Soal:
1.
Deskripsikan dan petakan keberadaan mata
kuliah filsafat ilmu dalam kerangka keseluruhan program studi teknologi
pendidikan pascasarjana Universitas Sriwijaya. Bagaimankah peran mata kuliah
ini dalam upaya mengembangkan mahasiswa menjadi ilmuwan dan professional?
Jawaban:
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah Filsafat ilmu merupakan mata kuliah
dasar keilmuan yang memberikan bekal awal kepada mahasiswa tentang filsafat
ilmu. Mata kuliah ini membahas topik-topik filsafat dan pemikiran filsafat,
filsafat ilmu yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Disamping
itu dibahas pula sarana pengembangan ilmu serta hubungan antara ilmu, moral
serta agama, juga hubungan antara perkembangan ilmu dan perkembangan
kebudayaan, serta penerapan metode ilmiah dalam kegiatan penelitian ilmiah.
Tujuan Mata Kuliah
Setelah mengikuti mata kuliah filsafat ilmu
diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang pemikiran
filsafat, cabang-cabang filsafat ilmu, prosedur mendapatkan ilmu, sarana
pengembangan ilmu, serta hubungan antara ilmu, moral dan agama, hubungan antara
perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan, dan penerapan metode ilmiah
dalam kegiatan penelitian ilmiah.
Filsafat dan Ilmu
Perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan
dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih
bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan
observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya
untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat
berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif
dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat
lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya
memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam
mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang
lebih luas, filsafat juga mengkaji
hubungan antara temuan-temuan ilmu
dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa
filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini
berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat
berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau
dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan
ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir
reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.
Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat
empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah
yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan
Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh
filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazlba (1976),
Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau
eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan
penelitian. Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh
budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas
alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang
disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan
bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat.
Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya
sendiri-sendiri
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang
khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya
tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi
sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam
perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan
otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya
Upaya Mengembangkan Mahasiswa Menjadi Ilmuwan dan
Professional
Filsafat ilmu merupakan bagian dari
filsafat pengetahuan (epistomologi) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu,
meneliti tentang apa yang memungkinkan ilmu-ilmu itu terjadi dan berkembang.
Filsafat ini menggali faham tentang kebenaran, kepastian dan tahap-tahapnya,
objektivitas, abstraksi, intuisi, dan juga pertanyaan mengenai “dari mana asal
dan ke manakah arah ilmu pengetahuan”.
Dalam suatu disiplin ilmu seperti Teknologi
Pendidikan, filsafat ilmu sangat diperlukan untuk menganalisis suatu hal yang
sedang terjadi. Misalnya penggunaan media dalam proses pembelajaran. Dengan
filsafat ilmu kita mencari tahu apa saja media-media yang dapat dimanfaatkan
dalam proses pembelajaran. Apakah di setiap lembaga pendidikan memiliki media
pembelajaran yang lengkap atau tidak. Bagaimana penggunan media pembelajaran
yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Dan manfaat media dalam proses
pembelajaran. Sehingga guru dapat mengatasi kesulitan siswa dengan memanfaatkan
media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi, hasil belajar dan prestasi
belajar siswa.
Sebagai guru/ pendidik, dampak
Positif dengan mempelajari filsafat ilmu antara lain:
a.
Guru/
pendidik bisa mengarahkan agar siswa bisa berfikir yang lebih mendalam.
Contonya seorang guru telah menguasai materi yang akan diajarkan pada anak-anak
sehinga anak-anak lebih cepat manakap dari penjelasan guru tersebut.
b.
Guru/
pendidik bisa bersifat toleransi,
c.
Guru/
Pendidik lebih mengerti dengan kondisi siswa yang mengalami kesulitan dalam
proses belajar.
Soal:
2.
Filsafat membahas dua objek kajian pokok
formal dan material bagaimana memaknai dua kajian tersebut? Jawablah dengan
contoh akan lebih mengklarifikasi jawaban saudara!
