Rabu, 05 Februari 2014

UTS Filsafat Ilmu

Soal:
1.        Deskripsikan dan petakan keberadaan mata kuliah filsafat ilmu dalam kerangka keseluruhan program studi teknologi pendidikan pascasarjana Universitas Sriwijaya. Bagaimankah peran mata kuliah ini dalam upaya mengembangkan mahasiswa menjadi ilmuwan dan professional?
Jawaban:
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah Filsafat ilmu merupakan mata kuliah dasar keilmuan yang memberikan bekal awal kepada mahasiswa tentang filsafat ilmu. Mata kuliah ini membahas topik-topik filsafat dan pemikiran filsafat, filsafat ilmu yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Disamping itu dibahas pula sarana pengembangan ilmu serta hubungan antara ilmu, moral serta agama, juga hubungan antara perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan, serta penerapan metode ilmiah dalam kegiatan penelitian ilmiah.
Tujuan Mata Kuliah
Setelah mengikuti mata kuliah filsafat ilmu diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang pemikiran filsafat, cabang-cabang filsafat ilmu, prosedur mendapatkan ilmu, sarana pengembangan ilmu, serta hubungan antara ilmu, moral dan agama, hubungan antara perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan, dan penerapan metode ilmiah dalam kegiatan penelitian ilmiah.
Filsafat dan Ilmu
Perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik  pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji  hubungan antara temuan-temuan ilmu  dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.
Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazlba (1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya 
Upaya Mengembangkan Mahasiswa Menjadi Ilmuwan dan Professional
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan (epistomologi) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu, meneliti tentang apa yang memungkinkan ilmu-ilmu itu terjadi dan berkembang. Filsafat ini menggali faham tentang kebenaran, kepastian dan tahap-tahapnya, objektivitas, abstraksi, intuisi, dan juga pertanyaan mengenai “dari mana asal dan ke manakah arah ilmu pengetahuan”.
Dalam suatu disiplin ilmu seperti Teknologi Pendidikan, filsafat ilmu sangat diperlukan untuk menganalisis suatu hal yang sedang terjadi. Misalnya penggunaan media dalam proses pembelajaran. Dengan filsafat ilmu kita mencari tahu apa saja media-media yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Apakah di setiap lembaga pendidikan memiliki media pembelajaran yang lengkap atau tidak. Bagaimana penggunan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Dan manfaat media dalam proses pembelajaran. Sehingga guru dapat mengatasi kesulitan siswa dengan memanfaatkan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi, hasil belajar dan prestasi belajar siswa.
  Sebagai guru/ pendidik, dampak Positif dengan mempelajari filsafat ilmu antara lain:
a.         Guru/ pendidik bisa mengarahkan agar siswa bisa berfikir yang lebih mendalam. Contonya seorang guru telah menguasai materi yang akan diajarkan pada anak-anak sehinga anak-anak lebih cepat manakap dari penjelasan guru tersebut.
b.        Guru/ pendidik bisa bersifat toleransi,
c.         Guru/ Pendidik lebih mengerti dengan kondisi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar.
Soal:
2.        Filsafat membahas dua objek kajian pokok formal dan material bagaimana memaknai dua kajian tersebut? Jawablah dengan contoh akan lebih mengklarifikasi jawaban saudara!
Jawaban:
Filsafat adalah wacana tempat berlangsungnya penelusuran kritis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang pada umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan. dengan kata lain, filsafat adalah tubuh pengetahuan yang mengkonteskan kepada kita apa yang kita katakana, dan mengatakan kepada kita apa yang kita lihat. Filsafat sejatinya memiliki objek atau bidang bahasan yang sangat luas baik yang kongkrit maupun yang abstrak. Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, filsafat pun harus memenuhi empat syarat ilmiah, yaitu: mempunyai objek, mempunyai metoda, sistematis, dan bersifat universal. secara sederhana objek material dan objek formal diskemakan sebagai berikut:



 
Filsafat mempunyai objek. di dalam filsafat dikenal ada dua objek, yaitu: objek material dan objek formal.
1)        Objek Material Filsafat
Objek material filsafat adalah objek yang diperhatikan atau objek yang diselidiki secara menyeluruh oleh filsafat, yaitu:
a)         “ada”, maksudnya segala sesuatu yang bersifat material kongkrit, seperti manusia, benda, alam, dan sebagainya maupun wujud lain yang bersifat immaterial, misalnya Tuhan dan yang ghaib, lainnya.
b)        “Yang mungkin ada”, yaitu segala hal atau segala sesuatu yang bersifat abstrak misalnya: nilai, ide, moral, pandangan hidup dan sebagainya, tetapi bisa dipahami dan dimengerti oleh akal (intelegeable) atau pun oleh hati manusia.
Ringkasnya, objek material filsafat ada dua yaitu: “ada” (material-kongkrit) “yang mungkin ada” (psikis, dan non-material, abstrak, konseptual, spiritual, dsb). Dengan demikian, objek material filsafat sedemikian luas, seluas semesta raya. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa sesungguhnya “ada” itu? memang harus diakui bahwa memberikan jawaban yang adequate tidaklah mudah untuk menjawab pertanyaan ontologis ini, hanya saja secara ontologis pula, “ada” itu dapat dibedakan menjadi dua yakni “ada” yang fisis, misalnya manusia dalam alam seisinya, dan “ada” yang metafisis, sebagaimana yang di atas telah disebut sebagai “yang mungkin ada”, hanya saja harus dipertegas di sini bahwa dalam persepsi doctrinal agama, Tuhan serta segala sesuatu dan hal ghaib lainnya tidak disebut sebagai “yang mungkin ada” tetapi diyakini sebagai hal atau sesuatu yang sungguh-sungguh ada tetapi berada pada matra yang “lebih tinggi” dari dunia nyata ini.
Dalam hal objek material ini H. A. Dardiri menjelaskan bahwa objek material filsafat itu adalah segala yang ada, baik yang ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, maupun yang ada dalam kemungkinan. selanjutnya H. A Dardiri membagi segala sesuatu yang ada menjadi dua, yaitu:
a)         Ada yang bersifat umum
b)        Ada yang bersifat khusus. Ada yang bersifat khusus juga dibagi menjadi dua, yaitu “ada” mutlak, dan “ada” tidak mutlak.
Pembagian hal di atas dapat dijelaskan secara ringkas sebagaimana berikut. Dalam dunia filsafat yang dimaksud dengan “ada” adalah semua yang dapat diketahui, dipahami, dan atau dimengerti oleh manusia, baik yang fisik (manusia dan alam raya) maupun yang metafisik (ruh, ide, dan semua yang bukan merupakan realitas duniawi). Ilmu yang menyelidiki tentang hal “ada” disebut ontology atau disebut juga dengan methaphysica-generalis, cabang dari ontology adalah kosmologi, dan kosmogani. Kosmologi adalah cabang metafisika yang bergumul dengan pertanyaan mengenai asal dan susunan alam raya, penciptaan dan kekekalannya, mekanisme, kodrat hukum, waktu, ruang dan kausalitasnya. Kosmologi dianggap sebagai metafisika khusus tetapi lebih rendah dibanding ontologi, karena analisis kosmologis berlaku di dunia saja sedangkan analisis ontologi berusaha mencari hubungan dan perbedaan yang berlaku di dalam dunia mana pun juga.
Adapun kosmologi adalah teori tentang asal mula alam semesta yang biasanya diungkap dengan mythos, spekulasi, atau ilmu alam. karenanya bisa dianggap sebagai “penelitian sistematis mengenai asal-usul alam semesta” dan karenanya pula dikembangkan hipotesis tentang penciptaan dan perkembangan evolusioner. Kosmogoni juga dianggap sebagai kosmologi kuno yang memberi paparan tentang kisah penciptaan dalam kitab suci di mana Tuhan mengalahkan kekacauan, dengan memisahkan terang dan gelap, mencipta matahari, bulan, dan bintang.
Selanjutnya, dapat disebutkan bahwa tentang hal “ada” dibagi menjadi dua yaitu: “ada” mutlak dan “ada” tidak mutlak. Adapun ilmu yang mempelajari tentang “ada” yang bersifat mutlak di sebut theodoice. Kemudian pembahasan tentang “ada” tidak mutlak di bagi dua, yaitu: pembahasan tentang manusia dan pembahasan tentang alam. dalam filsafat, disiplin ilmu yang membahas dan menyelidiki tentang hal ihwal manusia disebut antropologi-metafisik atau filsafat manusia, disiplin lain yang terkait langsung dengan manusia adalah etica, aesthetica, dan logica.
Secara ringkasnya, Objek Material (material object), yaitu: objek atau bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu, misalnya: ilmu kedokteran, ilmu sastra, psikologi, kesemuanya itu mempunyai objek material yang sama, yakni: manusia. sedangkan ilmu fisika objek materialnya alam. Adapun objek material dari filsafat adalah “segala sesuatu yang ada” baik yang ada dalam kenyataan, atau yang ada dalam fikiran, maupun yang ada dalam kemungkinan.
2)        Objek Formal Filsafat
Objek formal filsafat adalah sudut pandang atau bagian tertentu yang diperhatikan dari keseluruhan objek, dengan tujuan mencari keterangan (clarification) yang utuh (holistic dan integral) dan sedalam-dalamnya (radikal).
Dengan Kata lain Objek formal filsafat adalah cara pandang seseorang terhadap objek material secara filosofis, (misalnya: sudut pandang keberadaan bidang ontology, sudut pandang nilai terhadap bidang aksiologis, tingkah laku baik-buruk dipandang dengan etika, indah-buruk dengan estetika, sudut pandang pengetahuan terdapat bidang epistemology, atau sudut pandang lain yang lebih khusus) sehingga sampai pada hakikat (essensi) dari objek material yang dihadapi.
Secara ringkasnya, Objek Formal (formal object), yaitu: sudut pandang tertentu dari mana subjek menelaah suatu ilmu terhadap objek materialnya. Misalnya: ilmu kedokteran objek formalnya keadaan fisik manusia. Ilmu sastra objek formalnya hasil karya manusia. Psikologi objek formalnya proses kejiwaan manusia. Fisika objek formalnya hakikat alam sebagaimana adanya. Sehingga objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat objek materialnya.
Soal:
3.        A.   Jelaskan makna ilmu bagaimanakah perkembangan suatu jenis pengetahuan menjadi ilmu, berikanlah contoh!
       B.    Tidak semua  pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmu. Sependapatkah saudara dengan pernyataan tersebut. Berikan penjelasan!
Jawaban:
A.      Kata ilmu berasal dari bahasa Arab (alima) dan berarti pengetahuan. Pemakaian kata ilmu dalam bahasa Indonesia ekuivalenkan dengan istilah science. Science berasal dari bahasa Latin: scio, scire, yang juga berarti pengetahuan.
Definisi ilmu menurut para ahli
a.    Ilmu menurut Arthur Thomson
Ilmu sebagai pelukisan fakta-fakta pengalahan secara lengkap dan konsisten dalam istilah-istilah sesederhana mungkin.
b.    Ilmu menurut Thomas Kuhn
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
c.     Ilmu menurut M. Izuddin Taufiq
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian, dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
d.    Ilmu menurut Mohammad Hatta
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
e.     Ilmu menurut Ralp Ross dan Ernest Van Den
Ilmu adalah yang empiris, rasinal, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang pasti, eksak dan benar-benar terorganisasi. Jadi pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Dasar-Dasar Pengetahuan
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni:
1)        Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2)        Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Dasar-dasar pengetahuan dapat diperoleh dengan cara antara lain, yaitu: penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran.
1)        Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannyayang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai criteria kebenaran, dan criteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.         Logis
b.        Analitik
Kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan penalaran antara lain yaitu:
a.         Perasaan
b.        Intuisi
2)        Logika
Buah dari berpikir adalah pengetahuan. berpikir adalah suatu proses, proses berpikir ini biasa disebut sebagai bernalar. Dalam bernalar manusia melakukan proses berpikir untuk berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan yang telah diketahui disebut pangkal piker (premise), sedang pernyataan baru yang diturunkan dinamakan simpulan (conclusion). Cara penarikan simpulan yang sahih (valid) sesuai dengan cara tertentu disebut logika.
Cara penarikan simpulan dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
a.         Logika Induktif
b.        Logika Deduktif.
3)        Sumber Pengetahuan
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar pada dasarnya ada dua sumber utama yang perlu diketahui oleh setiap manusia, yaitu berbasarkan rasio dan pengalaman manusia. Pengetahuan yang diperoleh melalui sumber rasio, kebenarannya hanya didasarkan pada kebenaran akan pikiran semata, pendapat ini dikembangkan oleh para rasionalis dan penganut paham ini disebut dengan istilah kaum rasionalisme. Sebaliknya, orang yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, kebenaran pengetahuan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang ada di lapangan, sedangkan orang yang menganut paham ini disebut sebagai kaum empirisme.
Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lain, yaitu intuisi dan wahyu.
4)        Kriteria Kebenaran
Kriteria kebenaran antara lain, yaitu:
a.         Teori kebenaran yang didasarkan pada teori koherensi (saling berhubungan)
b.         Teori kebenaran yang didasarkan pada teori korespondensi
c.         Teori kebenaran yang didasarkan pada teori pragmatism.
Berdasarkan uraian mengenai dasar-dasar pengetahuan di atas maka cara mendapatkan pengetahuan untuk menjadi sebuah ilmu harus menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah mencoba menghubungkan cara berpikir induktif dan cara berpikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Maka perkembangan pengetahuan menjadi ilmu dapat menggunakan langkah-langkah berikut:
a.         Rumusan masalah
b.         Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah
c.         Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis
d.        Penyusunan hipotesis
e.         Pengujian hipotesis
f.          Penarikan kesimpulan
Selain melalui tahap-tahap di atas perkembangan pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu: berobjek, bermetoda, bersistem, dan bersifat universal. Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) ini hanya bisa dimiliki oleh beberapa orang saja.

Contoh Hasil dari pengetahuan menjadi sebuah ilmu:
1)        Ilmu menurut filosofi Albert Einstein :
Ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang dipenuhi dengan gairah untuk mencapai kebenaran dan pemahaman. Semua ilmu tidak lebih dari sebuah penyempurnaan dari pemikiran sehari-hari. Tetapi, sumber perasaan itu berasal dari tataran agama. Termasuk di dalamnya adalah keimanan pada kemungkinan bahwa semua peraturan yang berlaku pada dunia wujud itu bersifat rasional. Kita tidak dapat memecahkan masalah kita menggunakan pemikiran yang sama kita gunakan ketika kita diciptakan. Setiap kebodohan bisa cerdas membuat sesuatu yang lebih besar, lebih kompleks dan lebih agresif. Tetapi itu membutuhkan sentuhan jenius dan banyak keberanian untuk bergerak dalam arah yang berlawanan. Satu-satunya hal yang anda masukkan dalam pendidikan saya adalah pendidikan. Yang paling penting adalah untuk tidak berhenti bertanya-tanya. keingintahuan memiliki alasan sendiri untuk ada. Satu-satunya hal berharga dan nyata adalah intuisi.
 Latar belakang filsafat ilmunya:
Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein yang paling dikenal adalah E=mc². Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama “On the Motion-Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat-of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid“, mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial.
Kontribusi perkembangan ilmu Albert Einstein :
Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi. Adanya teori khusus dari kenisbian (relativity) tentang “elektrodinamika benda-benda yang bergerak”, dan dengan itu ia menantang konsep manusia yang ada tentang ruang dan waktu, zat dan energi. Sendi-sendi tentang teori itu ditegakan dalam dua prakiraan. Pertama, prinsip kenisbian/relativitas: Segala gerakan adalah nisbi. Hipotesa besar Einstein yang kedua ialah, bahwa kecepatan cahaya tidak bergantung pada gerakan sumbernya. Cahaya adalah satu-satunya faktor konstan yang tidak berubah-ubah di alam ini. Sustainabilitas adalah kemampuan sains dasar menghasilkan karya yang dapat ditransaksikan/dipasarkan, sehingga dari apresiasi transaksi tersebut sains dasar dapat membiayai pertumbuhannya. Menghilirkan sains dasar adalah upaya untuk menghasilkan sustainabilitas.  Karya yang dapat ditransaksikan/ dipasarkan tidak hanya berarti karya tersebut menghasilkan barang, metode atau algoritma, tetapi juga karya tersebut dapat mengeluarkan impact yang besar, baik di bidangnya atau pun di luar bidangnya.
2)        Ilmu menurut filosofi Keppler:
Hukum Gerakan Planet Keppler, yang menjelaskan pergerakan dan perlintasan planet-planet dengan Matahari sebagai porosnya. Teori ini masih memiliki beberapa kekurangan, dan akhirnya disempurnakan oleh Newton dengan menyertakan gaya gravitasi sebagai salah satu elemen yang turut pula mempengaruhi pergerakan planet-planet di sekitar Matahari ini. Newton menyimpulkan bahwa partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.
Latar belakang filsafat ilmunya:
Johannes Kepler (1571 M-1630 M), adalah astronom jerman, Matematikawan dan astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement To Witelo, Expounding The Optical Part Of Astronomy. Ia orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata.
Kontribusinya terhadap perkembangan ilmu:
Keppler sangat dihargai bukan hanya dalam bidang matematika, tetapi juga di bidang optik dan astronomi. Penjelasan Kepler tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement to Witelo, Expounding the Optical Part of Astronomy (Suplemen untuk Witelo, Menjabarkan Bagian Optik dari Astronomi). Buku Kepler itu adalah tonggak sejarah di bidang optik. Ia adalah orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata. Kepler mengerti bahwa matahari bukan sekadar pusat dari tata surya. Matahari juga berfungsi seperti sebuah magnet, berputar pada porosnya dan mempengaruhi gerakan planet-planet. Bagi Kepler, semua planet adalah benda-benda fisik yang dengan harmonis diaturoleh serangkaian hukum yang beragam. Apa yang telah ia pelajari dari Mars dan Bumi pasti berlaku juga atas semua planet. Jadi, ia menyimpulkan bahwa setiap planet mengitari matahari dalam orbit elips pada kecepatan yang bervariasi sesuai dengan jaraknya dari matahari. Karya Kapler yang lain berupa buku Mysterium cosmographicum (Misteri Kosmmografis), Astronomiae Pars Optica (Bagian Optik dari Astronomi), De Stella nova in pede Serpentarii (Tentang Bintang Baru di Kaki Ophiuchus), Astronomia nova (Astronomi Baru), Dioptrice (Dioptre), Epitome astronomiae Copernicanae (diterbitkan dalam tiga bagian dari 1618-1621), Harmonice Mundi (Keharmonisan Dunia), Tabulae Rudolphinae (Tabel-Tabel Rudolphine), dan Somnium (Mimpi).
3)        Ilmu menurut filosofi Gregor Johann Mendel:
Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau sel telur). Ini akhirnya menjadi dasar ilmu filsafat mengenai asal usul manusia, bahwa manusia  mempunyai gen yang dapat diturunkan.
Latar belakang filsafat ilmunya:
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau sel telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gen dari satu pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Kontributsinya terhadap perkembangan ilmu:
Temuan Mendel memunyai implikasi penting. Karyanya membantah adanya percampuran dalam keturunan, yaitu pemikiran bahwa ciri-ciri orang tua diwariskan kepada anak dan kemudian bercampur, lalu diturunkan ke generasi berikut dalam bentuk campuran. Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar; zat genetika yang diwarisi dari orangtua hanya bergabung untuk sementara waktu dalam diri anak, dan dalam generasi berikutnya zat genetik pecah menjadi satuan-satuan yang ada dalam induk aslinya. Dengan kata lain, zat genetika itu sendiri tidak berubah.
Ketika karya Mendel ditemukan kembali awal tahun 1900-an, reaksi awal para ilmuwan adalah menentang Darwinisme. Dalam bukunya, "Processes of Organic Evolution", G.L. Stebbins membahas "pertentangan keras mengenai hakikat keragaman keturunan dan proses-proses evolusi antara penganut Mendel awal, terutama de Vries dan para naturalis Darwin kontemporer." Baru pada tahun 1920-an, setelah ada modifikasi yang cukup berarti tentang mekanisme evolusi, para ilmuwan mulai menyatakan bahwa evolusi cocok dengan temuan Mendel.
Penelitian Mendel menunjukkan secara gamblang tentang stabilitas dasar dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang diciptakan, sedangkan kaum evolusionis selama puluhan tahun berupaya untuk memasukkan hal ini ke dalam kerangka Darwin. Karya Mendel tidak mendukung gagasan evolusioner yang mengatakan bahwa satu spesies dapat berevolusi menjadi spesies lain. Dalam hal ini, banyak ilmuwan seperti Isaac Asimov mengatakan bahwa "kelemahan terbesar dalam teori Darwin telah dilengkapi dengan temuan Mendel."
4)        Ilmu menurut filosofi Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Corpenicus mengemukakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu berputar pada porosnya, dan berputar mengililingi matahari. Teori ini disebut heliosentrisme, dimana matahari sebagai pusat jagad raya, bukan bumi seperti yang di ungkapkan Ptolomeus, yaitu bumi sebagai pusat jagad raya.
Latar belakang filsafat ilmunya:
Nicolaus Capernicus (1473 M-1543 M), adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori Heliosentris (Tata Surya berpusat di matahari).
Kontributsinya terhadap perkembangan ilmu:
Di tahun 1533, tatkala usianya menginjak enam puluh tahun, Copernicus mengirim berkas catatan-catatan ceramahnya ke Roma. Di situ dia mengemukakan prinsip-prinsip pokok teorinya tanpa mengakibatkan ketidaksetujuan Paus. Baru tatkala umurnya sudah mendekati tujuh puluhan, Copernicus memutuskan penerbitan bukunya, dan baru tepat pada saat meninggalnya dia dikirimi buku cetakan pertamanya dari si penerbit. Ini tanggal 24 Mei 1543.
Dalam buku itu Copernicus dengan tepat mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain semuanya berputar mengelilingi matahari. Tapi, seperti halnya para pendahulunya, dia membuat perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran planet mengelilingi matahari. Juga, dia membuat kekeliruan besar karena dia yakin betul bahwa orbit mengandung lingkaran-lingkaran. Jadi, bukan saja teori ini ruwet secara matematik, tapi juga tidak betul. Meski begitu, bukunya lekas mendapat perhatian besar. Para astronom lain pun tergugah, terutama astronom berkebangsaan Denmark, Tycho Brahe, yang melakukan pengamatan lebih teliti dan tepat terhadap gerakan-gerakan planet. Dari data-data hasil pengamatan inilah yang membikin Johannes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat.
Meski Aristarchus lebih dari tujuh belas abad lamanya sebelum Copernicus sudah mengemukakan persoalan-persoalan menyangkut hipotesa peredaran benda-benda langit, adalah layak menganggap Copernicuslah orang yang memperoleh penghargaan besar. Sebab, betapapun Aristarchus sudah mengedepankan pelbagai masalah yang mengandung inspirasi, namun dia tak pernah merumuskan teori yang cukup terperinci sehingga punya manfaat dari kacamata ilmiah. Tatkala Copernicus menggarap perhitungan matematik hipotesa-hipotesa secara terperinci, dia berhasil mengubahnya menjadi teori ilmiah yang punya arti dan guna.
Teori Copernicus telah merevolusionerkan konsep kita tentang angkasa luar dan sekaligus sudah merombak pandangan filosofis kita. Namun, dalam hal penilaian mengenai arti penting Copernicus, haruslah diingat bahwa astronomi tidaklah mempunyai jangkauan jauh dalam penggunaan praktis sehari-hari seperti halnya fisika kimia dan biologi. Sebab, hakekatnya orang bisa membikin peralatan televisi, mobil, atau pabrik kimia modern tanpa mesti secuwil pun menggunakan teori Copernicus. (Sebaliknya, orang tidak bakal bisa membikin benda-benda itu tanpa menggunakan buah pikiran Faraday, Maxwell, Lavosier atau Newton).
Tetapi, jika semata-mata kita mengarahkan perhatian hanya semata-mata kepada pengaruh langsung Copernicus di bidang teknologi, kita akan kehilangan arti penting Copernicus yang sesungguhnya. Buku Copernicus punya makna yang tampaknya tak memungkinkan baik Galileo maupun Kepler menyelesaikan kerja ilmiahnya. Kesemua mereka adalah pendahulu-pendahulu yang penting dan menentukan bagi Newton, dan penemuan merekalah yang membikin kemungkinan bagi Newton merumuskan hukum-hukum gerak dan gaya beratnya. Secara historis, penerbitan De Revolutionobus Orbium Coelestium merupakan titik tolak astronomi modern. Lebih dari itu, merupakan titik tolak pengetahuan modern.
5)        Ilmu menurut Rene Descartes
Rene Descartes menyatukan  logika Aristoteles dan Geometri Euclide dengan bantuan disiplin aritmatika dan disempurnakan oleh masyarakat muslim yang disebut dengan aljabar. Kemudian lahirlah geometri analitik yang kita kenal dengan matematika. Namun orang yang sangat berjasa adalah Galelio Galilei (1642-1727) yang merumuskan gerak benda dengan teori gravitasi. Pada tahun ini juga Newton menemukan matematika baru yang disebut dengan kalkulus yang mampu membuat deskripsi dan analisis mengenai perubahan, dengan kalkulus inilah Newton menyempurnakan teori Keppler mengenai tata surya ke dalam teori gravitasi. Menjelang akhir abad ke 19 lahirlah mekanika kuantum dan  mekanika glombang oleh Max Plank yang menemukan energi cahaya (butir-butir cahaya).

B.   Saya sependapat bahwa tidak semua pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmu.
·           Pengetahuan (knowledge) adalah apa yang kita ketahui dari pertanyaan atau dari yang kita ketahui.
·           Ilmu (science) adalah apa yang difikirkan melalui tahap atau prosedur ilmiah. Pengetahuan bagian dari ilmu.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam  dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi. Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini terdiri dari langkah-langkah:
a.         Rumusan masalah
Merupakan langkah pertama dalam metode ilmiah berisi pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya dan dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
b.        Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah
Merupakan langkah kedua dalam metode ilmiah berisi kumpulan informasi-informasi ilmiah yang digali melalui berbagai literature ilmiah, jurnal ilmiah, diskusi ilmiah, wawancara dengan narasumber atau pakar bidang keilmuan terkait dengan permasalahan yang akan carikan solusi pemecahannya.
c.         Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis
Merupakan langkah ketiga dalam metode ilmiah berisi argumentasi yang dibangun berdasarkan khasanah ilmu pengetahuan ilmiah yang diambil sebagai landasan teori, sehingga dapat menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
d.        Penyusunan hipotesis
Merupakan langkah keempat dalam metode ilmiah berisi jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah, sedangkan rumusan hipotesis ini materi yang dibuat berupa kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
e.         Pengujian hipotesis
Merupakan langkah kelima dalam metode ilmiah berisi kegiatan pengumpulan fakta atau data-data empiris yang relevan dengan hipotesis yang diajukan, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji statistic, sedangkan hasilnya dapat dijadikan sebagai data untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung tersebut atau tidak.
f.         Penarikan kesimpulan
Merupakan langkah keenam dalam metode ilmiah berisi penilaian apakah hipotesis yang diajukan berdasarkan data yang ditemukan di lapangan diterima atau ditolak.
Selain melalui tahap-tahap di atas pengetahuan biasa atau pengetahuan pra-ilmiah, yaitu: pengetahuan yang muncul karena adanya kegiatan akal sehat manusia yang ditujukan kepada kejadian sehari-hari, misalnya pengetahuan tentang terbit dan tenggelamnya matahari, pengetahuan tentang hujan yang turun dari langit, pengetahuan tentang api yang panas, semua pengetahuan seperti itu bisa terjadi melalui pencerapan pancaindera baik sengaja ataupun tidak. Perkembangan pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu: berobjek, bermetoda, bersistem, dan bersifat universal. Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) ini hanya bisa dimiliki oleh beberapa orang saja.

Soal:
4.        Dalam pembentukan suatu argumen atau hasil pemikiran/ penalaran yang logis diperlukan logika berpikir, baik deduktif maupun induktif. Jelaskan dan berikan contoh penggunaan logika dalam berpikir tersebut?
Jawaban:
·           Logika berpikir deduktif membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogisme, yaitu dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Contohnya:
a.    Berolahraga dapat meningkatkan kebugaran tubuh seseorang. (P. Mayor)
b.    Ayah saya rajin berolahraga setiap hari.                                     (P. Minor)
c.    Ayah saya memiliki tubuh yang sangat bugar.                           (Konklusi)
·           Logika berpikir induktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Suatu penalaran dengan logika induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Contohnya: adik saya sewaktu masih bayi diberikan ASI eksklusif dan sekarang ia menjadi anak yang sehat. Keponakan saya saat masih bayi juga mendapat ASI eksklusif dan sekarang ia jarang terserang penyakit. Begitu pun adik sepupu saya ketika masih bayi juga diberikan ASI eksklusif, sehingga sekarang ia menjadi anak yang cerdas. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan bahwa ASI eksklusif memberikan banyak manfaat untuk sang anak, yaitu anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat sehingga menjadi lebih sehat dan tentunya jarang terserang penyakit, serta ASI juga dapat meningkatkan kecerdasan anak tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar