan menentukan arah, isi dan proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar, cara berpakaian, cara berbicara juga merupakan  budaya. Pendidikan memiliki fungsi konservasi dan fungsi kreasi (perubahan, inovasi) bagi masyarakat dan kebudayaannya. Selain itu pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur budaya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan budaya yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan. Budaya berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak.
Sekolah dalam menjalankan fungsi sosial harus mampu mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa merubah diri mereka dan merubah masyarakatnya. Masyarakat merupakan sebuah tempat yang menjadi tempat hidup, tumbuh, berkembang dan berubah bagi manusia. Sehingga sekolah tidak bisa dipisahkan dengan manusia, karena manusia merupakan anggota masyarakat dan menjadi pendukung dari kebudayaan yang ada di dalamnya.
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai tinjauan peserta didik dalam perspektif landasan Budaya.

A.      Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

B.       Definisi dan Hakikat Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Hakikat peserta didik merupakan sesuatu yang beralasan. Dalam filsafat pendidikan Islam: Pendekatan historis, teoritis dan praktis menyebutkan beberapa diskripsi mengenai hakikat peserta didik sebagai berikut:
  1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Hal ini perlu dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang dewasa.
  2. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu diketahui agar aktivitas pendidikan Islam dapat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta didik.
  3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani. Diantara kebutuhan dasarnya adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa aman, harga diri dan aktualisasi diri. Hal ini perlu dipahami agar proses pendidikan dapat berjalan lancar.
  4. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual (individual differentiations), baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tinggal. Hal ini perlu dipahami agar proses pendidikan dilakukan dengan memerhatikan perbedaan-perbedaan tersebut tanpa harus mengorbankan salah satu pihak atau kelompok.
  5. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmaniah dan rohaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dikembangkan melalui proses pembiasaan dan latihan. Sementara unsur rohani berkaitan dengn daya akal dan daya rasa. Daya akal dapat dikembangkan melalui proses intelektualisme yang menekankan pada ilmu-ilmu rasional, dan daya rasa dapat dikembangkan melalui pendidikan ibadah dan akhlak. Pemahaman ini merupakan hal yang perlu agar proses pendidikan Islam memandang peserta didik secara utuh, yakni tidak mengutamakan salah satu daya saja, tapi semua daya dikembangkan dan diarahkan secara integral dan harmonis.
  6. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi (fitrah) yang perlu dikembangkan secara terpadu. Fungsi penddikan dalam hal ini adalah membantu dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan dan megarahkan potensi yang dimilikinya, sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tanpa harus mengabaikan fungsi-fungsi kemanusiannya.

C.      Perkembangan Budaya Di Bidang Pendidikan Indonesia
Perkembangan budaya di Indonesia sejalan dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat saat ini. Tingkat ekonomi, pendidikan dan sosiologi turut mempengaruhi budaya di Indonesia.
Menurut ajaran Rousseau “Manusia itu pada dasarnya baik, ia jadi buruk dan jahat karena pengaruh kebudayaan.” Namun, pengaruh budaya yang lebih fatal terjadi apabila sebagian besar masyarakat mengalami keterbelakangan budaya. Tirtarahardja (2000: 246) menggambarkan bahwa keterbelakangan budaya terjadi akibat dari sekelompok masyarakat yang tidak mau mengubah cara dan kebiasaan yang selama ini mengganggap dirinya sudah maju. Pada kelompok ini mereka tidak mau menerima segala macam pembaharuan dan tidak mau mengubah tradisi yang selama ini sudah diyakini kebenarannya.
Menurut Koentjaraningrat (1990: 147), “faktor budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/ pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan.” Peserta didik selalu melakukan kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Dalam hal ini Slameto (2003: 73) berpendapat, “Banyak siswa gagal belajar akibat karena mereka tidak mempunyai budaya belajar yang baik. Mereka kebanyakan hanya menghafal pelajaran.”
Pendapat tersebut dipertegas pula oleh William H. Burton dalam Hamalik (2004: 26) yang temasuk dalam salah satu prinsip belajar, yaitu: “Proses belajar terutama terdiri dari berbuat hal-hal yang harus dipelajari di samping bermacam-macam hal lain yang ikut membantu proses belajar itu.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa budaya belajar siswa mempunyai keterkaitan dengan prestasi belajar, sebab dalam budaya belajar mengandung kebiasaan belajar dan cara-cara belajar yang dianut oleh siswa. Pada umumnya setiap orang (siswa) bertindak berdasarkan force of habit (menurut kebiasaannya) sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan.
Sehubungan dengan hal itu, budaya belajar siswa akan menjadi tradisi yang dianut oleh siswa. Tradisi tersebut akan selalu melekat di dalam setiap tindakan dan perilaku siswa sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya tradisi dalam memanfaatkan waktu belajar, disiplin dalam belajar, kegigihan/ keuletan dalam belajar, dan konsisten dalam menerapkan cara belajar efektif.

D.      Pengaruh Positif Budaya Asing Terhadap Pelajar Indonesia
1.    Semakin cepatnya penguasaan tekhnologi oleh kalangan pelajar Indonesia.
2.    Meningkatkan kreatifitas dan ruang berkarya pada Pelajar Indonesia.
3.    Mengenal budaya asing sebagai ruang pembelajaran.
4.    Proses pembelajaran dengan menggunakan homeschooling.
5.    Konsep pembelajaran menggunakan multimedia.
6.    Penggunaan bahasa asing.

E.       Pengaruh Negatif Budaya Asing  Terhadap Pelajar Indonesia
Maraknya aksi-aksi imoral anak muda dewasa ini memang sudah cukup memprihatinkan. Apalagi ditambah pudarnya nilai-nilai budaya lokal kian memperparah keadaan. Meskipun demikian generasi muda tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Banyak hal yang menyebabkan kondisi generasi muda Indonesia menjadi kurang peka terhadap nilai-nilai budaya tradisional. Penyebab utama tentu saja adalah masuknya budaya asing ke dalam sendi-sendi kehidupan masyrakat Indonesia.
Pondasi utama masalah ini tentu saja adalah arus globalisasi yang tak bisa dibendung lagi. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja yang berdandan layaknya selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim, bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal jika ditilik kedalam akar budaya masyarakat Indonesia cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan.
Berdasarkan hasil analisa dan uraian di atas, pengaruh negatif masuknya budaya asing terlihat cukup banyak dan tentunya cukup menyumbangkan dalam kehancuran moral generasi muda Indonesia. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif masuknya budaya asing terhadap nilai-nilai nasionalisme.

F.       PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP PELAJAR
Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi bukanlah hal yang baru di tahun milenium ini. Kemajuan teknologi berkembang sangat pesat dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Bahkan alat-alat canggih pun sekarang bukan menjadi kebutuhan sekunder lagi, melainkan sudah menjadi kebutuhan primer. Misalnya, teknologi informasi. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini dapat langsung diketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia. Berkembangnya teknologi ini menimbulkan polemik baru dikalangan generasi muda bangsa.
Dampak teknologi ini lebih ditekankan pada kehidupan remaja karena mereka yang lebih dekat dan lebih banyak berinteraksi dengan teknologi seperti televisi, handphone, ataupun internet. Seperti penggunaan internet yang disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti adanya situs porno, melakukan hal penipuan dan lainnya. Padahal jika dilihat dari segi positif, mungkin masalah para remaja dalam hal belajar yang mereka dapati dapat teratasi. Karena dengan adanya teknologi para remaja dapat belajar apa saja. Bahkan jika dimanfaatkan dengan baik, dapat merangsang interaksi, eksperimen, pertumbuhan mental dan sosial, memotivasi untuk berprestasi, dan memperluas cakrawala pengetahuan.
G.      FAKTOR-FAKTOR MASUKNYA BUDAYA ASING
1.     Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia. Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif yang masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta video porno yang didatangkan dari luar.
2.    Lifestyle yang berkiblat pada barat. Saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian mini, gaya hidup bebas tanpa ikatan atau biasa sering kita sebut dengan kumpul kebo
3.    Penyalagunakan Teknologi. Seperti sempat kita bahas diatas bahwa pemanfaatan tekhnologi yang salah dapat mempermudah arus budaya asinya negatif yang masuk.
H.      ANTISIPASI BUDAYA ASING YANG MASUK
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki martabat serta harga diri bangsa yang tinggi sehingga jangan sampai bangsa ini rusak hanya karena pengaruh-pengaruh negatif dari pihak asing yang ingin menghancurkan mental generasi penerus bangsa kita. Ada beberapa tindakan antisipasi yang perlu dilakukan oleh generasi muda terhadap pengaruh asing yang sifatnya negatif diantaranya:
1.        Bersikap kritis dan teliti. Sebagai penerus bangsa,kita harus bersikap kritis dan teliti terhadap hal-hal yang baru didatangkan dari luar, bagaimana kita bisa memfilter apakah hal ini bisa membawa dampak baik atau buruk bagi kita. Bersikaplah kritis terhadap sesuatu yang baru, banyak bertanya pada orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan teliti apakah inovasi tersebut bisa sesuai dengan iklim indonesia dan pastikan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di Indonesia.
2.        Perluas Ilmu pengetahuan (IPTEK). Sebelum budaya asing itu masuk sebaiknya kita telah mengetahui apa inovasi- inovasi yang masuk itu secara jelas dan rinci.
3.        Harus sesuai dengan Norma-norma yang berlaku di Indonesia. Pengaruh budaya asing yang masuk terkadang tidak sesuai dengan noram-norma yang berlaku di Indonesia. Jika kita menyaksikan film-film luar, mereka menganut gaya hidup yang bebas dan jika diterapkan disini melanggar beberapa norma yang ada di Indonesia. Misalnya saja berciuman dimuka umum.
4.        Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”. Maksud dari simbol ini adalah bahwa adat istiadat yang ditularkan oleh nenek moyang kita adalah benar adanya dan dapat membawa manfaat yang baik bagi diri kita sendiri untuk masa kini dan kedepannya. Sehingga kita tidak mudah terbawa arus budaya asing yang membawa kita kepada dampak yang  negatif.
5.        Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan. Seperti telah kita bahas bahwa agama merupakan pondasi utama dalam diri yang bisa mengontrol diri kita kepada hawa napsu yang akan mengganggu kita kedalam jurang kenistaan. Agama sangat penting bagi kelangsungan umatnya. Apabila sesorang sudah terbawa kedalam kesesatan, agamalah yang menjadi penolong umatnya agar berubah kembali menjadi lebih baik.
Generasi muda yang pintar pasti bisa memilih mana sesuatu yang baik bagi dirinya mana yang tidak baik bagi dirinya. Terlihat didalam lingkungan sosialnya, keika ia terjun didalam lingkungan sosialnya ia menjadi individu yang bebas dan hanya dia yang bisa memilih ia ingin bergaul dengan siapa. Pribadi yang supel akan bisa membawa dirinya kepada siapa saja tetapi perlu diingat menyeleksi teman itu harus, karena pengaruh negatif dari pihak asing bisa datang dari siapa saja, baik dari teman, tekhnologi canggih ataupun apa saja . Sehingga kita sebagai orang timur wajib menjunjung tinggi norma dan adat ketimuran kita.

KESIMPULAN
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Pengaruh  positif kebudayaan asing terhadap pelajar Indonesia:
1.      Semakin cepatnya penguasaan tekhnologi oleh kalangan pelajar indonesia
2.      Meningkatkan kreatifitas dan ruang berkarya pada Pelajar Indonesia
3.      Mengenal budaya asing sebagai ruang pembelajaran
4.      Proses pembelajaran dengan menggunakan homeschooling
5.      Konsep pembelajaran menggunakan multimedia
6.      Penggunaan bahasa asing
Budaya asing yang masuk ke indonesia membawa dampak yang cukup besar dalam kehidupan generasi muda Indonesia disaat ini. Dari semua budaya asing yang masuk menyusupi rangka kehidupan  tidak semuanya membawa dampak positif bagi generasi muda saat ini, untuk generasi muda harus dapat memilah-milah sendiri mana yang sebaiknya ditinggalkan dan mana yang masih dalam taraf nilai nilai lokal untuk kemudian diaplikasikan dalam kebudayaan lokal. Dalam menyikapi kebudayaan yang masuk, sudah barang tentu generasi muda harus berupaya menanggulanginya agar jati diri sebagai generasi muda penerus bangsa tidak rusak.
Banyaknya tindak kejahatan yang terjadi saat ini merupakan salah satu bukti dari gagalnya generasi muda membedakan baik buruknya budaya asing yang masuk.Tindak kriminal, narkoba, tawuran, perkosaan, pergaulan bebas terjadi karena generasi muda meniru kebudayaan asing yang menurut mereka sudah tidak tabu lagi untuk diikuti. Dalam hal ini pemerintah dan juga generasi muda mulai saat ini, seharusnya jangan begitu saja menerima budaya asing yang masuk agar generasi muda Indonesia tidak hancur dan generasi muda dapat membangun Indonesia menjadi salah satu negara yang maju tanpa sepenuhnya terpengaruh budaya asing.
Faktor – faktor masuknya udaya asing:
1.      Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia
2.      Lifestyle yang berkiblat pada barat
3.      Penyalagunakan Tekhnologi
Antisipasi terhadap pengaruh budaya asing:
1.      Bersikap kritis dan teliti
2.      Perluas Ilmu pengetahuan (IPTEK)
3.      Harus sesuai dengan Norma-norma yang berlaku di Indonesia
4.      Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”
5.      Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan

Daftar Rujukan:










Tidak ada komentar:

Posting Komentar