Jawaban:
Filsafat adalah wacana tempat berlangsungnya penelusuran kritis terhadap
berbagai pernyataan dan asumsi yang pada umumnya merupakan dasar suatu
pengetahuan. dengan kata lain, filsafat adalah tubuh pengetahuan yang
mengkonteskan kepada kita apa yang kita katakana, dan mengatakan kepada kita
apa yang kita lihat. Filsafat sejatinya memiliki objek atau bidang bahasan yang
sangat luas baik yang kongkrit maupun yang abstrak. Sebagaimana ilmu-ilmu yang
lain, filsafat pun harus memenuhi empat syarat ilmiah, yaitu: mempunyai objek,
mempunyai metoda, sistematis, dan bersifat universal. secara sederhana objek
material dan objek formal diskemakan sebagai berikut:
Filsafat mempunyai objek. di dalam filsafat dikenal ada dua objek,
yaitu: objek material dan objek formal.
1)
Objek Material Filsafat
Objek material filsafat adalah objek yang diperhatikan
atau objek yang diselidiki secara menyeluruh oleh filsafat, yaitu:
a)
“ada”,
maksudnya segala sesuatu yang bersifat material kongkrit, seperti manusia,
benda, alam, dan sebagainya maupun wujud lain yang bersifat immaterial,
misalnya Tuhan dan yang ghaib,
lainnya.
b)
“Yang
mungkin ada”, yaitu segala hal atau segala sesuatu yang bersifat abstrak
misalnya: nilai, ide, moral, pandangan hidup dan sebagainya, tetapi bisa
dipahami dan dimengerti oleh akal (intelegeable)
atau pun oleh hati manusia.
Ringkasnya, objek material filsafat ada dua yaitu: “ada”
(material-kongkrit) “yang mungkin ada” (psikis, dan non-material, abstrak,
konseptual, spiritual, dsb). Dengan demikian, objek material filsafat
sedemikian luas, seluas semesta raya. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah
apa sesungguhnya “ada” itu? memang harus diakui bahwa memberikan jawaban yang adequate tidaklah mudah untuk menjawab
pertanyaan ontologis ini, hanya saja secara ontologis pula, “ada” itu dapat
dibedakan menjadi dua yakni “ada” yang fisis, misalnya manusia dalam alam
seisinya, dan “ada” yang metafisis, sebagaimana yang di atas telah disebut
sebagai “yang mungkin ada”, hanya saja harus dipertegas di sini bahwa dalam
persepsi doctrinal agama, Tuhan serta segala sesuatu dan hal ghaib lainnya tidak disebut sebagai
“yang mungkin ada” tetapi diyakini sebagai hal atau sesuatu yang sungguh-sungguh
ada tetapi berada pada matra yang “lebih tinggi” dari dunia nyata ini.
Dalam hal objek material ini H. A. Dardiri menjelaskan
bahwa objek material filsafat itu adalah segala yang ada, baik yang ada dalam
kenyataan, ada dalam pikiran, maupun yang ada dalam kemungkinan. selanjutnya H.
A Dardiri membagi segala sesuatu yang ada menjadi dua, yaitu:
a)
Ada
yang bersifat umum
b)
Ada
yang bersifat khusus. Ada yang bersifat khusus juga dibagi menjadi dua, yaitu “ada”
mutlak, dan “ada” tidak mutlak.
Pembagian hal di atas dapat dijelaskan secara ringkas sebagaimana
berikut. Dalam dunia filsafat yang dimaksud dengan “ada” adalah semua yang
dapat diketahui, dipahami, dan atau dimengerti oleh manusia, baik yang fisik
(manusia dan alam raya) maupun yang metafisik (ruh, ide, dan semua yang bukan
merupakan realitas duniawi). Ilmu yang menyelidiki tentang hal “ada” disebut
ontology atau disebut juga dengan methaphysica-generalis,
cabang dari ontology adalah kosmologi, dan kosmogani. Kosmologi adalah
cabang metafisika yang bergumul dengan pertanyaan mengenai asal dan susunan alam
raya, penciptaan dan kekekalannya, mekanisme, kodrat hukum, waktu, ruang dan
kausalitasnya. Kosmologi dianggap sebagai metafisika khusus tetapi lebih rendah
dibanding ontologi, karena analisis kosmologis berlaku di dunia saja sedangkan
analisis ontologi berusaha mencari hubungan dan perbedaan yang berlaku di dalam
dunia mana pun juga.
Adapun kosmologi adalah teori tentang asal mula alam semesta yang
biasanya diungkap dengan mythos, spekulasi,
atau ilmu alam. karenanya bisa dianggap sebagai “penelitian sistematis mengenai
asal-usul alam semesta” dan karenanya pula dikembangkan hipotesis tentang
penciptaan dan perkembangan evolusioner. Kosmogoni juga dianggap sebagai
kosmologi kuno yang memberi paparan tentang kisah penciptaan dalam kitab suci
di mana Tuhan mengalahkan kekacauan, dengan memisahkan terang dan gelap,
mencipta matahari, bulan, dan bintang.
Selanjutnya, dapat disebutkan bahwa tentang hal “ada” dibagi menjadi dua
yaitu: “ada” mutlak dan “ada” tidak mutlak. Adapun ilmu yang mempelajari
tentang “ada” yang bersifat mutlak di sebut theodoice.
Kemudian pembahasan tentang “ada” tidak mutlak di bagi dua, yaitu:
pembahasan tentang manusia dan pembahasan tentang alam. dalam filsafat,
disiplin ilmu yang membahas dan menyelidiki tentang hal ihwal manusia disebut antropologi-metafisik atau filsafat
manusia, disiplin lain yang terkait langsung dengan manusia adalah etica, aesthetica, dan logica.
Secara ringkasnya, Objek Material (material
object), yaitu: objek atau bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh
suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu, misalnya: ilmu
kedokteran, ilmu sastra, psikologi, kesemuanya itu mempunyai objek material
yang sama, yakni: manusia. sedangkan ilmu fisika objek materialnya alam. Adapun
objek material dari filsafat adalah “segala sesuatu yang ada” baik yang ada
dalam kenyataan, atau yang ada dalam fikiran, maupun yang ada dalam
kemungkinan.
2)
Objek Formal Filsafat
Objek
formal filsafat adalah sudut pandang atau bagian tertentu yang diperhatikan
dari keseluruhan objek, dengan tujuan mencari keterangan (clarification) yang utuh (holistic
dan integral) dan
sedalam-dalamnya (radikal).
Dengan
Kata lain Objek formal filsafat adalah cara pandang seseorang terhadap objek
material secara filosofis, (misalnya: sudut
pandang keberadaan bidang ontology, sudut pandang nilai terhadap bidang
aksiologis, tingkah laku baik-buruk
dipandang dengan etika, indah-buruk dengan
estetika, sudut pandang pengetahuan terdapat bidang epistemology, atau sudut
pandang lain yang lebih khusus) sehingga sampai pada hakikat (essensi) dari
objek material yang dihadapi.
Secara
ringkasnya, Objek Formal (formal object),
yaitu: sudut pandang tertentu dari mana subjek menelaah suatu ilmu terhadap
objek materialnya. Misalnya: ilmu kedokteran objek formalnya keadaan fisik
manusia. Ilmu sastra objek formalnya hasil karya manusia. Psikologi objek
formalnya proses kejiwaan manusia. Fisika objek formalnya hakikat alam
sebagaimana adanya. Sehingga objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang
menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat objek materialnya.
Soal:
3.
A. Jelaskan
makna ilmu bagaimanakah perkembangan suatu jenis pengetahuan menjadi ilmu,
berikanlah contoh!
B. Tidak semua
pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmu. Sependapatkah
saudara dengan pernyataan tersebut. Berikan penjelasan!
Jawaban:
A.
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab (alima) dan berarti pengetahuan.
Pemakaian kata ilmu dalam bahasa Indonesia ekuivalenkan dengan istilah science. Science berasal dari bahasa
Latin: scio, scire, yang juga berarti
pengetahuan.
Definisi ilmu menurut
para ahli
a.
Ilmu
menurut Arthur Thomson
Ilmu sebagai pelukisan fakta-fakta pengalahan secara lengkap dan
konsisten dalam istilah-istilah sesederhana mungkin.
b.
Ilmu
menurut Thomas Kuhn
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik
dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
c.
Ilmu
menurut M. Izuddin Taufiq
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan,
pengkajian, dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar
ataupun asal usulnya.
d.
Ilmu
menurut Mohammad Hatta
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam
suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun kedudukannya tampak dari
luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
e.
Ilmu
menurut Ralp Ross dan Ernest Van Den
Ilmu adalah yang empiris, rasinal, umum dan sistematik, dan keempatnya
serentak.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud adalah
pengetahuan yang pasti, eksak dan benar-benar terorganisasi. Jadi pengetahuan
yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Dasar-Dasar Pengetahuan
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni:
1)
Manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut.
2)
Manusia
mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan
berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Dasar-dasar pengetahuan dapat diperoleh dengan cara
antara lain, yaitu: penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria
kebenaran.
1)
Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan
tindakannyayang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan
merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak
sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap
jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai criteria kebenaran, dan
criteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran
tersebut. penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap
jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Logis
b.
Analitik
Kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan penalaran antara lain yaitu:
a.
Perasaan
b.
Intuisi
2)
Logika
Buah dari berpikir adalah pengetahuan. berpikir adalah
suatu proses, proses berpikir ini biasa disebut sebagai bernalar. Dalam
bernalar manusia melakukan proses berpikir untuk berusaha tiba pada pernyataan
baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui.
Pernyataan yang telah diketahui disebut pangkal piker (premise), sedang pernyataan baru yang diturunkan dinamakan simpulan
(conclusion). Cara penarikan simpulan
yang sahih (valid) sesuai dengan cara tertentu disebut logika.
Cara penarikan simpulan dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
a.
Logika
Induktif
b.
Logika
Deduktif.
3)
Sumber Pengetahuan
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar pada dasarnya
ada dua sumber utama yang perlu diketahui oleh setiap manusia, yaitu
berbasarkan rasio dan pengalaman manusia. Pengetahuan yang diperoleh melalui
sumber rasio, kebenarannya hanya didasarkan pada kebenaran akan pikiran semata,
pendapat ini dikembangkan oleh para rasionalis dan penganut paham ini disebut
dengan istilah kaum rasionalisme. Sebaliknya, orang yang berpendapat bahwa
sumber pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, kebenaran pengetahuan hanya
didasarkan pada fakta-fakta yang ada di lapangan, sedangkan orang yang menganut
paham ini disebut sebagai kaum empirisme.
Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara
untuk mendapatkan pengetahuan yang lain, yaitu intuisi dan wahyu.
4)
Kriteria Kebenaran
Kriteria kebenaran antara lain, yaitu:
a.
Teori
kebenaran yang didasarkan pada teori koherensi (saling berhubungan)
b.
Teori
kebenaran yang didasarkan pada teori korespondensi
c.
Teori
kebenaran yang didasarkan pada teori pragmatism.
Berdasarkan uraian mengenai dasar-dasar pengetahuan di atas maka cara
mendapatkan pengetahuan untuk menjadi sebuah ilmu harus menggunakan metode
ilmiah. Metode ilmiah mencoba menghubungkan cara berpikir induktif dan cara
berpikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Maka perkembangan
pengetahuan menjadi ilmu dapat menggunakan langkah-langkah berikut:
a.
Rumusan
masalah
b.
Menentukan
khasanah pengetahuan ilmiah
c.
Penyusunan
kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis
d.
Penyusunan
hipotesis
e.
Pengujian
hipotesis
f.
Penarikan
kesimpulan
Selain melalui tahap-tahap di atas perkembangan pengetahuan menjadi
pengetahuan ilmiah atau ilmu (science)
harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu: berobjek, bermetoda, bersistem,
dan bersifat universal. Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) ini hanya bisa dimiliki oleh beberapa orang saja.
Contoh Hasil dari pengetahuan menjadi sebuah ilmu:
1)
Ilmu menurut filosofi Albert Einstein :
Ilmu
pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang dipenuhi dengan gairah
untuk mencapai kebenaran dan pemahaman. Semua ilmu tidak lebih dari sebuah
penyempurnaan dari pemikiran sehari-hari. Tetapi, sumber
perasaan itu berasal dari tataran agama. Termasuk di dalamnya adalah keimanan
pada kemungkinan bahwa semua peraturan yang berlaku pada dunia wujud itu
bersifat rasional. Kita tidak dapat memecahkan masalah kita menggunakan
pemikiran yang sama kita gunakan ketika kita diciptakan. Setiap
kebodohan bisa cerdas membuat sesuatu yang lebih besar, lebih kompleks dan
lebih agresif. Tetapi itu membutuhkan sentuhan jenius dan banyak keberanian
untuk bergerak dalam arah yang berlawanan. Satu-satunya hal yang
anda masukkan dalam pendidikan saya adalah pendidikan. Yang
paling penting adalah untuk tidak berhenti bertanya-tanya. keingintahuan
memiliki alasan sendiri untuk ada. Satu-satunya hal
berharga dan nyata adalah intuisi.
Latar
belakang filsafat ilmunya:
Ia lahir pada
tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah
seorang ilmuwan
fisika. Dia mengemukakan teori relativitas
dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika
statistik, dan kosmologi.
Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika
pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik
dan “pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik,
dan rumus Einstein yang paling dikenal adalah E=mc².
Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama “On the Motion-Required by the Molecular
Kinetic Theory of Heat-of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid“,
mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik
cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang
masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia
pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan
eksperimen) kenyataan pada atom.
Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika
statistika, yang pada saat itu juga kontroversial.
Kontribusi perkembangan ilmu Albert Einstein :
Dia mengemukakan teori
relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika
kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi. Adanya
teori khusus dari kenisbian (relativity) tentang “elektrodinamika
benda-benda yang bergerak”, dan dengan itu ia menantang konsep manusia yang ada
tentang ruang dan waktu, zat dan energi. Sendi-sendi tentang teori itu
ditegakan dalam dua prakiraan. Pertama, prinsip kenisbian/relativitas: Segala
gerakan adalah nisbi. Hipotesa besar
Einstein yang kedua ialah, bahwa kecepatan cahaya tidak bergantung pada gerakan
sumbernya. Cahaya adalah satu-satunya faktor konstan yang tidak berubah-ubah di
alam ini. Sustainabilitas adalah kemampuan
sains dasar menghasilkan karya yang dapat ditransaksikan/dipasarkan, sehingga
dari apresiasi transaksi tersebut sains dasar dapat membiayai pertumbuhannya.
Menghilirkan sains dasar adalah upaya untuk menghasilkan sustainabilitas.
Karya yang dapat ditransaksikan/ dipasarkan tidak hanya berarti karya tersebut
menghasilkan barang, metode atau algoritma, tetapi juga karya tersebut dapat
mengeluarkan impact yang besar, baik di bidangnya atau pun di
luar bidangnya.
2)
Ilmu menurut filosofi
Keppler:
Hukum Gerakan Planet Keppler, yang menjelaskan pergerakan dan
perlintasan planet-planet dengan Matahari sebagai porosnya. Teori ini masih memiliki
beberapa kekurangan, dan akhirnya disempurnakan oleh Newton dengan menyertakan
gaya gravitasi sebagai salah satu elemen yang turut pula mempengaruhi
pergerakan planet-planet di sekitar Matahari ini. Newton menyimpulkan bahwa
partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga
perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.
Latar belakang filsafat
ilmunya:
Johannes
Kepler (1571 M-1630 M), adalah astronom jerman, Matematikawan dan astrolog. Ia
paling di kenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler juga ahli optic
dan astronomi. Penjelasannya tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement
To Witelo, Expounding The Optical Part Of Astronomy. Ia orang pertama yang
menjelaskan cara kerja mata.
Kontribusinya terhadap
perkembangan ilmu:
Keppler sangat dihargai bukan
hanya dalam bidang matematika, tetapi juga di bidang optik dan astronomi.
Penjelasan Kepler tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement to
Witelo, Expounding the Optical Part of Astronomy (Suplemen untuk Witelo,
Menjabarkan Bagian Optik dari Astronomi). Buku Kepler itu adalah tonggak
sejarah di bidang optik. Ia adalah orang pertama yang menjelaskan cara kerja
mata. Kepler mengerti bahwa matahari bukan sekadar pusat dari tata surya.
Matahari juga berfungsi seperti sebuah magnet, berputar pada porosnya dan
mempengaruhi gerakan planet-planet. Bagi Kepler, semua planet adalah
benda-benda fisik yang dengan harmonis diaturoleh serangkaian hukum yang
beragam. Apa yang telah ia pelajari dari Mars dan Bumi pasti berlaku juga atas
semua planet. Jadi, ia menyimpulkan bahwa setiap planet mengitari matahari
dalam orbit elips pada kecepatan yang bervariasi sesuai dengan jaraknya dari
matahari. Karya Kapler yang lain berupa buku Mysterium cosmographicum (Misteri Kosmmografis), Astronomiae
Pars Optica (Bagian Optik dari Astronomi), De Stella nova in pede
Serpentarii (Tentang Bintang Baru di Kaki Ophiuchus), Astronomia nova
(Astronomi Baru), Dioptrice (Dioptre), Epitome astronomiae
Copernicanae (diterbitkan dalam tiga bagian dari 1618-1621), Harmonice Mundi (Keharmonisan Dunia), Tabulae Rudolphinae
(Tabel-Tabel Rudolphine), dan Somnium (Mimpi).
3)
Ilmu menurut filosofi Gregor Johann Mendel:
Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme
hidup
terdapat "unit dasar" yang kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua
kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap
ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap "induk"-nya.
Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang
berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan
sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan
mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap
kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau sel
telur). Ini
akhirnya menjadi dasar ilmu filsafat mengenai asal usul manusia, bahwa
manusia mempunyai gen yang dapat
diturunkan.
Latar belakang filsafat
ilmunya:
Dalam
dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna
benih,
bentuk daun,
ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan
satu gene tiap pasang dari tiap
"induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas
tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan
menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah
tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya.
Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau sel telur pada
manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia
juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gen dari satu pasang terjadi
pada satu gamete dan diteruskan kepada
keturunan tertentu.
Kontributsinya terhadap
perkembangan ilmu:
Temuan
Mendel memunyai implikasi penting. Karyanya membantah adanya percampuran dalam
keturunan, yaitu pemikiran bahwa ciri-ciri orang tua diwariskan kepada anak dan
kemudian bercampur, lalu diturunkan ke generasi berikut dalam bentuk campuran.
Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar; zat genetika
yang diwarisi dari orangtua hanya bergabung untuk sementara waktu dalam diri
anak, dan dalam generasi berikutnya zat genetik pecah menjadi satuan-satuan
yang ada dalam induk aslinya. Dengan kata lain, zat genetika itu sendiri tidak
berubah.
Ketika
karya Mendel ditemukan kembali awal tahun 1900-an, reaksi awal para ilmuwan
adalah menentang Darwinisme. Dalam bukunya, "Processes of Organic
Evolution", G.L. Stebbins membahas "pertentangan keras mengenai
hakikat keragaman keturunan dan proses-proses evolusi antara penganut Mendel
awal, terutama de Vries dan para naturalis Darwin kontemporer." Baru pada
tahun 1920-an, setelah ada modifikasi yang cukup berarti tentang mekanisme
evolusi, para ilmuwan mulai menyatakan bahwa evolusi cocok dengan temuan
Mendel.
Penelitian
Mendel menunjukkan secara gamblang tentang stabilitas dasar dari berbagai jenis
tumbuhan dan hewan yang diciptakan, sedangkan kaum evolusionis selama puluhan
tahun berupaya untuk memasukkan hal ini ke dalam kerangka Darwin. Karya Mendel
tidak mendukung gagasan evolusioner yang mengatakan bahwa satu spesies dapat
berevolusi menjadi spesies lain. Dalam hal ini, banyak ilmuwan seperti Isaac
Asimov mengatakan bahwa "kelemahan terbesar dalam teori Darwin telah
dilengkapi dengan temuan Mendel."
4)
Ilmu menurut filosofi Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Corpenicus mengemukakan bahwa matahari berada di pusat
jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu berputar pada porosnya,
dan berputar mengililingi matahari. Teori ini disebut heliosentrisme, dimana
matahari sebagai pusat jagad raya, bukan bumi seperti yang di ungkapkan
Ptolomeus, yaitu bumi sebagai pusat jagad raya.
Latar belakang filsafat
ilmunya:
Nicolaus
Capernicus (1473 M-1543 M), adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom
yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori Heliosentris (Tata Surya
berpusat di matahari).
Kontributsinya terhadap
perkembangan ilmu:
Di
tahun 1533, tatkala usianya menginjak enam puluh tahun, Copernicus mengirim
berkas catatan-catatan ceramahnya ke Roma. Di situ dia mengemukakan
prinsip-prinsip pokok teorinya tanpa mengakibatkan ketidaksetujuan Paus. Baru
tatkala umurnya sudah mendekati tujuh puluhan, Copernicus memutuskan penerbitan
bukunya, dan baru tepat pada saat meninggalnya dia dikirimi buku cetakan
pertamanya dari si penerbit. Ini tanggal 24 Mei 1543.
Dalam
buku itu Copernicus dengan tepat mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya,
bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain
semuanya berputar mengelilingi matahari. Tapi, seperti halnya para
pendahulunya, dia membuat perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran
planet mengelilingi matahari. Juga, dia membuat kekeliruan besar karena dia
yakin betul bahwa orbit mengandung lingkaran-lingkaran. Jadi, bukan saja teori
ini ruwet secara matematik, tapi juga tidak betul. Meski begitu, bukunya lekas
mendapat perhatian besar. Para astronom lain pun tergugah, terutama astronom
berkebangsaan Denmark, Tycho Brahe, yang melakukan pengamatan lebih teliti dan
tepat terhadap gerakan-gerakan planet. Dari data-data hasil pengamatan inilah
yang membikin Johannes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak
planet yang tepat.
Meski
Aristarchus lebih dari tujuh belas abad lamanya sebelum Copernicus sudah
mengemukakan persoalan-persoalan menyangkut hipotesa peredaran benda-benda
langit, adalah layak menganggap Copernicuslah orang yang memperoleh penghargaan
besar. Sebab, betapapun Aristarchus sudah mengedepankan pelbagai masalah yang
mengandung inspirasi, namun dia tak pernah merumuskan teori yang cukup
terperinci sehingga punya manfaat dari kacamata ilmiah. Tatkala Copernicus
menggarap perhitungan matematik hipotesa-hipotesa secara terperinci, dia
berhasil mengubahnya menjadi teori ilmiah yang punya arti dan guna.
Teori Copernicus telah
merevolusionerkan konsep kita tentang angkasa luar dan sekaligus sudah merombak
pandangan filosofis kita. Namun, dalam hal penilaian mengenai arti penting
Copernicus, haruslah diingat bahwa astronomi tidaklah mempunyai jangkauan jauh
dalam penggunaan praktis sehari-hari seperti halnya fisika kimia dan biologi.
Sebab, hakekatnya orang bisa membikin peralatan televisi, mobil, atau pabrik
kimia modern tanpa mesti secuwil pun menggunakan teori Copernicus. (Sebaliknya,
orang tidak bakal bisa membikin benda-benda itu tanpa menggunakan buah pikiran
Faraday, Maxwell, Lavosier atau Newton).
Tetapi,
jika semata-mata kita mengarahkan perhatian hanya semata-mata kepada pengaruh
langsung Copernicus di bidang teknologi, kita akan kehilangan arti penting
Copernicus yang sesungguhnya. Buku Copernicus punya makna yang tampaknya tak
memungkinkan baik Galileo maupun Kepler menyelesaikan kerja ilmiahnya. Kesemua
mereka adalah pendahulu-pendahulu yang penting dan menentukan bagi Newton, dan
penemuan merekalah yang membikin kemungkinan bagi Newton merumuskan hukum-hukum
gerak dan gaya beratnya. Secara historis, penerbitan De Revolutionobus Orbium
Coelestium merupakan titik tolak astronomi modern. Lebih dari itu, merupakan
titik tolak pengetahuan modern.
5)
Ilmu menurut Rene Descartes
Rene Descartes menyatukan
logika Aristoteles dan Geometri Euclide dengan bantuan disiplin
aritmatika dan disempurnakan oleh masyarakat muslim yang disebut dengan
aljabar. Kemudian lahirlah geometri analitik yang kita kenal dengan matematika.
Namun orang yang sangat berjasa adalah Galelio Galilei (1642-1727) yang
merumuskan gerak benda dengan teori gravitasi. Pada tahun ini juga Newton
menemukan matematika baru yang disebut dengan kalkulus yang mampu membuat
deskripsi dan analisis mengenai perubahan, dengan kalkulus inilah Newton
menyempurnakan teori Keppler mengenai tata surya ke dalam teori gravitasi.
Menjelang akhir abad ke 19 lahirlah mekanika kuantum dan mekanika glombang oleh Max Plank yang
menemukan energi cahaya (butir-butir cahaya).
B. Saya
sependapat bahwa tidak
semua pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmu.
·
Pengetahuan
(knowledge) adalah apa yang kita
ketahui dari pertanyaan atau dari yang kita ketahui.
·
Ilmu (science) adalah apa yang difikirkan
melalui tahap atau prosedur ilmiah. Pengetahuan bagian dari ilmu.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu
tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. Metode menurut Senn,
merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai
langkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam
dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara
filsafat termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi. Seperti diketahui
berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah
merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka
pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji
yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka
metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir
induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. kerangka
berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi
ini terdiri dari langkah-langkah:
a.
Rumusan
masalah
Merupakan langkah pertama dalam metode ilmiah berisi pertanyaan mengenai
objek empiris yang jelas batas-batasnya dan dapat diidentifikasikan
faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
b.
Menentukan
khasanah pengetahuan ilmiah
Merupakan langkah kedua dalam metode ilmiah berisi kumpulan
informasi-informasi ilmiah yang digali melalui berbagai literature ilmiah,
jurnal ilmiah, diskusi ilmiah, wawancara dengan narasumber atau pakar bidang
keilmuan terkait dengan permasalahan yang akan carikan solusi pemecahannya.
c.
Penyusunan
kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis
Merupakan langkah ketiga dalam metode ilmiah berisi argumentasi yang
dibangun berdasarkan khasanah ilmu pengetahuan ilmiah yang diambil sebagai
landasan teori, sehingga dapat menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi
permasalahan atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
d.
Penyusunan
hipotesis
Merupakan langkah keempat dalam metode ilmiah berisi jawaban sementara
atau dugaan sementara terhadap pertanyaan yang diajukan dalam perumusan
masalah, sedangkan rumusan hipotesis ini materi yang dibuat berupa kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
e.
Pengujian
hipotesis
Merupakan langkah kelima dalam metode ilmiah berisi kegiatan pengumpulan
fakta atau data-data empiris yang relevan dengan hipotesis yang diajukan,
kemudian dilakukan analisis menggunakan uji statistic, sedangkan hasilnya dapat
dijadikan sebagai data untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung tersebut atau tidak.
f.
Penarikan
kesimpulan
Merupakan langkah keenam dalam metode ilmiah berisi penilaian apakah
hipotesis yang diajukan berdasarkan data yang ditemukan di lapangan diterima
atau ditolak.
Selain melalui tahap-tahap di atas pengetahuan biasa atau pengetahuan
pra-ilmiah, yaitu: pengetahuan yang muncul karena adanya kegiatan akal sehat
manusia yang ditujukan kepada kejadian sehari-hari, misalnya pengetahuan
tentang terbit dan tenggelamnya matahari, pengetahuan tentang hujan yang turun
dari langit, pengetahuan tentang api yang panas, semua pengetahuan seperti itu
bisa terjadi melalui pencerapan pancaindera baik sengaja ataupun tidak.
Perkembangan pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) harus memenuhi syarat-syarat
tertentu yaitu: berobjek, bermetoda, bersistem, dan bersifat universal.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science)
ini hanya bisa dimiliki oleh beberapa orang saja.
Soal:
4.
Dalam pembentukan suatu argumen atau hasil
pemikiran/ penalaran yang logis diperlukan logika berpikir, baik deduktif
maupun induktif. Jelaskan dan berikan contoh penggunaan logika dalam berpikir
tersebut?
Jawaban:
·
Logika
berpikir deduktif membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat
umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogisme, yaitu dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Contohnya:
a. Berolahraga dapat meningkatkan
kebugaran tubuh seseorang. (P. Mayor)
b. Ayah saya rajin berolahraga setiap
hari. (P. Minor)
c. Ayah saya memiliki tubuh yang sangat
bugar.
(Konklusi)
·
Logika
berpikir induktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual
nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Suatu penalaran dengan logika
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
Contohnya: adik saya sewaktu masih bayi
diberikan ASI eksklusif dan sekarang ia menjadi anak yang sehat. Keponakan saya
saat masih bayi juga mendapat ASI eksklusif dan sekarang ia jarang terserang
penyakit. Begitu pun adik sepupu saya ketika masih bayi juga diberikan ASI
eksklusif, sehingga sekarang ia menjadi anak yang cerdas. Dengan begitu dapat
ditarik kesimpulan bahwa ASI eksklusif memberikan banyak manfaat untuk sang
anak, yaitu anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat sehingga
menjadi lebih sehat dan tentunya jarang terserang penyakit, serta ASI juga
dapat meningkatkan kecerdasan anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar